☘️ Tiga Puluh Delapan ☘️

15.8K 1.2K 151
                                    

"AC-nya kok gak dingin sih Nin?" Sandra mengeluh.

Nindy mengambil remot AC-nya. "Emang biasanya segini kok, gue aja gak kepanasan, lo kepanasan gak Vi?" tanya Nindy kearah Via.

Via menggeleng pelan. "Enggak kok," sahutnya.

"Yeu, kalian mati rasa apa gimana? Panas banget ini."

"Bodo amat lah, Vi ayok jelasin, kenapa lo berpikir pengen pindah?" Nindy memilih untuk memulai topik inti obrolan mereka di pertemuan kali ini.

"Apa karena masalah lo sama Felly yang tadi?" tebak Sandra.

"Bukan kok, Via pengen pindah aja, pengen cobain suasana baru."

"Kok gitu sih Vi, masa lo mau ninggalin kita." Nindy cemberut seolah-olah ia sedang ngambek dengan Via.

"Iya Vi, masa lo mau ninggalin kita sih? Terus kalau lo pindah, gue sama Nindy gimana pas ulangan? Nyontek sama siapa dong," ucap Sandra mengeluh.

"San, gak gitu!" ketus Nindy, ia menyenggol lengan Sandra.

"Eh maaf, tapi emang bener kan, kita selalu nyontek sama Via."

Via terkekeh pelan mendengar penuturan Sandra. "Sandra, Nindy, Via sebenarnya gak mau ninggalin kalian." Via menjeda perkataannya, ia menghela nafasnya lalu kembali berucap, "tapi Via udah mikirin ini dari semalam, awalnya Via ragu, tapi entah kenapa, Via semakin yakin pengen pindah."

"Memangnya mau pindah kemana?"

"Bingung juga sih, tapi Via pengen pindah ke New York deh," ucapnya antusias.

Kedua bola mata Nindy dan Sandra membulat sempurna. "NEW YORK?!" pekik mereka kaget.

"Iya, Via pengen pindah kesana, Via pernah beberapa kali kesana, disana keren banget sumpah!"

"Tapi Vi, kalau lo pindah kesana, kita susah dong untuk ketemu?"

Senyuman yang tadinya terukir di bibir mungil Via perlahan menghilang. Apa yang dikatakan oleh Nindy ada benarnya juga.

"Iya juga ya." Via menghela nafasnya.

"Gak usah pindah lah Vi," rayu Sandra.

"Iya Vi, gak usah pindah, disini aja, bareng kita."

Via menjadi bimbang sekarang, ia ragu untuk pindah Sekolah, sebenarnya ia sudah sangat betah tinggal disini, ia berpikir untuk pindah agar ia bisa jauh dari Vendo, siapa tau dengan cara itu ia bisa melupakannya.

"Via pikir-pikir dulu deh."

"Semoga aja lo gak jadi pindah, bisa galau gue sama Nindy kalau lo pindah," sahut Sandra. Via tertawa pelan. "Kalian bisa aja."

Drrrttt...drrttt...

"Reno," batin Via.

"Sebentar ya." Via turun dari kasur, ia sedikit menjauh dari kedua sahabatnya.

"Selamat sore, Via."

"Iya sore juga, kenapa Reno?"

"Malam ini dinner yuk?"

"Emm malam ini ya?"

"Iya, kenapa? Lo gak bisa ya? Udah ada janji sama orang lain?"

"Enggak kok, Via gak ada janji sama siapapun, tapi Via masih dirumah temen Via, ntar malam baru pulang, kayaknya gak sempat deh Ren."

"Gitu ya? Ya udah deh gak papa, gue gak maksa kok, next time aja deh."

"Iya Reno, kapan-kapan aja ya."

Vendo for Via Where stories live. Discover now