CHAPTER 4

3.6K 417 248
                                    

*Hype cerita ini dong, gaes dengan kasih komen-komen yg menarik~ biar makin semangat 👌🏻

.
.
.

Pada akhirnya Cheonsa tetap menemani Seokjin semalaman, mendengarkan pria itu menceracau tidak tentu arah sembari menertawai kehidupannya, memaksa Cheonsa agar tetap berada di sampingnya dan menolak mengganti Cheonsa dengan wanita penghibur lain. Awalnya Cheonsa sangat khawatir jika Seokjin akan menyetubuhinya dalam keadaan mabuk berat, tapi Seokjin tidak melakukan hal tersebut dan hanya berakhir terlelap di sampingnya hingga pagi ini.

"Seokjin, bangun...." Suara Cheonsa masih sengau saat menepuk pipi Seokjin. Berada di satu ranjang yang sama dengan Seokjin setelah sekian lama membuatnya sedikit sulit terlelap. Ia masih sangat mengantuk, tapi dering ponsel yang tergeletak di nakas seolah berteriak membangunkannya. "Manajermu menelepon terus dari tadi. Hei, bangun...."

"Apa, sih? Masih ingin tidur," sahut pria itu dan kembali memeluk Cheonsa protektif, satu bantal ia letakkan di telinga guna menghalau bunyi dering ponselnya. "Matikan saja. Aku tidak mau bicara dengannya."

Cheonsa menghela napas. "Kau yakin?"

"Yakin, Sayang. Yakin. Aku sudah membatalkan pemotretannya, tapi dia tetap bersikeras agar aku menghadiri pemotretan itu," jelas Seokjin.

"Setidaknya kau harus mendengarkan apa yang ingin dia katakan. Apa kau tidak kasihan dengan manajermu? Bagaimana kalau--"

"Ssst...." Seokjin mengangkat sedikit tubuhnya, menopang kepalanya dengan satu tangan, telunjuknya menyentuh bibir Cheonsa. Ponsel berhenti berdering. "Berhenti mengomel. Semalaman kau sudah mengomeliku."

"Seokjin--"

"Apa tidak bisa sebentar saja aku menikmati waktu denganmu?"

Cheonsa menyingkirkan telunjuk panjang pria itu dari bibirnya. "Semalaman aku sudah menemanimu tidur. Sudah cukup."

Seokjin terkekeh, lalu mengelus rambut Cheonsa, memainkannya sebentar sebelum jemarinya turun menyentuh kulit pualam sang dara. "Hanya pelukan? Padahal aku ingin yang lebih...."

"Kau mabuk berat. Aku tidak suka melayani pria yang sedang mabuk berat," sahut Cheonsa sembari memalingkan wajah, tidak tahan ditatapi Seokjin yang pandangannya mulai menggelap.

Seokjin tertawa lagi. "Baiklah, lain kali aku akan datang dengan keadaan yang lebih baik untukmu, bagaimana?"

Cheonsa bergeming. Kehadiran Seokjin untuknya membuat Cheonsa gelisah. Kenangan buruk mengenai Seokjin terlintas di kepalanya.

"Datang dengan gadis lain?" sahut Cheonsa ketus.

"Kau masih cemburu?"

Wanita itu tidak menjawab.

"Kau masih mencintaiku?" Cheonsa melirik malas pada pria yang ada di sampingnya itu. Seharusnya perasaan itu masih ada, tapi entah mengapa saat melihat sosok Seokjin rasa muak itu lebih mengambil alih isi hatinya.

Segaris senyum terbit di wajah rupawan Seokjin, pria itu kembali membelai wajah Cheonsa dan menuntun wanita itu agar berhadapan dengannya. "Aku sudah bicara dengan Nyonya Kang."

Mendengar itu, Cheonsa langsung terbelalak dan langsung mengubah posisinya, dari berbaring menjadi duduk. "Apa? Kau mau apa?"

Seokjin mengendikkan bahu. "Mau membawamu lagi ke apartemenku. Jadi, kau tidak perlu menguras tenaga di sini. Cukup melayaniku saja, seperti dulu."

Tiba-tiba Cheonsa teringat tentang laporan dari adiknya beberapa bulan lalu--bahkan sampai minggu lalu--bahwa Seokjin kembali mengiriminya uang dalam jumlah besar. Cheonsa sempat ingin bertanya pada Seokjin perihal itu, tetapi Seokjin selalu sibuk dan Cheonsa menyerah.

• OFF THE RECORD • ✔ [OPEN PO E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang