CHAPTER 9

2.2K 320 126
                                    

Cheonsa menyesap margarita-nya selepas meliukkan tubuh di bawah lampu disko. Wanita itu duduk di bangku yang sama di mana Yoongi duduk pertama kali mereka berjumpa. Di sana ia menyesap sigaret dalam-dalam, lalu membuang asapnya ke udara. Sebenarnya, tidak ada yang menarik dari Cloud Nine malam ini, Cheonsa pun sebenarnya masih diistirahatkan, tapi ia tidak ingin terkurung di apartemennya sendirian dan butuh untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan.

Wanita itu menatap kepulan asap yang ia ciptakan, lalu turun menatap puntung rokok yang terselip di sela telunjuk dan jari tengahnya.

Apakah Yoongi juga merokok?

Jika membayangkan wajah pria itu, Cheonsa sangsi bahwa Yoongi adalah seorang perokok. Harum napas yang kerap terhirup dari mulut pria itu dan warna merah muda segar di bibirnya tidak mengindikasikan bahwa Yoongi seorang perokok.

Puntung rokok itu kemudian Cheonsa matikan dalam satu kali tekanan pada permukaan asbak.

Sejatinya ia jarang menyesap sigaret, benda itu hanya menemaninya di saat penat tak lagi dapat terbendung. Namun, sepertinya mulai saat ini frekuensi untuk menikmati benda itu harus semakin ia minimalisir meski ia tengah tertekan sekali pun.

"Hoi."

Cheonsa menoleh pada sumber suara. Keningnya berkerut heran. "Taehyung?"

Pria yang merasa namanya disebut itu semakin mendekat pada Cheonsa, menarik bangku yang ada di samping wanita itu.

"Apa kabar?"

Cheonsa mengerjap beberapa kali. Kehadiran Taehyung yang tiba-tiba cukup mengejutkannya. Taehyung jarang sekali menyambangi Cloud Nine, bahkan dalam beberapa bulan belakang pria itu sudah tidak pernah menghubunginya lagi.

"Mau apa kau ke sini, Kim Taehyung?"

Pria itu menyeringai, menyesap sekali tequilla yang dibawanya, sebelum menjawab dengan enteng, "Mau menyewamu malam ini."

Cheonsa mencebik, merotasikan mata sebal dan memalingkan wajah malas. "Aku tidak mau. Kau miskin. Sana cari kelab yang lain," kata wanita itu ketus. "Atau cari saja di jalanan, siapa tahu ada yang menjajakan diri dengan harga murah."

Taehyung tergelak pelan. "Sombong sekali."

"Tentu saja harus sombong."

"Berapa tarifmu, sih?"

"Sepuluh juta, untukmu."

Taehyung mendecak kagum dengan ekspresi yang sengaja dibuat-buat seolah takjub. "Pantas saja baju-bajumu bagus, apartemenmu juga lumayan, sudah ada mobil juga. Ah, aku iri sekali."

"Kalau iri, jadi saja pelacur, Kim Taehyung."

"Wow, tidakkah kau terlalu kasar padaku?"

Cheonsa melirik sekilas, menahan tawa ketika melihat wajah Taehyung yang baginya konyol. "Aku serius. Kalau ingin barang-barang bagus dan mewah, jual saja dirimu." Wanita itu memosisikan diri menghadap Taehyung, menopang dagunya dengan satu tangan. "Dengan tampangmu itu kau bisa menjual dirimu dan mendapatkan banyak uang."

"Dasar sinting."

"Kalau kau kehabisan uang kusarankan jual saja dirimu. Kau tampan, tubuhmu bagus, tidak ada yang kurang darimu--kecuali uang. Sekarang pun juga bisa. Mau kutawarkan kau pada wanita-wanita yang ada di sana?" Cheonsa menunjuk kerumunan wanita yang sedang bercengkerama di dekat mereka.

• OFF THE RECORD • ✔ [OPEN PO E-BOOK]Onde histórias criam vida. Descubra agora