16 : admit

204 21 119
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




<Happy Reading>

٩(๛ ˘ ³˘)۶♥




Pandangan pria paru baya yang tengah menyeruput kopi pahit itu, tidak lepas dari pintu utama rumahnya. Kini ia sedang duduk di sofa ruang tamu dengan kakinya yang bersilang. Aktivitas yang di lewatinya sedaritadi hanyalah menunggu.

Menunggu kehadiran putranya yang ia ketahui sedang melakukan sebuah 'tugas' pemberiannya.

Melihat jam yang tergantung di tembok, manusia yang sudah berusia kepala empat itu sedikit mengernyitkan keningnya.

"lama sekali, aku sudah tidak sabar mendengar kabar baik" ucarnya pada diri sendiri yang di akhiri ukiran smirk pada bibirnya yang sudah sedikit berwarna kecoklatan itu.

Tapi detik berikutnya, senyumnya yang baru saja terukir itu langsung lenyap seketika. Mungkin anak-anak kecil akan langsung berlari ketakutan begitu melihat perubahan ekspresi yang drastis itu.

Begitu selesai dengan kopinya, ia meletakan cangkir kecil ditangannya itu ke meja kaca yang ada di hadapannya dengan kasar. Sehingga menimbulkan suara yang begitu menyakiti telinga.

Tapi tidak untuknya.

Melirik sedikit di samping cangkir itu,  tangan kanan nya mulai bergerak mengambil selembar poto usang yang memang sedaritadi ia letakkan di sana.

Sebuah foto yang salah satu sisinya bergelombang tidak beraturan. Yah, itu adalah bekas robekan. Dan sekarang ia hanya memegang yang satu bagian. Sementara potongan yang satu lagi entah ada dimana.

"Nana.." ujarnya pelan menyebut nama sang gadis yang masih berusia sekitar tujuh tahun di dalam foto.

Diusapnya wajah tak nyata milik gadis kecil itu dengan ibu jarinya. Ia tertawa sarkas begitu melihat senyuman lebar disana. Yang mana senyum itu merupakan hal yang di bencinya.

"kau sudah besar ya, ck" decaknya.

Pria paru baya itu menarik nafasnya panjang, sedikit berharap ingatan buruknya di masa lalu tidak kembali dan menyapa pikirannya. Setelahnya, ia kembali bersuara.

"rasanya baru kemarin kau berulah dasar pembunuh, dan sekarang," Orang itu –Jongsuk menjeda perkataannya,  "kau sudah besar..."

"hah sial, dia pasti juga akan sebesar dirimu saat ini.."

"aku sangat tidak terima karena sepertinya kau hidup bahagia dasar bocah. Sementara, dia hanya hidup untuk beberapa tahun.."

"bahkan tidak sempat merasakan masa remajanya seperti dirimu sekarang"

"tidak adil.." ujarnya lagi dengan suara beratnya.

Tanpa sadar, pegangannya pada poto itu menguat, membuatnya tertekuk dan akhirnya remuk membentuk bola kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My savior & protector : Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang