Chapter 6| MERAH ARTINYA BERHENTI

209 24 211
                                    

singkatnya terjebak denganmu ditengah rinai hujan adalah musibah terbesarku.
-elenahawysia

****

ELENA tergeletak begitu saja di lantai tubuhnya lemas seakan tak bisa diajak untuk berkompromi. Kepala elena juga terasa seperti menaiki komedi putar duapuluh kali. Marcell yang berada di belakangnya terkejut ketika gadis yang ia sebut bar bar itu pingsan.

"elena!! El bangun dong" gerutunya sembari menggoyangkan tubuh elena yang lemas

"dih ini anak pingsan beneran nggak sih?! "

Marcell panik, ia diambang dua pilihan. membawa elena ke ruang medis atau melanjutkan pengintaian nya kepada Riri dan Valeron?.

Setelah berfikir lumayan lama, Marcell memilih untuk membopong elena menuju ruangan medis. Meskipun dalam hatinya menggerutu tidak bisa mengutip pembicaraan Riri dan valeron, setidaknya ia tak sejahat itu membiarkan orang yang sedang pingsan ya walaupun orang itu yang ia benci.

Marcell membawa elena melewati kerumunan manusia. Berbagai pertanyaan muncul di benak mereka dan beberapa cacian juga muncul akibat salah paham ini. Namun Marcell seakan menutup telinganya rapat rapat hingga tak akan ada lagi cacian yang ia dengar

Hingga ia sampai pada sebuah ruangan bercat dominan putih. ia segera menurunkan tubuh elena pada ranjang yang tersedia. Marcell menatap keadaan elena sekarang, sama seperti biasanya ketika ia tengah pingsan mengapa rasa bersalah selalu menghantui dirinya seakan semua yang dialami elena ini ada hubungannya dengan benturan keras dari bola kemarin.

"maaf, siapa yang sakit ya?" tanya dokter yang baru saja membuka pintu ruangan itu.

"ini dok, temen saya dia tiba tiba pingsan"

"baik akan saya periksa tapi tolong adek keluar dulu ya" perintah wanita ber jas putih itu.

Marcell duduk pada kursi yang telah tersedia di depan ruangan. Yang ada di pikirannya adalah Riri dan valeron. Ia bingung harus bagaimana menanggapi kedua orang itu. Jika ia langsung berpikir bahwa mereka selingkuh itu sama saja dengan fitnah karena tidak ada seutas bukti pun.

Lamunannya terbuyarkan seorang pria datang memegang pundaknya. Marcell mengalihkan pandangan ke pria itu, ia tersenyum singkat melihat raut khawatir Marcell

"ngapain di ruang medis?"

"itu nganterin cewek bar bar tadi pingsan" jawab Marcell

"ha? elena pingsan?!!!" ucap Dimas dengan volume naik satu oktaf

"bisa agak selow nggak sih?"

"terus gimana keadaannya? gue kasih tau coach Bima aja ya"

"nggak usah, bentar lagi sadar kok"

Dimas hanya mengiyakan perkataan Marcell karena ia tahu jika dia terus membantah perintah Marcell urusannya akan panjang. Kaptennya itu akan nyerocos tak akan ada hentinya.

Tak sampai dokter keluar dari ruangan medis kedua orang pemuda menghampiri mereka dengan nafas yang terengah engah nampak mereka akan memberikan kabar ataupun semacam tugas untuk Marcell

"ten!!!" sorak Daffa dengan masih mengatur nafasnya

"ada apa?! kok kalian kaya keburu buru gitu?" tanya Marcell heran dengan sikap kedua anak buahnya itu

YOU BE MINEWhere stories live. Discover now