Part 7

123 11 2
                                    

Ini kenapa pula simantan ikutan komen?

Cari perhatian?

Mau playing victim?

Bagaimana kalau teman-teman Inara sadar dan mengomentari si Nevan.

Maaf saja yah, Inara sudah move on, walau agak susah.

"Kak..."

"Yah Ra?" Radith menyahut setelah mengunyah mienya. Dia mengelap bibirnya yang sangat ingin dicium Inara.

Dan alih-alih menjawab Inara memandangi bekas tisu Radith dengan nafsu yang tidak masuk akal. Dia ingin mengambilnya. Mengoleksinya dan dicium-cium ketika rindu. Atau kalau Inara sudah ingin menyerah mendapatkan Radith dia bisa menggunakan air liur yang menempel disana untuk memantra-mantrai lelaki itu untuk jatuh cinta padanya.

Dukun sekarang asal pintar mencari hasilnya top.

Inara harus memikirkan rencana masa depan jika dia ingin sukses.

Dia harus jadi istri orang kaya.

"Ra..."

"Yah kak, kenapa?"

Radith terkekeh.

"Kok balik tanya? Tadi kamu yang manggil aku."

"Oh betul-betul. Lupa! Teralihkan." Inara menggeleng, tapi tisu itu sudah menjadi incaran. Begitu Radith tak memperhatikan Inara akan mengambil dan menyembunyikannya dalam tas.

Jaminan masa depan.

"Itu kak. Kakak lelaki kan yah. Sebagai perwakilan, kalau lelaki yang sudah jadi mantan ngomentari foto IG mantannya maksud terselubungnya apa?"

"Masih berharap."

"Beneran???"

Radith mencondongkan wajah memperhatikan tampilan layar ponsel Inara.

"Coba mana lihat? Mantan kamu komen apa?"

Inara menunjukkan layar monitor ponsel dan menunjuk komen Nevan yang hanya O.

"Caper sih Ra. Kamu GR?" Tanya Radith, curiga juga kenapa Inara membahas komenan mantannya. Bukannya sekarang Inara harus gugup karena ada lelaki lain diantara mereka yang dibahas atau gelisah karena ada ancaman mantannya mentigai mereka?

Jalan pikiran wanita ini. Entah didunia ini atau didunia lain.

"Gak GR kok kak. Kami pisahnya baik-baik. Cuma tumben ini orang komen. Sudah setahun hilang."

"Kamu baper karena dia tiba-tiba hilang?"

"Hm... dari pada baper lebih tepatnya penasaran. Kenapa kakak tanya? Penasaran yah? Merasa terancam karena bakal ada saingan?"

Radith mendengus.

"Ra delusi makin jadi!"

Sekarang Radith sudah tahu pola isi otak Inara.

"Lah terus kok tanya-tanya."

"Supaya ada bahan aja dibahas."

Inara mendumel.

"Sudah jangan maki-maki. Mulut perempuan gak bagus begitu."

"Habis aku tadi rasanya sudah dibawa keawan gak taunya dijatuhin lagi ketanah, terus malah diinjak."

"Kamunya sendiri yang GR Ra. Makanya kalau mikir jangan terlalu jauh."

Radith sudah bisa bersenda gurau dengan Inara dan rasanya memang menyenangkan.

Naksir Anak Boss. [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang