☘️ Dua Puluh Sembilan ☘️

16.5K 1.1K 179
                                    

"Jadi kan Via pulang bareng gue?" Vendo menunggu Via didepan ruang kelas 11 IPA 1.

Via mengangguk, ia tersenyum kearah Vendo. "Jadi."

Vendo melihat Felly keluar dari ruang kelas tersebut, ia pun langsung menegur Felly. "Fel, mau sekalian bareng gak?"

Felly menatap Via kemudian ia tersenyum kecil, ia kembali menatap Vendo. "Gak usah Kak, didepan udah ada supir pribadi aku yang jemput."

Vendo membulatkan mulutnya membentuk huruf 'O', "Oke deh gak papa, next time aja."

"Iya, duluan ya Kak, Vi," pamit Felly, setelah itu ia pergi dari hadapan Vendo dan Via.

Via menahan senyumnya, untunglah Felly tidak ikut pulang bersama, entah mengapa ia menjadi sangat senang.

"Mau langsung pulang atau mampir makan dulu?" tawar Vendo.

Via berpikir sejenak. "Langsung pulang aja deh."

"Okey, let's go!" Vendo merangkul pundak Via, hal itu membuat Via tersenyum senang.

***

Mobil Vendo berhenti tepat dipekarangan kediaman rumah Via. Saat itu juga, Via menatap kearah Vendo, ia tersenyum kearah lelaki itu. "Makasih ya, Vendo."

"Sama-sama." Vendo mengusap-usap puncak kepala Via. "Vi, itu ada siapa dah didepan rumah lo?"

Via melihat kearah teras rumahnya, ada seseorang disana. "Via duluan ya Ven, sekali lagi makasih."

"Gue gak ditawarin mampir nih, Vi?"

Via terkekeh pelan. "Vendo mau mampir? Tumben banget, biasanya gak mau, makanya Via gak tawarin. Ayok mampir dulu."

"Ayok dah, haus gue."

Via dan Vendo keluar dari mobil secara bersamaan. Kemudian mereka berjalan kearah teras rumah.

"Reno, ngapain? Nyari Via?" tanya Via polos.

Reno tertawa pelan, ia sangat gemas dengan tingkah laku Via yang kelewat polos. "Iyalah nyari lo, nyari siapa lagi coba."

"Dia siapa Vi?" tanya Vendo datar kearah Via.

Via tersenyum. "Kenalin Ven, ini teman Via, namanya Reno. Reno kenalin, ini Vendo, sahabat Via."

Reno dan Vendo saling bertatapan datar, Via bingung kenapa kedua lelaki tersebut bertatapan seperti itu.

"Reno? Vendo? Kalian kenapa?" ucap Via bingung karena melihat keduanya saling bertatapan datar.

"Ayok masuk dulu, Via buatin minum." Via membuka pintu rumahnya lalu ia berjalan masuk duluan kedalam rumah. Vendo dan Reno berhenti bertatapan datar, Vendo lebih dulu masuk kedalam rumah tersebut, kemudian disusul oleh Reno.

Via membuatkan minuman untuk Vendo dan Reno di dapur, setelah itu ia membawa minuman tersebut menuju ke ruang tamu.

"Minum dulu gih," suruh Via.

Vendo langsung mengambil segelas minuman lalu meneguk minuman tersebut sampai habis. "Thanks, Vi."

"Iya sama-sama, haus banget ya Vendo? Gitu banget minumnya."

"Iya hehe."

"Reno, minum gih, atau gak suka es jeruk ya? Mau Via buatin minuman lain? Mau minum ap—"

Reno menggelengkan kepalanya. "Gak usah Vi, gue suka kok, gue minum ya." Reno mulai meneguk es jeruk tersebut sampai habis.

"Okey, sekarang Via mau nanya sama Reno, Reno ngapain kesini? Kenapa gak bilang-bilang?" tanya Via, seperti biasa dengan ramah.

"Memangnya harus bilang dulu ya Vi sama lo?"

"Gak gitu, kalau misalkan tadi Via gak langsung pulang, gimana? Kasian kan Reno nungguin Via kelamaan," jelas Via.

Reno mengangguk, ia paham apa yang dimaksud oleh Via. "Iya Vi, gue ngerti kok. Gimana, lo suka gak sama bunganya?"

