06 : Bad luck

208 75 402
                                    

Happy Reading

.

.


Seorang pria berbaju serba hitam itu merebahkan tubuhnya di atas sofa setelah pulang dari suatu tempat. Dilepasnya masker wajah yang memang sedaritadi ia pakai, kemudian menghela nafas berat sambil mendonggakkan kepala dan memejamkan matanya.

Ada perasaan kesal dan muak dalam dirinya karena lagi-lagi ia gagal bahkan tidak memiliki peluang sama sekali untuk melakukan 'rencananya'. Bahkan kegagalan itu sudah terjadi untuk kesekian kalinya. Membuatnya benar-benar merutuki situasi yang tidak pernah berpihak padanya.

"kali ini bagaimana?" tanya seorang pria yang baru saja datang dari arah dapur menghampirinya.

"nggak bisa lagi, ayah. Dia nempel terus sama kakaknya. waktu kakaknya pergi pun, ada temannya yang menghampiri, bahkan menemaninya sampai kakaknya kembali lagi" adunya dengan raut wajah kesal.

Pria yang di panggil ayah itupun hanya mengangguk mengerti, kemudian ikut memdudukan diri di sofa.

"tak apa, wobin. kita masih punya banyak waktu. Tidak perlu terburu-buru" ujar ayahnya.

Anak laki-laki berusia 18 tahun itu menatap ayahnya, Jongsuk, dengan pandangan ragu, ada satu hal yang ingin ia katakan pada ayahnya, tapi di sisi lain ia merasa takut untuk mengatakannya.

Jongsuk yang menyadari ketergelisahan anaknya pun bertanya, "ada apa, Wobin?"

"eum, ayah ingat anak laki-laki yang mengantar Yuna sepulang sekolah?" tanya nya sebagai awalan.

"iya, kenapa?"

Mendengar ayahnya yang kembali bertanya dengan nada suara yang naik beberapa oktaf itu, membuatnya semakin ragu untuk berucap.

"eum, sebernarnya aku juga tidak tahu ini perasaan ku saja atau memang bena-"

"to the point saja" sela Jongsuk.

"sepertinya aku tidak sengaja berkontak mata dengannya, anak laki-laki itu melihat ku"

Ayahnya tampak mengernyit tidak suka, "apa dia sadar kalau kau sedang menandangi mereka?" tanyanya.

"sepertinya tidak, karena ia hanya melihat ku sekilas kemudian kembali berbicara dengan perempuan sial itu"

Jongsuk tampak menghela nafas legah. "bagus lah, akan ribet lagi jadinya kalau sampai ada yang tau kehadiran mu. Kau harus lebih berhati-hati" peringat Jongsuk.

Wobin mengangguk petanda mengerti.

***

"na, kita ketana yuk? Air na mantulin tahaya matahali"

"iya, ayuk"

....

"naaa, nanaa Tolonginn"

"aku nggak kuat, kamu tunggu sebentar, aku panggil mama kamu"

....

"apa yang sudah kamu lakukan?! dasar anak kecil sialan!"

"nana nggak sengajaa, maaf, hiks"

.

.

"nana?" gumam ku.

Aku membuka mata ku perlahan, langit-langit kamar ku yang terlihat kabur mulai terlihat dengan jelas setelah aku sedikit mengucek-ngucek mata. Dengan sekuat tenaga aku mengambil posisi duduk.

My savior & protector : Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang