💎 :: Penguntit

327 57 0
                                    

Heeyul memandang teduh ke arah rintikan hujan yang turun membasahi jalan, matanya beralih menatap sekeliling jalan yang terlihat sepi. Suasana sepi membuat dirinya menghela nafas panjang. Kedua tangannya ia biarkan memeluk tubuhnya sendiri akibat kedinginan.

Gadis Byun itu berdecak kesal, akibat hujan tujuan untuk pulang ke rumahnya tertunda, ditambah lagi, ia lupa membawa payung.

Sebenernya bisa saja Heeyul menerobos derasnya hujan menuju rumahnya, mengingat letak rumahnya yang tidak terlalu jauh dari tempat ini. Namun Heeyul tidak ingin berakhir basah kuyup dan jatuh sakit.

"Heeyul," seseorang memanggilnya. Atensi Heeyul tertuju penuh pada seorang pria yang baru saja memanggilnya.

Pria gila itu batinya.

Heeyul menatap datar wajah Junkyu, sedangkan pria itu malah mengukirkan senyumnya.

"Mau pulang?" Pertanyaan yang Junkyu lontarkan hanya di balas dengan sebuah anggukan singkat, ia terlalu malas untuk mengeluarkan suara meskipun itu hanya dalam satu kata.

"Ini." Junkyu menyodorkan payung yang di pakainya pada Heeyul. Sontak saja perlakuan itu membuat baju yang Junkyu kenakan terkena butiran air hujan yang turun.

"Pakai ini" ucapnya pada Heeyul.

Heeyul masih terdiam, matanya masih memandang wajah Junkyu yang berada di depannya.

Junkyu menarik tangan Heeyul untuk segera memegang payung tersebut, karena menurutnya akan sangat mengulur waktu jika hanya diam seperti ini.

"Hati-hati." Ucapannya, lalu pria itu berlari menerobos hujan tanpa payung atau hal semacamnya.

Mata Heeyul memperhatikan Junkyu yang rela berlari di bawah derasnya hujan dengan baju yang sudah setengah basah, ada perasaan iba yang timbul.

Seharusnya ia tidak membiarkan sang pemilik payung kehujanan.

"JUNKYU!" Teriakan Heeyul membuat Junkyu memberhentikan langkahnya, pria itu menatap Heeyul yang kini berjalan ke arahnya dengan payung yang tadi di berikannya, walaupun pandangannya agak samar karena air hujan yang membasahi wajahnya.

Saat sampai di depan Junkyu, Heeyul terdiam, ia tidak membuka suaranya, melainkan tangannya yang bergerak memayungi tubuh Junkyu yang sudah basah.

"Jangan hujan-hujanan."

Tiga kata tersebut membuat Junkyu berhasil mengukirkan senyumnya.

"Rumah kamu di mana?"

Junkyu merasakan kebahagiaan, padahal Heeyul hanya sekedar bertanya.

"Aku tidak punya rumah."



•••




Penjelasan dari Junkyu membuat Heeyul mengajak pria itu ke rumahnya.

Seharusnya ia tidak melakukan hal seperti ini karena pria yang berada di depannya adalah orang asing, di tambah lagi, asal usulnya yang tidak jelas.

Tapi entah kenapa, Heeyul sudah menaruh kepercayaan pada Junkyu.

Dari mata yang Heeyul tatapan, ia bisa mendeskripsikan bahwa Junkyu adalah seorang pria baik.

"Kamu duduk dulu, aku buatin teh hangat," pintah Heeyul sambil menunjuk kursi ruang tengah.

Junkyu mendudukkan dirinya di kursi tersebut. Namun matanya menatap punggung Heeyul yang mulai menjauh menuju dapur.

EARLY : SHOW YOURSELFWhere stories live. Discover now