CHAPTER 11

1.8K 291 83
                                    

Jangan lupa comment-nya

"Kau yakin orangnya ada di sini?" tanya Cheonsa pada Taehyung ketika mereka tiba di depan sebuah kafe internet.

"Tentu saja. Ayo, turun!" Pria itu yakin turun dari mobil sembari membawa kantong besar berisi makanan yang mereka beli dari supermarket sebelum ke tempat ini. Sementara Cheonsa ragu-ragu menyusul di belakangnya.

"Telepon dia dulu sebelum kita masuk ke dalam!" ujar Cheonsa saat Taehyung hendak masuk ke kafe tersebut.

"Iya, bawel." Taehyung pun menuruti keinginan Cheonsa. Ia menelepon kenalannya itu beberapa kali dan tidak mendapat jawaban apa pun.

"Kenapa?" tanya Cheonsa. "Tidak diangkat?"

Taehyung mengangguk.

"Duh, aku sudah bilang, 'kan!? Pastikan yang membantu kita orang yang bisa dipercaya! Bukan malah susah dihubungi begini! Bagaimana aku bisa percaya kalau ditelepon saja tidak diangkat!" omel Cheonsa.

"Kau bisa sabar sebentar, tidak, sih?" balas Taehyung tak kalah geram. "Kita baru saja tiba, tunggu sebentar lagi!"

Cheonsa mendengkus, lalu bersandar pada tembok terdekat, pandangannya tertuju pada sekantong besar berisi makanan yang dibawa Taehyung. "Orang yang aneh. Baru kali ini hacker diberi upeti berupa cemilan."

"Ini bukan sekadar cemilan, tapi kita sudah memasok separuh bahan kebutuhan pokoknya di dalam kantong ini," kata Taehyung.

"Tetap saja aneh. Biasanya meminta uang berpuluh juta."

"Nanti dia juga akan minta uang padamu. Kau pikir dia puas dengan ini saja?"

Cheonsa mengangguk paham. "Aku mengerti, tidak usah sentimen padaku. Sekarang... aku lelah berdiri di sini dengan sepatu bertumit tujuh senti ini. Kapan temanmu itu keluar? Haruskah kita membuat keributan di dalam supaya dia menampakkan batang hidungnya?"

"Sabarlah Cheonsa!"

"Kau, sih, mudah saja menyuruhku bersabar! Sementara aku yang akan menghadapi Seokjin setelah pulang dari sini!" omel Cheonsa seraya memijat betisnya. Tubuhnya benar-benar terasa penat sekarang. Ia baru teringat belum istirahat sejak semalam. "Kau tahu, Taehyung? Untuk menuruti saran gilamu ini aku harus memberikan blowjob pada Seokjin! Kau tahu betapa sulitnya itu, hah!?"

Taehyung mencebik jengkel, mendadak ia merasa geli. "Ew, haruskah kau menceritakan yang seperti itu padaku? Biasakan tahu tempat untuk menceritakan hal vulgar seperti itu, Cheonsa. Otakmu memang sudah menciut."

"Supaya kau tahu saja perjuanganku ke sini seperti apa. Membeli obat tidur, lalu melakukan blowjob. Menyebalkan. Kau pikir aku mau melakukan hal itu, hah!? Hanya karena ingin bertemu dengan temanmu dan melakukan hal gila ini, sekarang aku malah harus menunggu lama. Oh, sial!"

Taehyung menggeleng tak habis pikir dan kembali mencoba menghubungi kenalannya itu. Omelan Cheonsa sungguh membuatnya sakit kepala.

"Hyung?" Seorang pemuda bermata bulat keluar dari kafe tersebut dan menghampiri mereka. Taehyung pun segera menyingkirkan ponsel dari telinganya. "Maaf lama."

Baik Taehyung mau pun Cheonsa menaruh atensi pada sosok yang sama, seorang pemuda--yang sepertinya seusia Jaehyun--baru saja keluar dari kafe tersebut.

"Kau kenapa sulit sekali dihubungi, sih?" tanya Taehyung kesal. "Aku sudah bilang, 'kan, kalau kami tidak punya banyak waktu?"

"Maaf, Hyung."

Cheonsa memindai sosok itu dari atas ke bawah, menilai seperti apakah kiranya pemuda yang akan membantunya ini.

Kalau ditelisik, tidak ada yang mencurigakan dari pemuda itu. Hanya pemuda biasa yang kurang tidur.

• OFF THE RECORD • ✔ [OPEN PO E-BOOK]Where stories live. Discover now