CHAPTER 3

4K 413 181
                                    

Usai melucuti seluruh pakaian lawannya dan menjelajahi setiap jengkal kulit pria itu dari atas hingga bawah, Cheonsa merasakan kebahagiaan yang asing menelusup di dadanya. Perasaan superiornya meletup saat menekuk lutut di hadapan Yoongi yang sekarang bagaikan raja, ia memanjakan pria itu dengan segenap kehangatan yang dimiliki. Deru napas Yoongi dan sentuhan pria itu pada rambutnya yang sedikit kasar mengisyaratkan bahwa pria itu menikmati setiap gerakan yang ia ciptakan. Jemarinya pun turut serta menari di permukaan kulit pria itu, menambah kuat cengkeraman Yoongi pada rambutnya.

Pria itu mengusap bibirnya tatkala tautan itu terlepas, lalu menuntun Cheonsa berdiri dan merebah di ranjang. Kali ini Yoongi mengambil andil sebagai penguasa atas semuanya. Pria itu menjamahnya dengan lembut di kening, turun mengulum bibir, menghidu aroma dari leher hingga belahan dada. Perjalanan pria itu semakin jauh dan dalam, melesak jauh ke dalam sana, ia begitu menikmati bagaimana Cheonsa mengerang dan melengkungkan tubuh. Membalut miliknya begitu erat di bawah sana, menguncang ranjang hingga deritnya beradu dengan napas mereka yang tersengal, melupakan waktu yang berderik.

Malam turun kian pekat. Satu kali hentakan diiringi peluh serta lenguhan, keduanya pun mencapai puncak. Secara hiperbola, mungkin kini mereka sudah menyentuh bintang.

Yoongi ambruk di atas Cheonsa, lalu mengambil sedikit jarak guna menyugar rambut sang dara, mengusap lelehan peluh dan saliva yang membasahi bibir ranum itu dengan ibu jari. Tatapan pria itu memuja, seolah tidak ingin melewatkan sedikit pun detail dari raut penuh rasa puas itu.

Satu hal yang Cheonsa sadari dan semakin membuat dadanya berdebar, sorot yang menghunus matanya itu tampak amat berbeda.

Wanita itu semakin sesak saat Yoongi bergeser ke sampingnya dan langsung merengkuh tubuhnya. Bibir pria itu mengecup lembut keningnya, turun ke mata, hidung dan terakhir bibir. Gairah itu masih jelas, belum sepenuhnya pudar.

"Terima kasih." Bisikan pria itu membuai Cheonsa, melambungkannya pada saat di mana ia menuntaskan tugasnya sebagai wanita penghibur.

Kapan terakhir kali ia mendapatkan ucapan terima kasih?

Kapan terakhir kali pria yang dilayaninya memeluknya sehangat ini?

Cheonsa mendongak, menatap Yoongi yang sayu karena kantuk dan lelah. Tangan wanita itu kemudian terulur menuju wajah berpeluh itu, menyusuri pipi hingga rahangnya dengan segaris senyum kecut. Yoongi yang sudah berada di ambang alam mimpinya, membiarkan Cheonsa kembali mengecup bibirnya sebelum akhirnya menjatuhkan diri dalam pelukan pria itu.

***

Hawa hangat yang merembes melalui celah ventilasi kamar hotel terdekat dari Cloud Nine-tempat mereka berada sekarang-menyadarkan Cheonsa dari lelapnya. Wanita itu mengerjap, menyesuaikan pandangannya dengan sinar yang masuk. Netranya langsung disuguhi oleh wajah tenang Yoongi yang sama sekali tidak terusik ketika ia memainkan rambut pria itu, malah Yoongi semakin merapat dan memeluknya.

"Pukul berapa?" Setelah beberapa saat menikmati keheningan seraya memandangi wajah sepolos bayi-yang tentu saja kontras dengan ekspresi pria itu semalam ketika menggagahinya-pria itu akhirnya melontarkan suara seraknya.

"Pukul sembilan," jawab Cheonsa tanpa melepas sentuhannya di wajah pria itu. "Kenapa? Terlambat ke kantor?"

"Ehm, ya...." Yoongi menggeliat dan meraih wajah wanita itu sebelum mendaratkan lumatan singkat di bibirnya.

Mendapat perlakuan semacam itu, Cheonsa bergeming. Dadanya berdebar lagi.

"Tapi, tidak apa. Aku bisa mencari alasan," tambah pria itu.

"Bahwa selain meliput Cloud Nine, kau juga meniduri narasumbermu?"

Yoongi terkekeh dengan mata sembab dan Cheonsa ikut tersenyum mendapati ekspresi itu begitu alami. Ekspresi yang baru sekali ini didapatinya setelah tiga kali pertemuan.

• OFF THE RECORD • ✔ [OPEN PO E-BOOK]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora