Chapter 8

684 80 9
                                    


OFF pov

Aku memasuki perkarangan rumahku, menghela nafas letih melihat sebuah mobil yang kutahu persis pemiliknya. Dengan berat hati aku memasuki rumah, dapat aku lihat di ruang tengah sudah ada kedua orang tuaku yang menatapku dengan emosi, lebih tepatnya ayahku. Dan kedua orang tua mild beserta mild yang terlihat begitu kacau, tapi aku tidak peduli dan tidak ingin peduli, aku melangkahkan kaki menuju tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua, namun langkah ku dihentikan dengan suara seseorang yang terdengar penuh dengan emosi, siapa lagi jika bukan ayahku.

"Off!" panggil ayahku, aku membuang nafas panjangn menetralkan emosiku dan rasa sakit di kepalaku yang tiba-tiba sakit, aku membalikkan badanku menghadap malas ke arahku, tak berminat untuk menghampirinya.

"kau tahu kesalahanmu?" tanyanya

"aku tidak melakukan kesalahan" jawabku santai, dan aku lihat ayahku menghampiriku lalu menampar wajahku.

Plak.

"SUDAH BERAPA KALI AYAH KATAKAN, BERSIKAP BAIKLAH DENGAN MILD, DIA CALON TUNANGANMU, OFF!" bentak ayah di depan wajahku.

"Dan aku juga sudah berapa kali menolak kesepakatan gila ayah dengan teman ayah itu!" aku sudah tidak bisa menahan emosiku, dan ayahku kembali menampar wajahku, sampai aku tersungkur dan kepalaku mengenai pinggiran meja, yang ada disampingku, aku bisa merasakan jika ada sesuatu yang mengalir di dekat pelipis mataku, dan sudah pasti cairan itu adalah darah.

Dapat kulihat semua orang di ruangan ini terkejut dengan apa yang ayahku lakukan, bahkan ibuku menghampiriku dengan air mata yang membanjiri pipinya, bahkan gadis benalu itu menatap tak percaya kearah ku, apa sekarang dia puas melihatku seperti ini? Hah...aku menyeringai penuh dengan kebencian saat mataku dan mata mild bertemu, dapat kulihat mild begitu cemas saat melihatku menyeringai kearahnya. Aku menghempaskan tangan ibuku yang hendak membantuku berdiri, dan aku berjalan meninggalkan rumah sialan ini, tetapi langkahku dihentikan oleh ayahku.

"Jangan berani-berani kau melangkah keluar, jika tidak ingin semua faslitasmu aku tarik" ancamnya, aku tidak peduli, aku sudah muak dengan semuanya dan kembali melangkahkan kaki, tetapi kali ini ayahku benar benar menumpahkan bensin kedalam api yang tengah berkobar, emosiku benar benar tak bisa ku tahan lagi kala dimana ancaman ayah menyangkutpautkan dengan orang tercintaku.

"kau berani keluar dari rumah ini, dan menentang ayahmu, maka kupastikan priamu itu mendapat imbasnya!" pekik ayahku dan itu sukses membuat emosiku bertambah. Aku membalikkan tubuhku dengan darah yang terus saja menetes dari pelipis mataku, menatap tak percaya dengan apa yang baru saja ayahku katakan.

"jika kau berani menyentuh priaku maka ucapkan selamat tinggal kepada putramu" ancamku, kemudian bergegas pergi meninggalkan rumah sialan itu, dapat aku dengar ayahku yang berteriak memanggil namaku penuh emosi. Aku tidak peduli lagi, aku sudah muak hidup dengan apa yang ia ingin, aku sudah muak menjadi bonekanya dengan iming-iming putra sebagai statusku. Sekarng sudah cukup, aku sudah cukup menahan semuanya.

Aku tidak peduli apapun yang akan dia lakulan. Aku hanya ingin bahagia, selama ini aku selalu hidup atas semua keinginannya sampai saat aku menduduki bangku menengah pertama, aku berubah menjadi anak yang pembangkang, anak yang selalu membuat onar disekolah, melakukan apapun yang aku inginkan untuk membrontak dari semua keinginan pria tua itu, tetapi aku selalu menurutinya karna dia selau mengancam ku dengan fasilitas dan memang aku tidak bisa melawannya karna aku masih menghormati dia sebagai ayahku, tepapi sampai pada saat dia membuat kesepakatan untuk menjodohkanku kepada putri dari sahabatnya benar-benar ingin mengendalikan kehidupanku, aku benar benar tidak bisa terima lagi, semenjak itulah aku selalu melawannya, saling memaki, tak jarang pula ia menarik semua asetku tetapi itu tak lama, namun sekarang sepertinya aku harus mengikuti jejak kakak ku.

Please Stay With Me Where stories live. Discover now