Part 1: All about Azalea 🌸

355 67 2
                                    

    Aku Azalea Quinsha. Seorang perempuan yang berkecimpung di dunia kesehatan. Bekerja sebagai dokter spesialis anak.

Dokter dan anak-anak adalah dua hal yang paling ku sukai. Menjadi dokter adalah pekerjaan yang mulia, membantu menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan sakit banyak orang. Serta baginya anak-anak adalah sumber kebahagiaan, tanpa mereka hidup kurang berwarna.

Apalagi saat melihat mereka tertawa bahagia akan hal-hal kecil yang tak masuk akal orang dewasa. Entah sihir apa yang terjadi, ketika mereka tertawa aku ikut merasakan kebahagiaan itu. Sungguh nikmat luar biasa yang diberikan Allah pada diriku.

Kilas balik perjuangan ku dalam meraih gelar sarjana dokter spesialis anak. Pendidikan dokter jika dihitung dari segi waktu. Untuk menamatkan fakultas kedokteran diperlukan waktu lima tahun. Setelah itu, bekerja internship satu tahun sehingga total menjadi enam tahun. Setelah itu bekerja di daerah sekitar tiga tahun.

Kemudian masuk pendidikan spesialis sekitar empat tahun. Jadi, untuk menjadi dokter spesialis anak diperlukan waktu sekitar 13 tahun sejak masuk fakultas kedokteran.

Tapi syukur alhamdulillah, aku menempuh pendidikan tak begitu lama. Saat kuliah aku mengambil jalur akselerasi. Oleh karena itu, waktu yang ditempuh relatif lebih sebentar.

Untuk kelas akselerasi aku dan teman-teman lainnya diberikan tugas yang sangat banyak. Bukan hanya tugas-tugas begitupun dengan praktikum-praktikum lainnya.

Pendidikan dokter yang semestinya berakhir sekitar 13 tahun lamanya mampu kami selesaikan dalam waktu kurang lebih 9 tahun. Dengan dicekoki mata kuliah yang sangat banyak, tugas semakin menimbun dan belum lagi sering diadakan ujian, dan terkadang ujian itu dadakan.

Bisa dibayangkan betapa pusingnya kami dalam sehari menyelesaikan ujian dan praktikum secara bersamaan dihari yang sama. Ya ... Semua itu terus berlanjut sampai sidang.

Bayangkan berapa banyak lembar kertas yang akan kami habiskan jika satu bab saja salah. Revisi dan revisi lagi, menjadi momok menakutkan bagi kami.

Bagaimana tidak jika satu kalimat saja yang salah maka coretan tinta merah itu tertanda di sana. Dan jika terdapat coretan tinta merah, alamat kami harus mengulangnya dari awal.

Revisi atau di buang ke tempat sampah sudah makanan sehari-hari kami. Menyedihkan memang jika harus melihat tugas yang telah susah payah di garap berakhir pada tempat sampah. Dan harus menyelesaikan deadline tugas itu dalam waktu dua minggu.

Tak ada waktu untuk bersantai. Saat koas pun begitu, bukan satu dua kali waktu istirahat kami gunakan untuk mengerjakan tugas tapi hampir setiap hari. Kami harus bisa tahan bekerja selama 24 jam tanpa tidur, makan, minum bahkan untuk ke toilet sekalipun hanya untuk menimba ilmu di rumah sakit.

Belum lagi saat tiba-tiba diminta untuk jaga malam. Kami benar-benar tak memiliki waktu untuk istirahat. Lelah memang, tapi semua itu sudah menjadi kewajiban kami dalam menimba ilmu. Untung saja dokter-dokter pembimbing kami terkadang sangat pengertian. Setiap saat selalu diberi vitamin sebagai doping agar kesehatan kami tetap terjaga.

Oleh karena itu kami harus benar-benar bisa menjaga kesehatan kami. Jika tidak, apa yang akan terjadi, banyak tugas yang semakin terbengkalai dan harapan lulus dengan cepat lalu mendapatkan hasil yang memuaskan pun hilang sudah.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk masalah biaya pendidikan. Berkat prestasi yang kami miliki, kami mendapatkan beasiswa untuk menyelesaikan pendidikan.
Beberapa dari kami mendapatkan beasiswa.

Inilah bukti bahwa setiap usaha tidak akan menghianati hasilnya. Dengan kerja keras, ketekunan dalam belajar dan tak lupa selalu berdoa kepada Allah SWT yang Maha Kuasa dan untuk setiap tetes keringat, jerih payah orang tua terbayar sudah dengan keberhasilan anaknya.

🌸🌸 To Be Continued 🌸🌸


Salam hangat dari author 🤭
Selalu support story ini ya🤭
Dengan vote dan komentar dari kalian🤭
Kritik dan saran sangat diperlukan 😇🙏

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang