Part 5

127 18 4
                                    

Sesampainya mereka dikafe tujuan.

Inara keluar dari mobil dan cepat-cepat menaiki tangga dari basement bawah ke lantai satu kafe dan masuk kedalam toilet.

Dia sudah sering kemari hingga sudah hapal dimana letak toilet dan lainnya. Disana murah. Dan banyak cowo ganteng walau sayangnya banyak juga anak alai dan cabean.

"Kita dilantai satu aja yah pak. Jangan keatas. Apa lagi rooftop. Banyak alayer!"

Inara melambaikan tangan dan berlalu dari hadapan Radith yang agak tercengang dan kehabisan kata-kata.

Apa Inara baru saja mengatai dirinya?

Perempuan itu juga alay dimata Radith.

Inara menarik kursi dekat kasir dan melambai lagi pada Radith yang masih diam saja.

Lelaki itu tersadar dan menggeleng samar lalu melangkah mendekati meja yang dipilih Inara. Dia menarik kursi diseberang Inara.

"Kok disana pak? Duduk disamping aku sini," perempuan itu menarik kursi disebelahnya.

Radith menahan diri agar tidak mendesah. Takut si Inara menyalah artikan lagi kelakuannya. Inara sepertinya sudah memutuskan sesuatu sekehendak hatinya. Menjelaskan tidak ada gunanya. Jadi terima saja. Nanti kalau sudah kepepet baru dijelaskan hingga mulut bebusa.

Begitu Radith duduk. Seorang pelayan berdiri disamping meja mereka dan memberikan menu.

"hotplate yang ini yah mba. Mozarellanya diganti pake telur. Minumnya frappe yang ini." Inara menunjuk-nunjuk. Terlalu lelah menyebutkan nama-nama menu yang panjang.

"Mie ayam seefood aja ini yah mba. Dan minta air hangat."

"Itu aja pak pesanananya? Gak lapar?" Tanya Inara sengaja mendayukan suara agar sipelayan tahu Radith itu ada hubungan khusus dengannya. Itu mata si pelayan sudah bisa keluar karena melihat kegantengan gebetan Inara.

"Tadi siang makan sama papa banyak banget dipesanain. Jadi masih agak kenyang."

"Ho, papa memang suka begitu."

Kening Radith mengerut dalam.

Itu Bos kamu Ra. Dia ingin menimpali seperti itu. tapi lelaki itu memilih diam. Gak ada untungnya juga dibahas. Si Inara punya ribuan jawaban menyeleneh yang makin ditanya makin tidak dimengerti oleh yang bertanya.

Inara melirik gelakat sang pelayan.

Matanya menunduk lesu.

Memangnya dia berharap apa?

Dilirik Radith?

Bersaing dengan Inara yang bermakeup full dan dadanya tersumpal sempurna? MIMPI!

"Makasih yah mba. Itu aja. Ditunggu. Jangan lama-lama, kita sudah kelaparan." Inara mengusir secara jelas bahkan membuat matanya melotot seperti disinetron india yang disukai teman sekerjanya didivisi keuangan.

Inara kembali menatap Radith tanpa berkedip.

"Pak..." Mulainya.

"Yah?"

"Bapak pake skincare apa?"

Radith sedikit terkejut ditanyai hal itu. Namun dia cepat-cepat mengembalikan postur jantannya.

"Yang biasa aja."

"Pake cream dokter pak?"

"Ah gak. Pake facial wash. Sama serum-serum biasa."

"Serum?"

Mata Inara melotot. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan notebook dan pulpen.

Ini informasi top secret. Akhirnya dia akan mengetahui rahasia dibalik wajah sparkling splendid Radith yang sangat diirikan Inara sama orang-orang kantor.

Naksir Anak Boss. [ON-GOING]Where stories live. Discover now