8: luka

2.4K 447 219
                                    

tangga bus ditapaki satu-satu dengan langkah perlahan setelah memastikan tak ada lagi orang lain yang tersisa di dalam sana. felix mengembuskan napas pelan kala pusing kembali datang. dia benci dengan mabuk perjalanan yang tidak pernah hilang sejak dulu. bukan perkara sombong ataupun gengsi, jarang melakukan perjalanan jauh menggunakan kendaraan umum membuatnya kurang familiar dengan suasana kuda besi besar semacam bus. satu lagi, felix adalah anak rumahan yang tak pernah diizinkan keluar sembarangan.

"fel, mau bareng?"

"ah, duluan aja kak."

"okay, aku duluan. nanti kumpul di ruang tengah ya."

senyum tipis di ulas sebagai balasan. changbin terlihat sama sekali tidak kesulitan membawa box-box besar hijau itu sendirian. sekarang felix justru membayangkan perbandingan bisep si kakak tingkat dengan milik seungmin. jauh berbeda tentu, seungmin itu seperti tiang listrik yang tinggi dan kecil. tapi sungguh tenaganya tidak main-main, apalagi saat mendominasi dirinya di atas ranjang.

"brengsek, otak lo kotor banget." felix bermonolog kecil sembari tertawa menyadari betapa konyol dirinya.

daripada semakin memikirkan hal-hal yang tidak penting, felix lebih memilih untuk menyusul yang lain masuk ke dalam villa. maniknya tak henti menatapi pemandangan hijau yang menjadi background sejauh mata memandang. udara sejuknya pun terasa, tanda bahwa polusi masih belum berani menyentuh daerah ini.

di sudut yang lain, dekat dengan pohon tinggi berdahan lurus menjulang yang felix tidak tau namanya terparkir sebuah pajero sport hitam milik seungmin. pemiliknya sibuk mengeluarkan barang dari dalam bagasi sementara satu sosok wanita lain bersandar pada kap, sibuk berswafoto tanpa berniat membantu sama sekali.

"gema!"

yang dipanggil menoleh, ada raut bingung terpantul dari maniknya tapi itu tidak bertahan lama setelah felix berlari mendekat. si manis menebak bahwa mungkin minus milik seungmin sudah bertambah.

"apa?" 

"tas gue?"

"tuh." seungmin menunjuk dengan dagunya.

"lo nggak mau bawain?"

"nggak lihat tangan gue penuh?"

"ya gimana nggak penuh, lo bawain tas cewek lo semua gitu. dia punya tangan kan?"

tak bohong kalau felix bisa melihat kekasih dari pria yang di ajaknya bicara itu sekarang tengah melirik ke arah mereka (lebih tepatnya kearah felix) dengan tatapan tidak suka. tapi sang empu malah berpura-pura tidak tau dan fokus pada kegiatan seungmin.

"lo juga ada tangan kan dek? kenapa nggak dipake? gue mah wajar ya pacarnya seungmin, jadi dia bawain tas gue. lah lo? bukan siapa-siapanya juga."

wah, wanita ini benar-benar.

"udahlah kalian, kenapa jadi kayak anak kecil sih? yang, lo masuk duluan. biar gue bawain tasnya."

ada raut tidak rela terpancar dari wajah cantik berpoles makeup tebal itu kala dia mendengar perintah mutlak dari bibir milik seungmin. inginnya protes seperti yang sudah-sudah, tapi nyatanya tatapan dingin di dapati dan itu membuatnya mau tak mau pergi dari sana dengan langkah terhentak kesal.

setelah menyisakan mereka berdua, suasana jadi menghening dua kali lipat. bunyi serangga hutan menjadi satu-satunya yang mengisi kekosongan beriringan dengan samar-samar teriakan mahasiswa lain di dalam villa.

"sekarang ngomong."

"apa?"

"ngomong apa yang mau lo omongin."

psycho | seunglix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang