(23 × 2^3 - 115) : 3

160K 27.4K 8.7K
                                    

.

Kayaknya musim hujan benar-benar sudah datang.

Sore itu, di lobi Bina Indonesia yang penuh dengan murid-murid, Kai mencoba menelepon Io ratusan kali meski rasanya percuma saja. Hujan-hujan begini sudah pasti cowok itu lagi ngebo. Kebiasaan.

Kai menghela napas, memperhatikan tetes-tetes air yang bukannya mereda malah jadi semakin deras. Sekali dua kali guntur menyahut, diselingi samar-samar suara anak-anak yang mencemaskan jadwal les mereka.

Kai baru saja akan menelepon Io lagi ketika pundaknya ditepuk dua kali.

Gadis itu menoleh.

"Nunggu hujan?"

Coba tebak siapa?

Kai tersenyum mendengar pertanyaan itu.

"Nunggu hujan reda, maksudnya?"

Jawaban Kai membuat cowok itu nyengir sedikit.

"Iya itu maksud gue."

Kenan melangkah menjajari gadis di depannya, kemudian ikut menjatuhkan pandang pada rintik yang menggempur halaman depan sekolah. Aliran yang turun dari atap menciptakan garis air yang nyaris simetris, mirip tirai jendela.

"Untung hujan."

Kenan tiba-tiba bicara, membuat Kai menoleh.

"Emangnya kenapa?"

Gadis itu bertanya, sembari sesekali menoleh sekeliling, memastikan tidak ada yang memerhatikan mereka.

"Enggak," tawa Kenan pelan. "Gue jadi ada alesan buat nelat les."

Kai hanya ber-oh ria.

"Pasti capek ya? Abis seharian sekolah, masih harus ketemu buku lagi."

Kenan tersenyum. "Udah gitu masih aja nggak sepinter lo," katanya bercanda.

Kai buru-buru mengalihkan pandang. Wajahnya memerah sedikit.

"Apaan sih.."

Kenan tertawa kecil.

Kai diam-diam melirik. Dia tahu dia mungkin sudah mengatakannya berulang kali, tapi tawa Kenan memang benar-benar semanis itu. Kai bisa mendengarkannya seharian tanpa bosan.

Dia juga bingung sejak kapan diam-diam ikut jadi fangirl-nya Kenan.

"Kai?" panggil Kenan pelan.

"Hah?"

"Sebenernya gue mau minta tolong."

Laki-laki itu kelihatan menimbang-nimbang ucapannya.

"Boleh nggak?"

Kai mengerutkan kening.

"Minta tolong.. apa?"

Kenan meraih ke dalam ranselnya dan mengeluarkan sebuah kotak kado kecil. "Bisa minta tolong kasihin ini ke bunda gue?"

Kotak itu seukuran telapak tangan, warnanya biru tua dengan pita silver sebagai hiasan di bagian atas.

Kai memberikan tatapan tidak mengerti.

"Bunda lo ulang tahun?"

Satu anggukan diberikan.

"Kalo lo nanti mampir jemput Tante Nina, tolong kasihin ini. Tapi jangan bilang dari gue ya."

Butuh dua detik untuk Kai berpikir.

"Kenapa?" tanya gadis itu bingung. "Nggak mau lo kasih sendiri aja?"

Mendengar pertanyaan Kai, Kenan nyengir sedikit, salah tingkah. "Nggak berani."

A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang