☘️ Tiga Puluh Sembilan ☘️

15.9K 1.2K 183
                                    

Udah pada bangun?🤣

Happy reading~




"Seperti biasa, saya akan mengumumkan hasil nilai ulangan Matematika Peminatan yang tertinggi dan terendah."

Suasana kelas XI IPA 1 mendadak hening, semuanya sangat tak sabar menunggu hasil pengumuman tersebut.

"Tapi saya perhatikan, nilainya kok pada menurun, kalian semua janjian atau gimana?" heran Bu Wati selaku guru Matematika Peminatan.

"Nilai tertingginya hanya delapan puluh dua, dan pemilik nilai itu adalah Tyfani Flavia Mauren."

Prokk...prokk...prok...

Via tersenyum senang saat mengetahui nilainya adalah nilai tertinggi. Via maju kedepan untuk mengambil hasil ulangannya.

"Terima kasih Bu."

"Tumben sekali dibawah sembilan puluh, ada apa Via?"

"Gak ada apa-apa kok, mungkin kemampuan Via cuman segini," ucap Via.

Bu Wati mengangguk pelan. "Iya, bener juga kamu, tetap semangat ya, ditingkatkan terus."

"Siap Bu!"

"Nilai terendah dua puluh tiga," ucap Bu Wati membuat para murid-murid menahan tawanya. Mereka berbisik-bisik kira-kira siapa pemilik nama tersebut.

"Cassandra Navriel, nilaimu dua puluh tiga."

Kedua bola mata Sandra membulat sempurna.

Kok bisa nilainya rendah? Padahal ia mencontek dengan Via, Nindy pun menyontek dengan Via.

"Loh, Ibu pasti salah liat, gak mungkin nih gak mungkin, gak terima saya," ujar Sandra tak terima nilainya rendah.

"Ini memang punya kamu kok." Bu Wati membaca sekali lagi nama yang tertera dikertas tersebut. "Cassandra Navriel, tuh bener kok Ibu."

Dengan malas Sandra berdiri lalu berjalan kedepan untuk mengambil hasil ulangannya, wajahnya ditekuk, ia benar-benar kesal.

"Kok bisa ya," gumamnya sembari memperhatikan jawabannya.

Bu Wati tertawa pelan. "Mungkin memang segitu kemampuan kamu."

"Ibu salah koreksi kali, masa nilai saya sama Via bedanya jauh banget," protes Sandra.

"Berarti kamu nyontek sama Via dong? Ketahuan kamu, kalau begitu nilaimu Ibu kosongin—"

"Jangan Bu!" potong Sandra cepat. "Gak gitu maksud saya, saya bisa jelasin Bu—"

"Halah! Sudah sana duduk, masih untung nilaimu ada, daripada gak ada sama sekali."

Sandra memutar kedua bola matanya jengah, ia mendengus kesal. "Iya iya." Sandra berjalan kearah kursinya dengan kakinya yang dihentak-hentakan.

"Nilai Adit juga rendah ini, hanya enam puluh tujuh, semakin kesini nilaimu semakin rendah." Bu Wati memberikan selembar kertas hasil ulangan kepada Adit.

"Makasih Bu."

"Ya, kalau bisa nilainya ditingkatkan ya."

Adit mengangguk pelan. "Iya Bu."

"Nindy Adisty, yang mana itu orangnya?" tanya Bu Wati.

"Saya Bu, yang paling cantik," jawab Nindy dengan pedenya, ia mengangkat tangan kanannya.

"Enam puluh delapan." Bu Wati memberikan selembar kertas hasil ulangan kepada Nindy.

"What? Nilai gue lebih tinggi daripada Adit? Wah suatu kebanggaan nih!" Nindy sangat bangga.

Vendo for Via Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang