Part 3

170 18 1
                                    

"Pak hari ini jadikan?"

Belum juga Radith duduk dimejanya. Inara yang sudah keluar dari ruangan kerjanya menuntut janji yang mereka buat kemarin.

Inara gak mau kecewa.

Dia sudah menyiapkan alat tempur maksimal.

Baju. Makeup. Wedges. Dan busa untuk menambah volume dadanya yang tidak diberkati.

"Ya Tuhan Ra. Jangan bikin kaget. Jantungku nanti gak kuat."

"Maaf pak. Terlalu bersemangat. Mau aku pijatin jantungnya."

Sekalian kesempatan elus-elus dadanya Radith yang bidang hasil ngeGYM maksimal.

Tangan Inara jadi gatal-gatal.

"Gak perlu. Pijat aja mba Dwi. Kelihatannya dia lagi butuh."

"Bapak gimana sih, kan aku nawarinnya kebapak."

Inara sudah mau maju untuk menggapai tubuh Radith.

"Inara!!"

Dan suara pak bos menghentikan tindak kejahatannya.

"Bapak kok cepat banget hari ini masuknya?"

Inara tak menyembunyikan kekesalannya dihadapan pak bos. Rejekinya pagi ini harus dibatalkan karena kedatangan sang pemilik utama insan yang dia taksir.

Sial.

Padahal sedikit lagi sudah bisa diganyang-ganyang itu dada. Sekalian mau ngecek Cupnya si Radith. Inara dan Maya sudah beberapa kali berdiskusi mesum tentang ukuran dada Radith. Ukuran bra apa aja yang cocok dengan anak pak bos mereka. Jangan-jangan malah mengalahkan size si Inara sendiri. Itu gawat. Tidak ada cara untuk memperbesar dada selain implant. Iklan suplemen di kolom komentar IG tentang memperbesar alat vital itu semua palsu. Inara mana ada modal untuk pasang silicon didada.

Menggerutu sendiri dengan masalah implant dikepalanya. Dengan menunduk menatap lantai dia kembali masuk dan duduk dimeja kerja.

Maya dan Dwi yang melihat tertawa tanpa ditahan.

"Itulah kalau niat jelek tidak akan diberkati Allah." Timpal Dwi yang memang mengenakan hijab dan suka merecoki si Inara.

"Apaan sih mba. Masih pagi ini. lupa mandi basah ya?" Balas Inara sembari membuka email masuk dari kustumer.

Sepertinya sampai sore dia akan sibuk. Ada tujuh lembar yang masuk dan semuanya masing-masing menanyakan duapuluh item. Belum lagi yang mengiriminya penawaran di aplikasi chat whatsapp.

Tidak akan ada kesempatan untuk merayu Radith hari ini.

Inara mengetuk-ngentuk keningnya diatas meja.

"Mulutmu Ra. Belum ada suami gini. Gimana mau mandi basah." Dwi melemparinya pulpen yang jatuh dilantai.

"Ketinggalan jaman banget kamu mba. Sekarang mandi basah gak perlu suami. Yang penting mau juga sudah bisa."

"Ya elah mba. Ngapain sih nanggepin dirty talk sama si Inara. Kalah kamu mah. Dia sudah khatam. Dari SMP bacaannya hentai."

Maya mengikik macam hantu.

"Kalian apa-apan sih. Gak bisa yah liat orang kerja dengan tekun. Ganggu banget. Teladan dong jadi karyawan kayak aku pagi-pagi udah kerja semangat empat lima."

Benar saja, Inara sudah memprint penawaran kustumer dan mengeceknya. Padahal hari biasa dia akan menunggu sampe siang. Atau paling tidak dia hanya bekerja jika ada bos. Katanya si supaya bos tahu jika dia kerja dan tidak makan gaji buta karena terkadang kerjaannya sudah selesai sewaktu bos datang dan itu akan membuat bos mengejeknya dam mengancam memotong gajinya. Padahal kan memang si Inara kalau serius kerjaannya cepat selesai.

Naksir Anak Boss. [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang