CHAPTER 6

3.1K 301 64
                                    

"Aku melihatnya." Kedua tangan Cheonsa saling meremas satu sama lain dengan keringat dingin yang merembes deras melalui pori-pori. Pandangan tajam petugas polisi yang menanyainya perihal insiden pemukulan semalam seolah menghunus bola matanya. Suasana kantor polisi yang ramai semakin membuat isi kepala wanita itu kacau. "Aku ada di lokasi saat insiden itu terjadi."

"Bisa Nona jelaskan bagaimana insidennya?" Suara polisi itu tenang, tapi justru menambah degup jantung Cheonsa semakin berpacu.

"Aku hanya bisa menjelaskan sedikit." Cheonsa menghela napas kemudian balas menatap mata polisi pria yang kira-kira usianya sudah mencapai empat puluh itu. Pria itu mengangguk, memasang wajah penuh kesabaran menanti jeda yang menyalip di kalimat Cheonsa.

"Di mana Anda saat itu?"

"Aku di lantai satu. Sekitar lokasi insiden pemukulan. Aku baru keluar dari toilet, tapi aku terkejut karena dari arah belakangku terjadi keributan. Dua orang pria beradu mulut. Salah satunya kemudian marah besar. Aku mendengar salah satu dari mereka memaki karena merasa wanita yang sedang bersamanya dilecehkan oleh pria yang satunya."

"Siapa pria yang dituduh melecehkan dan siapa pria yang marah?" Polisi itu kemudian memberikan sebuah foto pada Cheonsa. "Apakah benar salah satu dari mereka adalah pria ini?"

Cheonsa bersikeras menahan ekspresinya agar tidak menimbulkan curiga dari sang polisi yang terus menganalisanya secara tidak langsung. Ia meneguk ludah, melirik sekilas pada sang polisi sebelum melontarkan sebuah kebohongan lain dari mulutnya. Kebohongan yang sudah dirancang berjam-jam yang lalu sebelum ia akhirnya datang ke kantor polisi. "Ya, dia salah satu dari pria itu. Dia pria yang memukul."

Polisi itu mengangguk. "Apa Anda tidak melihat yang lain? Seperti sesuatu yang dituduhkan? Pelecehan?"

"A-aku tidak yakin, tapi pria di foto ini memang berdekatan dengan salah salah satu wanita sebelum aku masuk ke toilet, karena dia sempat menyenggolku—sepertinya tidak sengaja. Aku tidak tahu apakah wanita itu pacar dari pria yang dipukuli."

Polisi itu kemudian memutar kembali rekaman CCTV, mengamatinya sebentar sebelum kembali menaruh atensinya pada Cheonsa yang sudah sepucat kertas.

"Apa saya sudah boleh pulang?" tanya Cheonsa.

"Untuk saat ini sepertinya sudah cukup, jika kami membutuhkan informasi tambahan, kami akan menghubungi Anda kembali."

Cheonsa mengangguk dan mengucapkan terima kasih sebelum beranjak dari tempatnya dan keluar dari kantor polisi. Kesaksiannya yang dikarang sedemikian rupa didukung oleh rekaman CCTV Cloud Nine. Di rekaman tersebut, pria yang dicurigai oleh pihak polisi tertangkap sedang memukul pelanggan Cheonsa--Tuan Oh. Cheonsa sendiri meyakini bahwa pria yang kini menjadi tersangka insiden pemukulan itu hanya sedang membela diri, karena rekaman CCTV di tempat lain yang sengaja disimpan oleh pihak Cloud Nine menyatakan yang sebaliknya. Tuan Oh—pelanggan Cheonsa—adalah orang yang memulai insiden ini, pria itu tampak sangat emosi pada lawannya tersebut.

Rekaman CCTV tersebut kini disimpan dengan rapi dan sengaja tidak dikuak untuk kepentingan penyelidikan. Pihak Cloud Nine berdalih bahwa CCTV yang merekam aksi pemukulan Tuan Oh tersebut di tempat lain lantai satu Cloud Nine sedang rusak dan tidak merekam apa pun pada malam itu. Sehingga sekarang yang mendapat sorotan adalah pria yang kini ditahan oleh polisi—pria yang melaporkan insiden itu ke pihak polisi, pria yang juga menjadi korban dan terkapar di koridor toilet malam itu.

Saat Cheonsa berjalan menuju gerbang, ia melihat tiga orang perempuan masuk ke kantor polisi. Tiga perempuan yang Cheonsa yakini sebagai orang yang juga bekerja di Cloud Nine.

Skenario ini berlanjut sesuai dengan rencana yang dirancang oleh Seokjin dan beberapa orang yang berwenang atas Cloud Nine.

Kasus pemukulan ini akan merambat menjadi kasus pelecehan seksual seperti yang dinyatakan oleh Cheonsa kepada polisi. Demi kepentingan Cloud Nine.

• OFF THE RECORD • ✔ [OPEN PO E-BOOK]Where stories live. Discover now