CHAPTER 7

2.5K 338 139
                                    

Agaknya sudah dua tahun Seokjin tidak melihat Cheonsa tidur di dalam dekapannya. Semenjak berbagai hal yang menimpanya, Seokjin harus melepas wanita itu dari pelukannya.

Pagi ini ia patut senang melihat Cheonsa masih terlelap sambil memeluknya dengan garis lelah yang menggantung di wajahnya. Seokjin menghabiskan beberapa saat untuk sekadar memuaskan matanya untuk memandangi wanita itu, memainkan rambutnya, membubuhi kening wanita itu dengan kecupan, serta sentuhan kecil di pipi oleh jemari panjangnya. Menghabiskan malam bersama Cheonsa membuatnya lupa sejenak dengan permasalahan yang menerpa.

"Tuan...." Gumaman kecil Cheonsa membuat Seokjin semakin mengeratkan rangkulannya. Wanita itu masih terlelap, matanya mengatup, belum ada tanda-tanda akan terjaga.

"Apa? Kenapa memanggilku begitu, hm?"

Dering ponsel Seokjin memutus suasana intim mereka. Pria itu kembali ke realita. Dunia nyata yang harus ia hadapi bersama permasalahannya. Terpaksa, ia mengambil ponsel dan melihat nama manajernya terpampang di layar.

"Ya, Hyung?"

"Wartawan...." Seokjin mendelik, yang barusan bukanlah suara manajernya, melainkan dari mulut Cheonsa. Kening pria itu berkerut. Ia terpaku untuk beberapa saat sampai akhirnya suara berat dari lubang pengeras suara ponsel menyadarkannya.

"Oh? Ya, maaf. Aku sedang bersama kekasihku. Ada apa?" Seokjin masih melirik Cheonsa yang menggeliat di tempatnya, sembari menyimak setiap omongan manajernya perihal Cloud Nine dan sejumlah jadwalnya yang harus ditunda. Ia menanggapi sesekali, tapi fokusnya tetap pada Cheonsa.

Mendadak ia merasa curiga.

"Hmm, Hyung...." Seokjin semakin tidak tahan dengan pemikirannya sendiri. "Apa kemarin di kantor polisi ada wartawan yang mengganggu Cheonsa?"

"Wartawan?" Manajernya kemudian terdiam beberapa saat sebelum melanjutkan. "Kurasa tidak ada. Coba kau tanya lagi orang suruhanmu, karena seharusnya tidak ada wartawan di kantor polisi kemarin. Aku sudah memeriksanya sebelum menyarankanmu untuk menyuruh Cheonsa pergi ke sana."

Memang seharusnya tidak ada wartawan di kantor polisi kemarin siang. Seokjin tidak mungkin membiarkan Cheonsa pergi seorang diri untuk memberi kesaksian ke kantor polisi jika ada banyak wartawan yang berkerumun di sana. Sepengetahuan pria itu yang didapat dari manajer serta beberapa orang suruhannya yang lain, beberapa wartawan justru berkumpul di gedung agensinya, menunggu Seokjin untuk memberi keterangan atas insiden pemukulan itu.

Setelah memastikan jadwalnya hari ini dan beberapa kepentingan lain, Seokjin pun menutup telepon. Pria itu kemudian mencari nama Nyonya Kang--wanita yang menjadi kepala agensi pelacuran, yang membawa Cheonsa sampai ke Cloud Nine--untuk ditelepon.

Tak lama, suara seorang wanita paruh baya menyapanya lembut di seberang sana.

"Bagaimana? Sudah Anda pikirkan?" tanya Seokjin tepat sasaran setelah berbasa-basi sebentar.

Nyonya Kang menghela napas di seberang sana. Sebenarnya Seokjin menyadari bahwa topik ini tidak semestinya dibahas saat pagi hari seperti sekarang.

"Jujur, Seokjin. Ini bukan keputusan yang mudah untukku," jawab wanita itu.

"Aku tahu, aku akan menebus berapa pun yang kau minta. Katakan padaku, apa yang kau mau? Uang? Rumah? Mobil? Aku bisa memberinya untukmu."

"Tidak semudah itu, Seokjin. Cheonsa juga sumber uang untukku. Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja. Jandro bahkan ingin menikahi dan membayar banyak untuk Cheonsa, tapi aku tidak mau menyerahkannya. Lagi pula, Cheonsa tampaknya juga tidak tertarik pada Jandro."

• OFF THE RECORD • ✔ [OPEN PO E-BOOK]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz