CHAPTER 5

3.6K 384 75
                                    

"Kenapa kau tetap tinggal di sini?" Pertanyaan itu terlontar dari Cheonsa selepas memakai kembali jubahnya, wanita itu agaknya enggan menyingkir dari pangkuan Yoongi dan memilih posisi berhadapan dengan sang pria. Cheonsa sama sekali tidak jemu menatap paras pria berkulit pucat itu, mata kecil Yoongi seolah menyimpan magnet yang membuatnya tertarik begitu saja.

"Entahlah...." Yoongi menggaruk kepalanya salah tingkah, sedari tadi ia sibuk melarikan pandangan agar tidak berpapasan pandang dengan Cheonsa. "Mungkin karena cukup lelah?"

Cheonsa tersenyum kecil, lalu meraih dagu pria itu agar menghadapnya. "Yakin?"

"T-tidak, sih...." Yoongi melepaskan tangan wanita itu dari dagunya. "M-mungkin hanya ingin saja."

"Ingin berduaan denganku lebih lama?"

Senyuman canggung terpatri di bibir Yoongi secara otomatis. Pipi pria itu mendadak bersemu dan hangat, menularkannya pada Cheonsa yang kini ikut tersipu. Pikiran keduanya terisi oleh apa yang telah mereka lalui beberapa saat yang lalu. Bergumul di ranjang ini, berpindah ke sudut ruang, kemudian ke sofa, kembali lagi ke ranjang, mencoba berbagai macam gaya.

Meski apa yang mereka lakukan tersebut tidak bisa disebut sebuah pergumulan yang lembut, tapi Yoongi tidak menyakiti Cheonsa. Pria itu benar-benar memperhatikan kenyamanan Cheonsa, dan wanita itu pun menyambutnya penuh afeksi--berusaha menuntun Yoongi menciptakan suasana yang lebih dari sekadar pelampiasan nafsu belaka. Dan melihat Yoongi tidak langsung bergegas pergi dari ranjang setelah bersetubuh dengannya adalah bukti kesuksesan Cheonsa menyalurkan afeksinya.

"Kenapa kau memilih pekerjaan ini?" tanya wanita itu setelah hening yang cukup lama.

Yoongi pun seperti terlempar ke masa di mana ia masih seorang lulusan baru dan pengangguran yang sibuk mencari pekerjaan. "Entahlah, aku hanya suka menulis berita. Aku merasa pekerjaan ini lebih cocok untukku."

Cheonsa seketika berpikir mengenai dirinya sendiri, tentang mengapa ia menjadi wanita penghibur. Ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya Yoongi sedikit menyentuh punggung tangannya.

"Kenapa kau diam?" tanya Yoongi.

Wanita itu menarik senyum semanis mungkin. "Tidak apa. Kupikir menjadi wartawan sangat keren. Kalian adalah orang pertama yang ada di lokasi kejadian sebuah peristiwa. Kalian adalah orang yang memberikan informasi pada setiap orang yang menginginkan. Kalian juga lebih mengetahui banyak hal dari pada orang lain. Dan... tambah keren kalau wartawannya seperti dirimu."

Yoongi tertawa. "Apa kau baru saja menggodaku?"

"Memangnya kapan aku tidak menggodamu?"

Yoongi tertawa lagi, kali ini tidak ditahan dan Cheonsa yang menyaksikan itu merasakan hatinya melumer seperti karamel yang dihangatkan.

"Bagaimana denganmu?" tanya Yoongi.

"Apa?"

"Kenapa kau bekerja di sini?"

"Uang. Karena aku suka uang dan bekerja di sini memberiku banyak sekali uang."

"Hanya itu?"

"Ya, mungkin hanya itu. Aku tidak tahu alasan lain mengapa aku ada di sini."  Cheonsa menghela napas, kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan masam. "Aku butuh uang. Aku memiliki seseorang yang menjadi tanggunganku."

"Orang tuamu?" tanya Yoongi.

"Bukan. Adikku. Aku harus mengurusnya seorang diri. Aku harus menghidupinya. Dia masih berkuliah dan kebutuhannya sangat banyak. Aku tidak mau dia bodoh seperti diriku."

Rasa bersalah merayap di hati Yoongi, topik ini seharusnya tidak ia ungkit dalam pembicaraan mereka demi menciptakan atmosfer yang jauh lebih akrab. Topik semacam ini tidak bisa ia gunakan pada setiap orang, salah satunya adalah Cheonsa. Wanita itu kini semakin sendu, seolah badai seperti akan turun dari sepasang bola matanya. Cheonsa sama sekali tidak terlihat sedang bercanda. Wanita itu serius dan tulus, semuanya terpancar dari setiap kata yang diucapkannya.

• OFF THE RECORD • ✔ [OPEN PO E-BOOK]Where stories live. Discover now