14: salam perpisahan

2.7K 443 84
                                    

felix pikir kelopak matanya tidak akan kembali terbuka, nyatanya tuhan berkehendak lain. rasa sakitnya buat dia ingin tidur untuk waktu yang lama, itu permintaannya ketika dia sampai pada titik di mana rasa sakit fisik dan hatinya telah mencapai limit.

namun kembali pada kenyataan, nampaknya dunia masih ingin bermain-main dengannya. pagi itu kala sinar matahari sudah nyaris sampai ke pucuk langit, felix terbangun di sebuah tempat yang asing. warna dan dekorasi ruangannya di dominasi putih gading, interior di bagian dalamnya pun lumayan mewah, membuat felix berpikir bahwa tempat ini mungkin memiliki nilai yang mahal.

tubuhnya yang remuk redam di gerakkan pelan, coba duduk bersandar pada headboard ranjang sembari menahan tangis karena ngilu yang menjalar di setiap perpotongan sendinya kembali muncul.

"sakit.." felix bergumam pelan dengan suaranya yang serak. karena merasa tenggorokannya sakit, matanya otomatis memindai ke sekeliling guna mencari sesuatu yang bisa di gunakan membasahi kerongkongan.

pandangan felix berlabuh pada teko kaca di atas nakas. lantas tanpa basa basi air di tuang ke dalam gelas, kemudian benda tak berwarna itu di teguknya rakus seolah dirinya mengalami dehidrasi dalam waktu yang lama.

kemudian felix kembali termenung, fokus memindai ke sekeliling. bohong kalau dia tidak ingat apa yang terjadi. bahkan memori menyakitkan itu masih melekat erat di dalam otak bagai lintah. itu membuatnya membenci dirinya sendiri, membuatnya merasa jijik kepada dirinya yang tidak mampu memberikan sedikitpun perlawanan.

lantas, kemana seungmin? apa pria itu meninggalkannya setelah semua yang terjadi? pun setelah pembicaraan tanpa ujung dan luka fisik yang seungmin tinggalkan, pria itu pergi begitu saja? sungguh tidak berperasaan.

melihat fakta ini hanya membuat felix semakin sakit. matanya memanas, dan tak lama dari itu felix menangis sembari menarik lututnya sebatas dada untuk di dekap.

"kak chris.. bintang takut, bintang mau pulang.."

kalimat itu di rapal bagai mantra. isaknya tersembunyi dalam sela-sela lututnya, sengaja di redam agar dunia tidak tau bahwa dia sedang bersedih, untuk yang ke sekian kali.

lama felix menangis, mungkin nyaris sekitar 20 menit di sia-siakan untuk membuang air matanya yang berharga. wajahnya pucat, tanda bahwa felix kekurangan tenaga karena tidak ada makanan apapun yang mengisi lambungnya sejak kemarin. tapi jangankan untuk mengunyah makanan, bernapaspun rasanya enggan. semuanya menjadi semakin hambar dan samar, terasa membosankan.

dia menoleh ke samping kanannya, tidak sadar bahwa ada tumpukan satu set pakaian dengan ponsel dan sticky note di atasnya. dengan jemari yang sedikit bergetar di raihnya sticky note biru itu. matanya memindai tiap bait tulisan yang dia kenal betul milik siapa, rapi namun tegas, khas seungmin gema renjana.

'gue beliin ponsel sama baju buat lo, pakai ya. dan di dalam sakunya ada uang 500.000 untuk ongkos pulang dan beli makan. maaf bintang, nanti kita bicara lagi di lain waktu.' -gema

suara tawa miris keluar dari celah bibir felix yang pucat. dengan mudahnya seungmin meninggalkannya setelah semua yang terjadi. tubuhnya luka, penuh lebam di sana sini, begitu pula bagian selatan tubuhnya yang mungkin lecet karena malam itu seungmin benar-benar tidak memberinya ampun. begitu juga hatinya, dia terguncang. tapi seungmin tidak tau itu, seungmin tidak mau perduli.

"lo buat gue berasa kayak jalang tau nggak ma? lo pakai tubuh gue dan setelah itu lo pergi gitu aja. kenapa nggak sekalian lo tinggalin gue di sana? kenapa?!"

felix histeris. tangisannya semakin menjadi. surai pirangnya yang kusut dia jambak begitu kuat, sementara kakinya yang kecil menendang-nendang selimut hingga kain berwarna putih itu jatuh teronggok di lantai.

psycho | seunglix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang