Bab 7: 'Sepupu'

2K 173 53
                                    

"Rey, tadi Rasya chat gue. Katanya mau nebeng, pulang bareng. Boleh 'kan?"

Reynal tertawa kecil mendengarnya, ia tak menyangka Raka akan meminta izin padanya. "Mobil-mobil lo, Ka. Gue ngikut aja."

Raka tersenyum, tas basketnya ia sampirkan di pundak, lalu mengambil botol air di sebelahnya yang sudah tersisa sedikit, tangan yang satunya menepuk pelan pundak sepupunya itu. "Ya udah, gue duluan nunggu di mobil, ya. Lo kalo mau bareng ayah juga boleh."

"Bareng lo aja."

Raka mengacungkan jempolnya seraya tersenyum. Kapten basket itu kini beranjak pergi dari sisi lapangan, menuju ke parkiran untuk bertemu Rasya yang sudah menunggu di sana.

"Cie, makin akrab aja."

Reynal menoleh mendengar suara khas tetangga asrama nya yang dulu itu. Helaan napas panjang terdengar setelah melihat Arkan dan Bima yang akan menghampirinya.

Hari ini, mereka tak ada habis-habisnya meledekinya. Reynal pikir, Arkan akan kehabisan energi sosialnya karena tadi sempat kelelahan, namun sepertinya, cowok bermata cokelat itu kembali bersemangat ketika mendengar akan ada 'hadiah' liburan.

"Awas nanti lo jadi nyamuk, Rey," kata Bima yang kini sudah duduk di sebelahnya.

Reynal juga berpikir, Bima akan kehabisan energi sosialnya. Guratan lelah sehabis pulang dari klubnya itu menambah yakin dugaan Reynal. Namun, Bima sama saja seperti Arkan. Hari ini mereka gemar sekali meledek Reynal yang sudah mulai berani'ber-ekspresi'.

"Besok main lah Rey, ke asrama. Mumpung latihan libur. Pak Hasbin kangen lo katanya. Biasanya dia suka denger suara gerbang kebuka larut malam. Sekarang udah gak ada," kata Arkan yang juga sudah duduk di sebelah Reynal.

Reynal menoleh. "Kalo sekarang-sekarang ada suara, serem nggak?"

"Serem lah, anjir! Bisa-bisa gue gak mau tinggal di asrama lagi!" Arkan bergidik ngeri setelah mengatakan itu.

Bima tertawa kecil melihatnya, seketika rencananya yang dari Subuh sudah dipikir-pikirkan teringat. Bima menoleh menatap Reynal, menepuk pelan pahanya. "Rey, nanti pas kita main, gue mau ngajakin bikin konten mukbang, boleh gak? Gue belum ada konten lagi nih, viewers gue udah pada DM, pengen ada konten."

Selain seorang fotografer di sekolah, Bima juga seorang content creator  untuk dirinya pribadi. Arkan dan Reynal juga baru mengetahuinya akhir-akhir ini. Mereka merasa kudet karena ternyata Bima sudah mempunyai puluhan ribu subscribers di channel youtube-nya.

"Boleh-boleh." Reynal mengangguk. Mata legam itu beralih menatap layar ponselnya yang tiba-tiba bersuara, pertanda notif masuk. "Nanti atur aja, ya. Gue duluan. Udah ditunggu," lanjutnya seraya beranjak dari sisi lapangan basket ini.

"Eh, Rey."

"Iya?" Reynal menoleh, menghentikan langkahnya ketika Arkan memanggilnya tiba-tiba.

"Lo masih ngambil part time?" tanya Arkan. Reynal hanya mengangguk.

"Jangan dipaksain, Rey. Walaupun semangat lo masih ada, jangan terlalu diforsir tenaganya."

Reynal tersenyum kecil, ternyata dibalik ledekan yang banyak hari ini, Arkan masih mengingatkan hal itu. "Santai, Ar. Gue udah biasa. Duluan ya." Reynal melanjutkan lagi langkahnya, melenggang pergi meninggalkan Arkan dan Bima yang tampak sedikit kesal.

"Batu banget ya kalo dibilangin," gerutu Bima.

"Emang. Temen lo tuh!"

Bima menatap Arkan seraya membulatkan matanya. "Temen lo juga! Bjir."

Reynal; Dribble of Destiny √ [Terbit]Where stories live. Discover now