"Bunga? Lo dikasih bunga sama dia?" Begitu mendengar perkataan Reno, Vendo langsung bertanya kearah Via, untuk memastikan apakah benar lelaki itu memberikan bunga kepadanya.

Via mengangguk mengiyakan ucapan Vendo. "Via suka kok, bagus banget bunganya, makasih ya Reno," ucap Via diiringi senyuman manisnya.

Reno menghela nafas lega, ia ikut tersenyum. "Syukurlah kalau lo suka, sebenarnya gue kesini mau mastiin, lo nerima ajakan gue atau enggak?"

Sebelah alis Via terangkat. "Ajakan? Ajakan apa?"

"Lo gak liat surat di bunga itu?"

Dengan polosnya Via menggeleng pelan. "Memangnya ada?"

Reno terkekeh pelan. "Ada Vi, pasti lo gak liat ya?"

Lagi-lagi Via menggelengkan kepalanya. "Enggak, Via kirain cuman bunga doang," ucapnya.

"Ya udah deh gak papa kalau lo gak liat suratnya, untung gue kesini hahaha... gimana lo mau gak, dinner sama gue, malam ini?"

Via menatap kearah Vendo, lelaki itu tak menatap kearahnya, Vendo menatap kearah lain, wajahnya pun tampak sangat datar, terlihat sekali ia tak menyukai kehadiran Reno disini.

"Just dinner?"

Reno mengangguk. "Yes."

"Okey, Via mau." Saat itu juga, Vendo langsung menatap kearah Via. "Lo nerima ajakan dia?"

"Iya, memangnya kenapa Ven? Gak boleh ya? Kalau gak boleh—"

"Boleh kok, terserah lo, itu kan hak lo."

Via tersenyum tipis. "Iya."

"Jangan pulang kemaleman, hati-hati, kalau dia macam-macam sama lo, langsung hubungin gue." Vendo melirik sinis kearah Reno.

Tentunya Reno tak terima, ia menganggap Vendo sedang menunduhnya akan melakukan hal yang tidak-tidak oleh Via. Ia menatap Vendo tak kalah sinisnya. "Lo tenang aja, sahabat lo bakal aman sama gue!"

Vendo memutar kedua bola matanya jengah. "Baguslah, gue pegang omongan lo."

"Lagian lo possesive amat, udah kayak pacar aja," celetuk Reno.

Vendo menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya salah kalau gue khawatirin sahabat gue? Salah kalau gue peduli sama dia? Salah?!"

Reno menggelengkan kepalanya pelan. "Oh enggak, gue gak ada nyalahin lo, tapi gue merasa lo ngomong begitu seolah-olah lo gak suka Via deket sama gue. Atau— lo suka sama Via? Makanya lo takut Via deket sama gue, lo takut gue ngerebut Via dari lo."

"Lo kalau gak tau apa-apa, mending diam aja," sahut Vendo.

"Isss udah dong! Kenapa malah berantem sih," ujar Via berusaha melerai Vendo dan Reno.

"Reno, Vendo itu gak suka sama Via, Vendo itu sukanya sama Felly," ucap Via menjelaskan kepada Reno.

"Bagus deh kalau begitu, jadi gak salah kan kalau gue deketin Via?" Reno menatap Vendo sembari menaikkan sebelah alisnya.

Vendo memutar kedua bola matanya jengah. "Serah lo," sahutnya datar.

"Vi, ntar malam jangan lupa ya, jam tujuh gue jemput. Sekarang gue pulang dulu, see you," pamit Reno, ia juga mengedipkan sebelah matanya kearah Via.

Via tertawa pelan. "See you too." Setelah itu, Reno pun keluar dari rumah tersebut dan segera pulang.

"Kenapa lo nerima ajakan dia? Dia itu cuman mau modusin lo Vi, udah keliatan sih dari mukanya, muka-muka fuckboy, ntar lo abis dibaperin, terus ditinggalin," jelas Vendo.

"Huss! Gak boleh suudzon! Siapa tau Reno bukan seperti yang Vendo pikirin?"

"Ck! Ntar malam, lo harus hati-hati ya, handphone lo aktifin, kalau lo ngerasa ada perlakuan dia ke lo yang bikin lo curiga, langsung hubungi gue, ngerti?"

"Siap, mengerti!"

Vendo tersenyum, ia mengusap-usap puncak kepala Via. "Good girl."


















••• TO BE CONTINUED •••

Vendo for Via Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang