Rasanya Patroli

4.1K 484 69
                                    

Berbeda dengan Geanno dan Revan, Genta lengkap dengan ke luarganya. Genta juga anak tunggal seperti mereka. Kini mereka tengah makan malam bersama. Terlihat harmonis, mungkin jika mereka yang melihatnya akan iri.

"Mama sama papa tahu gak.."

"Gak." potong Ryan, papanya Genta sambil tertawa. Memang seperti itu Ryan, orang yang tidak terlalu serius. Tapi akan serius pada waktunya.

"Ih pa, belum selesai," keluh Genta. Jeny, mama Genta hanya menatapnya.

"Aku ternyata satu sekolah sama Keyra, mama sama papa masih inget kan sama Keyra?" Genta melahap makanannya hingga mulutnya penuh.

Ryan terdiam sejenak, Jeny juga demikian. "Keyra?"

"Iya pa."

"Mama gak mau ya kamu berhubungan lagi sama Keyra," ujar Jeny membuat Genta mendengus.

"Ma, Keyra gak kaya gitu, aku kenal sama Keyra, anaknya baik ma," ujar Genta.

"Iya, Keyra gak terlibat apapun," bela Ryan. Genta mengangguk setuju.

"Iya ma, mama jangan anti gitu dong. Tapi ya, Keyra gak ingat sama aku." Genta menatap Ryan kemudian. Ryan menatapnya bingung.

"Gak ingat gimana?"

"Ya gak ingt aku, kaya aku ini orang asing," jawab Genta.

"Udah mama bilang kan, gak usah kamu tolongin Keyra, jadinya sekarang gak tahu diri, kamu masih kecil juga udah ikut campur." Jeny mengundang tatapan sinis dari Genta dan Ryan.

"Ma, gak boleh kaya gitu!" tegas Ryan.

"Mungkin karena udah lama gak ketemu, Keyra belum inget aja ma," sahut Genta.

"Orang bodoh mana yang sudah di tolongin tapi lupa sama penolongnya?" sinis Jeny lalu beranjak berdiri membawa piring kotornya.

"Udah Ta, biarin, nanti papa yang ngomong sama mama." Genta mengangguk lemah.

"Coba deh kamu kapan-kapan ajak Keyra ke sini, mungkin nanti bakal inget sama papa mama," lanjut Ryan.

"Yah.. Masa ingetnya sama papa mama doang, gak adil," cibir Genta. Ryan tertawa.

***

Keyra seminggu ini akan menguras banyak tenaganya, ya, menjadi babu Geanno selama seminggu. Kejam memang. Jam istirahat Keyra di sekolah jadi berkurang, ia juga jadi jarang bersama Gita dan Aurel, kecuali saat jam pelajaran. Tapi satu keuntungan Keyra, ia jadi bisa melihat wajah Revan lebih lama. Keyra baru saja selesai makan di kantin bersama Gita dan Aurel. Ia langsung ke ruang OSIS sesuai permintaan Geanno. Keyra tersenyum lega karena Geanno tidak ada di ruang OSIS, melainkan Revan, Bintang, dan Dean. Revan tersenyum padanya, Keyra tersipu. Semudah itu.

"Jangan pacaran lo berdua di sini." kekeh Dean saat Revan menarik kursi menuju sisi kanan meja Geanno, untuk Keyra duduk.

"Napa lo iri?" tanya Revan sengit.

Bintang hanya menggelengkan kepalanya. Ia membolak balikkan buku tebal berwarna hitam, entah sedang melakukan apa.

"Makasih Kak," ujar Keyra tersenyum.

"Sama-sama." Revan menarik kursinya untuk duduk di sebelah Keyra. Revan menghadap empat puluh lima derajat, Keyra jadi salah tingkah jika Revan seperti ini.

Revan menatapnya. "Kenapa sih Kak?" tanya Keyra. Bukan risih, ia tidak bisa di tatap seperti ini oleh Revan, bisa mati muda.

"Kok panas ya?" Bintang mengibas wajahnya dengan tangannya sendiri.

Ketua Osis Killer (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang