(34 - 17) × 2 + 0

166K 30.1K 16.5K
                                    

a/n:

bab ini.. agak sedikit panjang dan kompleks. aku kasi warning [15+] buat jaga-jaga ya, HAHAH.

makasih banyak buat feedback-nya di bab kemarin, i love you guys as always!!! buat pertanyaan-pertanyaan yang masuk di DM, mungkin gabisa aku bales satu-satu tapi nanti di akhir cerita aku jawabin semua yah hehe.

selamat membacaaa <3

.

"Kia!"

Seribu persen Re yakin Kia mendengar panggilannya tapi memutuskan untuk tetap berjalan. Laki-laki itu perlu beberapa detik sebelum akhirnya berhasil mengejar. Re menggenggam pergelangan tangan Kia, tapi gadis itu menyentaknya lepas.

Re mengerjap. Sedikit terkejut.

Kia tampak habis menangis semalaman. Lingkaran hitam membayangi kedua matanya. Ujung lengan sweater-nya basah. Ekor kudanya tidak serapi biasa. Gadis itu mengalihkan pandang dari Re.

"Ki.."

Kedua telapak tangan mungil Kia mengepal. Kepalanya semakin menunduk.

"Kia.. cerita sama gue ya?"

Satu gelengan.

"Dia.. marahin lo lagi?"

Air mata Kia menitik, meski gadis itu segera menghapusnya.

"Kalo lo nggak mau cerita—"

"Jangan." Jejemari Kia dengan cepat menahan lengan jaket Re. "K-kali ini gue yang salah."

Re menatap genggaman gadis itu. Hela napas meluncur pelan dari bibirnya.

"Ki—"

"Gara-gara gue cerita ke Papa kalo gue dapet nilai A di ulangan kemarin," sela Kia cepat sebelum Re sempat berbicara lagi, "dia.. dia disuruh keluar dari tim inti basket karena nilainya C. Ini.. ini sepenuhnya salah gue kok."

Buku-buku jari Re menegang. "Bukan salah lo kalo lo lebih pinter dari—"

"Re."

Kia memotong lagi, lebih cepat.

"Gue udah banyak nyakitin dia.." Kali ini gadis itu mengangkat wajah, dan sekeping permohonan tampak pada irisnya. "..jadi jangan marah sama Kenan, ya?"

Permohonan itu adalah hal terakhir yang Re dengar sebelum Kia beranjak pergi.

Jejak sepatu ketsnya di koridor sekolah siang itu tidak pernah benar-benar hilang dari benak Re. Perasaan tidak berdaya yang menyesaki tenggorokannya..

..serupa dengan apa yang dirasakannya kali ini. Menatap langkah kaki seorang gadis menjauh, tanpa bisa melakukan apa-apa.

Buku-buku jarinya mengepal kuat.

A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang