05 : taman bermain

262 89 444
                                    

Happy Reading

.

.

"woww, udah lama banget nggak kesini. Jadi kangen" ujar ku ketika baru beberapa langkah masuk di gerbang utama taman bermain. Kak Taeyong mengiyakan perkataan ku.

Yah, sekarang kami berada ditaman bermain. Kak Taeyong mengajak ku kesini karena katanya ingin refleksing otak. Aku tidak mungkin menolak, karena jujur aku juga pengen banget kesini.

"dek, mending kamu pakai topi, nih" ujar kak Taeyong tiba-tiba memberikan ku topi putih.

"kenapa harus pakai topi, kak?" tanya ku kebingungan.

"Daritadi kamu diliatin anak cowo, kakak nggak suka tutupin aja muka kamu separuh" ujarnya.

Aku melihat sekeliling, "nggak ada yang ngeliat kesini, tuh" ujar ku

"kamunya aja yang nggak sadar. Udahlah, yuk, kita kesana" ujar kak Taeyong sambil menunjuk kearah depan.

Aku hanya mengikuti arah kemana kak Taeyong membawa ku.



****

Aku dan kak Taeyong sudah bermain banyak permainan, mulai dari memanah, menembak, melempar semacam cincin besar ke tiang kecilnya, melempar basket, memukul tikus yang muncul dari lubang, dan banyak lagi.

Kami bermain dari jam 8 sampai sekarang jam 10. Hah, memang benar apa kata orang tua pada umumnya, ketika anak-anak sedang bermain, mereka akan lupa waktu.

"dek, kakak pengen ke wc" ujar kak Taeyong tiba-tiba saat kami sedang duduk dikursi untuk istirahat, karena sudah kelelahan.

"kok kayak anak kecil, sih? Pake ngadu segala"

"bukan ngadu, kakak cuma ngasih tau" ujarnya

"terus?"

"kamu gimana dong? Pasti kamu nggak mau ikut kakak"

"yaiyalah nggak mau, cape gini. Daritadi nggak berhenti main. Mana wc nya nggak tau dimana lagi, kalau mau nyari 'kan butuh tenaga, taman main ini juga nggak salah-salah luasnya. Udahlah kakak pergi aja ke wc, Yuna nunggu disini" ujar ku panjang lebar.

"ntar kamu ilang karena kakak tinggal gimana?" tanya kak Taeyong, membuat ku melongoskan mata kearahnya.

"kak, aku bukan anak kecil lagi, aku su-dah be-sar!" tegas ku.

"tapi dimata kakak kamu masih kecil, bayik malahan" ujar kak Taeyong, "kamu kan buta arah, ntar kalau kamu mau kemana-mana trus sesat gimana? sekarang ini malam, jadi makin susah kamu bedain arah" kak Taeyong kembali beragumen. Hooo, apakah dia tidak lelah?

Bukannya menjawab pertanyaan kak Taeyong, aku malah menceramainya, "kalau kakak ngomong terus, kapan ke-wc-nya?, ntar ngompol dicelana loh, kayak bayik" ejekku, tapi sepertinya kak Taeyong tidak mendengarkan, ia malah memandang kearah lain. "kak, ke-wc aja udah, Yuna nggak bakal keman—"

"winwin!!" seru kak Taeyong, membuatku menghentikan perkataan ku. Apa? Winwin?.

Aku melihat arah pandang kak Taeyong, dan tak jauh dari tempat duduk kami, aku melihat winwin berjalan mendekat, dan disampingnya ada kun, dan –Renjun.

Apa-apaan? Kak Taeyong kenal winwin?,

Aku kembali menghadap ke arah kak Taeyong, "kak kok manggil winwin? Terus kok kakak bisa kenal winwin? Kapan kenalnya? Kok nggak bilang-bilang?" tanya ku bertubi-tubi pada kak Taeyong, tapi ia hanya mendiami ku.

"kenapa, bang?" tanya winwin yang baru saja datang, sejurus kemudian winwin melihat kearah ku "Loh, Yun? Kok disini? Kok sama si buteg ini? Pacaran? Udah putus sama Jinyoung?" tanya winwin bertubi-tubi.

My savior & protector : Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang