Part 4

116 15 1
                                    

"Apaan sih mba?"

"Bajumu itu loh Ra..."

"Kenapa memangnya?"

Inara ngeloyor dihadapan mereka sembari melenggok sana sini seakan dia model kelas dunia. Sengaja memanasi kedua teman sekantornya. Tahu dia isi otak dua makhluk itu.

"Bagus yah?"

"Gundulmu. Nyebut Ra... Itu sempak kelihatan bego."

"Sengajalah mba."

"Temanmu May."

"Temanmu juga mba." Sahut Maya tak kalah sewot.

Inara tak menggubris. Matanya sedikit melirik ke depan namun sang terkasih tidak ada.

"Pak Radith kemana?" Tanyanya gusar, berdebar karena lapar.

"Dia gak ninggalin aku, kan?"

Dwi mendengus. Mengejek. "Siapa suruh lama di WC , malas kan nungguin kamu."

Wajah Inara terkekuk sedih.

Maya jadi tak tega.

"Dia ke gudang. Ngecek barang sebentar."

Wajah Inara kembali berseri-seri.

Dia menaruh pouch makeup kedalam tas. Menungging hingga Dwi kembali beristigfar. Teringat apa yang tadi ingin dibahasnya.

"Ra, kenapa gak sekalian pake bikini aja?"

Sumringah si Inara malah mengangguk semangat. "Menurutmu itu gak papa mba? Ada sih ini aku bawa."

"Ya Allah..." Dwi mengelus dadanya sembari menatap Maya minta pertolongan.

"Mba, sudah aku bilangkan, kamu sama Inara itu gak satu frekuensi. Sarkasmu itu gak ngaruh. Dia mana tahu bedanya dipuji sama dikritik."

"Memang kenapa dengan bajuku? Cantikkan? Aku seksikan?" Inara mengedip-ngedipkan mata.

"Seksi Ra. Kebangetan malah. Itu tetek sampe mau tumpah. Kamu kasih berapa layer busa?"

Inara memegang dadanya.

"Aku sumpal kaos kaki juga sih ini."

Maya terbahak.

"TOP! Kamu kan memang gak setengah-setengah."

Inara mengacungkan jempolnya. Senang dipuji Maya.

"Tapi Makeupmu gak keterlaluan? Cuma mau pulang, kan?"

"Emang agak terlalu bersemangat sih tadi. Foundinya ketebalan yah?"

"Blush-on nya juga itu terlalu terang."

"Hmm..."

Inara berkaca.

"Gak papa sih ini, masih normal. Seenggaknya aku gak pake bulumata palsu."

Maya menggeleng pasrah.

Dandannya Inara sudah seperti mau pergi hajatan. Pake foundi. Dicountour segala, pipi ditirusin hidung dimancungin. Total tanpa batas.

Padahal mereka cuma mau pulang bareng. Eh, "kamu mau ngajak pak Radith sekalian makan malam diluar yak?" Hardik Maya menyipitkan mata.

Cengengesan, Inara mengangguk. "Mau ngajak ngamar sih. Cuma terlalu cepat."

Maya melempar kotak ultramilk kosong kewajah mesum temannya.

"Mulutmu cuci dulu pake rinso. Kotor banget. Kamu pake ngepel lantai terus yah?"

Naksir Anak Boss. [ON-GOING]Where stories live. Discover now