Chapter 3| Random

231 37 50
                                    

berharap pada seseorang memang tidak salah. Tapi jangan kamu jadikan harapan itu puncak dimana kamu bisa bersama dan memiliki hatinya

***


Sudah hampir sepuluh menit elena belum sadarkan diri, benturan bola yang ditendang Marcell tadi benar benar kuat dan dengan penuh emosi. jelas Marcell sangat kesal ketika melihat sosok elena entah itu bawaan dari awal mereka bertemu atau mungkin karena elena terkesan galak dan jutek.

Tubuh elena disandarkan pada kursi official. Zaza,Sherin dan Agatha berkali kali merangsang minyak kayu putih pada hidung elena namun dia tak kunjung sadar. Lain hal nya dengan Marcell ia masih sibuk mengatur team nya sedangkan valeron begitu peduli dengan elena.

"yon, elu mau ikut latihan atau cuma ngurusi cewek bar bar itu?!" teriak Marcell dari tengah lapangan

Valeron yang berada di tepi lapangan segera menghampiri kapten nya itu. raut wajahnya masih terlihat kesal dengan kelakuan Marcell

"apaan sih? bukannya gue nggak mau latihan tapi elena itu udah jadi salah satu anggota kita. dia kena bola udah sepuluh menit belum sadar dan itu penyebabnya Lo. terus Lo disini santai santai nggak khawatir gitu sama dia? Lo punya hati nggak sih pe?!" gertak Valeron

"sejak kapan Lo peduli sama cewek bar bar itu? Lo suka sama dia?"

"ini bukan masalah suka pe, tapi ini masalah tanggung jawab. Siapa yang berbuat salah berani minta maaf dan membenahi kesalahannya itu yang dinamakan lelaki sejati bukan kaya gini. pecundang" tekan valeron kemudian melangkah kembali menyadarkan elena di tepi lapangan

Marcell yang masih berdiri disitu masih berpikir sejenak ia mencerna kata demi kata yang diutarakan Valeron tadi. Tidak seharusnya ia bersikap seolah tak peduli seperti karena jelas ini salahnya. Ia juga tidak mau di cap sebagai kapten pecundang yang tidak mau bertanggung jawab atas kesalahannya

Marcell melangkah menyusul Valeron dengan sengaja ia melangkah cepat sampai ia berada tepat di depan gadis yang pingsan tak sadarkan diri itu. Masih terlihat dahi bagian kanan nya yang lebam. Rasa bersalah menghantui dirinya memang muka gadis itu saat pingsan terlihat kasihan tapi mengapa saat bangun ia seperti cewek bar bar yang tak tau malu

"bangun El, bawa ke rumah sakit aja yuk. gue takut nanti kalau dia kenapa napa gimana kalau tiba tiba bangun terus lupa kita gimana" ucap Zaza panik

"jangan gitu dong za, positif thinking aja bentar lagi bangun coba deh kasih bau minyak kayu putih lagi" ujar Sherin yang mengambil kembali satu botol minyak kayu putih berukuran sedang

"ini tuh gara gara Lo pe, coba kalau Lo fokus terus kalau kaya gini bilang apa coba sama coach Bima?" cibir valeron yang berdiri di samping jepe alias Marcell

"BRISIK!" tegas jepe membuat semua cibiran demi cibiran itu diam dan hilang.

Marcell segera memposisikan diri tepat disamping elena teman teman disekitarnya pun masih belum paham apa yang dilakukan Marcell apakah mau memijat? atau dia akan mengambil nafas buatan? itu sepertinya mustahil:v

"mau ngapain Lo pe?" tanya Valeron yang masih menanti kelanjutan gerak gerik dari Marcell

Marcell segera mengangkat tubuh elena yang lumayan berat itu. Di gendong nya elena ala brydal style semua terkejut atas hal yang dilakukan kapten timnas itu. tubuh lemas elena terangkat begitu saja.

"eh eh mau dibawa kemana elena nya?" protes Agatha yang masih membawa air mineral miliknya

Marcell tak mempedulikan perkataan ataupun cibiran dari teman temannya bahkan rekan satu team nya. Ia berjalan melewati lapangan kemudian menuju keluar dari stadion kali ini dengan modal nekat ia melakukan itu. dalam pikirannya hanya bagaimana ia bisa menyadarkan cewek bar bar yang satu ini.

YOU BE MINEWhere stories live. Discover now