Bab 4: Seharian diancam Arkan

2.2K 184 67
                                    

"Rey, yang ini harganya 5 juta. Tapi, modelnya gue kurang suka," ujar Arkan.

"Ini gimana? Gue suka banget modelnya, tapi 8 juta, nih," lanjutnya.

"Tapi, gue tuh pengen yang 5 juta dapat dua, Rey," sambung Arkan.

Reynal hanya bisa menghela napasnya. Sudah lebih dari setengah jam Arkan memilih sepatu, namun belum juga bertemu dengan yang ia mau. Reynal juga sudah merekomendasikan, namun tampaknya Arkan ingin model yang berbeda dari yang ia pakai sebelum-sebelumnya.

"Nah, ini bagus nih. Gue suka. Simple tapi keliatan mahalnya. Hahah ...." Arkan terlihat sumringah melihat detail sepatu yang ia pegang.

"Ayo Rey, ayo pilih mana yang lo suka," lanjutnya melihat Reynal yang hanya diam memperhatikannya.

Reynal tampak mengangkat sebelah alisnya sebelum menjawab. "Dalam rangka apa?"

"Gak dalam rangka apa-apa. Sok pilih, gue bayarin," jawab Arkan sambil tersenyum smirk, merasa so' keren.

Reynal menghela napasnya lagi. "Mending duitnya ditabung aja. Sepatu gue masih bagus, Ar."

Ide Arkan yang di asrama pun muncul, ia tertawa kecil sebelum membahasnya. "Oke. Kalo gak mau, berarti lo harus mau ke klinik deket asrama buat periksa sambil beli inhaler-nya di sana aja. Jangan di apotek depan."

Reynal mengerutkan keningnya. "Ck, kenapa jadi ngancam lagi, Ar?"

"Ayolah Rey, lo tuh butuh itu. Sekali-sekali check-up penyakit lo biar tau penanganannya gimana biar gak kambuh lagi kayak semalam. Emangnya gue sama Bima nggak panik liat lo kayak semalam? Udah lama 'kan lo nggak kambuh? Semalam kenapa coba bisa kambuh? Gue yakin sekarang juga lo lagi nahan engap 'kan? Dari tadi diem terus lo."

"Pilih mana? Sepatu atau ke klinik? Atau mau dua-duanya juga, ayo!" lanjutnya.

Arkan tampak kesal melihat Reynal yang hanya diam saja. Apa yang diucapkan Arkan memang benar, Reynal belum sepenuhnya merasa enak, ada sedikit rasa sesak yang masih bersarang di dadanya.

"So' star boy banget," jawab Reynal kemudian.

"Gue 'kan, emang star boy." Arkan mengangkat satu alisnya, merasa keren lagi.

Reynal langsung tertawa. "Star boy tapi belum biasa ke mana-mana sendiri."

Arkan hanya bisa menelan salivanya mendengar itu. Kini tatapannya berubah menjadi kesal, Reynal yang melihatnya langsung berhenti tertawa, takut Arkan akan tantrum dengan celotehannya.

"Huft ... gue pilih sepatu deh. Lumayan sepatu gue ada gantinya." Reynal mulai berjalan mendekati rak, melihat-lihat sepatu itu lebih dekat lagi.

Ide Arkan tidak berhenti di situ walaupun Reynal memilih pilihan yang tidak ada di rencananya. Kini Arkan tersenyum menang, mengingat opsi kedua dari rencananya.

"Oke. Tapi pulang nanti, inhaler tetap dibeli 'kan?" tanya Arkan.

Reynal mengangguk tanpa menoleh pada Arkan. Kini matanya tengah fokus menatap sepatu yang sudah ada di genggamannya.

"Kirain, lo masih nggak peduli."

Reynal melirik sekilas pada Arkan. "Gue gak mau mati muda kali. Dosa gue masih banyak juga."

🏀🏀🏀

Suasana mall malam hari ini semakin sejuk kala gerimis rintik-rintik jatuh dari awan yang gelap gulita. Rasya dan Raka sudah sampai dua puluh menit yang lalu. Sambil menunggu jam tayang film yang akan ditontonnya, kini mereka sedang menikmati suasan malam, berjalan-jalan mengelilingi toko-toko di mall, sesekali membicarakan tentang mata pelajaran yang hari tadi dipelajari di kelas mereka.

Reynal; Dribble of Destiny √ [Terbit]Where stories live. Discover now