13

21 7 4
                                    

Elena membuka pintu kamar nya lalu berjalan ke arah dapur. Elena menghampiri Dinda.

"Pagi tan," sapa nya. Dinda menoleh lalu bergumam. "Pagi juga." balas Dinda, ia tersenyum kecil.

Dinda menengok lalu memperhatikan Elena dari atas sampai bawah. "Udah Cantik aja, mau kemana?" tanya Dinda.

"Hehe, mau jalan-jalan aja tan," Elena menyengir. "ya udah, Elena pamit ya tan, Assalamualaikum." lanjut nya. Elena berjalan kearah pintu setelah berpamitan dengan Dinda.

"Waalaikumsalam."

***

"Sebel! Sebel! Sebel! Ihhhh!"

Seorang gadis tengah menendang-nendang kaleng kosong. Nampaknya dia sedang kesal sekarang, menendang-nendang kaleng yang berserakan di trotoar taman.

"IHH!!!"

Kaleng yang ia tendang melambung, mengenai pundak seorang pria. Pria itu meringis memegangi pundak nya. Gadis itu menganga, ia gugup seketika.

Pria tadi menengok kearah kanan-kiri mencari sang pelaku. Dia memicingkan mata saat melihat gadis di trotoar sedang menunduk. Pasti gadis itu!

Dia bangkit lalu menghampiri gadis tadi. "Eh lo kalo nendang liat-liat dong!"

Gadis itu tidak bergeming.

"Eh! lo itu deng–" ucapan pria tadi terhenti saat gadis itu mengangkat wajah nya.

"Elena!"

Elena mengernyitkan dahi, pertanda dia bingung. Setelah memperhatikan lelaki jangkung di depan nya. Ia..... Sepertinya kenal.

"LOH BUMI!" pekik Elena.

"Eh, jangan teriak-teriak si! Iya ini gua Bumi." cibir Bumi.

Elena mengubah ekspresi wajah nya. "Ngapain lo disini," tanya nya.

Bumi membalikkan badan, "Duduk aja."

Bumi berjalan menuju kursi nya lagi, tidak peduli dengan Elena dibelakangnya.

"Eh, Gua ditinggal." gumam Elena. Ia berjalan cepat, menyusul Bumi.

"Lah lo, Ngapain ngikutin gua?" Bumi agak menunduk menatap Elena yang jauh lebih pendek.

"Ya–ya Gua mau duduk aja." jawab Elena dengan wajah datar nya, "Salah?" lanjut nya. Bumi menggeleng ia mendudukkan diri. Bumi menatap Elena yang masih berdiri. "Katanya mau duduk?"

Elena nampak kikuk, "Ya–ya sabar sih!"

Angin berhembus, membiarkan rambut kedua insan bergoyang-goyang terkena angin, Elena mendengus ia melihat arloji di tangan nya. 1 jam dia duduk, bokong nya sudah keram! . Dia heran, mengapa pria disampingnya nampak biasa-biasa saja?!

"Lo gak pegel?" tanya Elena memutus kan keheningan diantara mereka, INGAT! IA BENCI KEHENINGAN!

"Nggak." Bintang bergumam, bahkan Gumaman nya nyaris berbisik.

"Hah?!" Elena mendekatkan telinga nya kearah Bumi, "Apa-apa?! Gua gak denger?!"

Bumi mendengus, "Gua gak pegel." jawab nya.

"Ooh," Elena kembali ke posisi awal. "Ooh doang?" tanya Bumi. Elena menengok, "Lah terus?"

Bumi menggeleng, Ia bangkit lalu pergi. "Gua duluan." pamit nya.

"Huhh," Elena menghela nafas, Dia beralih menatap Ponsel nya yang Ia genggam sedari tadi. "Oiya, gua lupa minta no Bumi," gumam nya.

"Udah lah! Gak penting!"

***

Elena berjalan-jalan kecil, melewati taman ia menuju Coffee Shop yang berada di sebrang taman, berniat untuk meminum kopi dan beristirahat. Dia berhenti sejenak untuk memastikan jalan. Setelah dirasa cukup sepi, Ia berlari menyebrang jalan.

Dia memperhatikan penampilan nya dari etalase Coffee shop. Melangkah kan kaki memasuki Coffee shop.

KRING! Kring!

Lonceng Coffee shop berbunyi menandakan ada pengunjung. Elena disambut oleh Waitress, Pengawai Perempuan. Wanita tersebut tersenyum sedangkan Elena hanya menatap biasa.

Elena duduk di bangku sebelah kiri, didekat jendela. Ia memanggil satu pelayan untuk memesan.

"Selamat datang, mbak nya mau pesan apa?" tanya pelayan itu ramah, lalu menyodorkan menu.

"Latte 1," jawab nya.

"Sudah itu saja?" tanya pelayan yang ber name-tag Nia. Elena mengangguk kecil, Ia menoleh kearah jendela. Pelayan tadi tersenyum kikuk lalu pamit untuk membuat kan pesanan.

Ponsel nya bergetar, Elena merogoh tas kecil yang ia bawa lalu mengeluarkan ponsel nya. Dia memutar bola mata malas saat melihat siapa yang menelfon nya.

"Ngapain lagi ni bocah nelpon gua!" gumam nya. Ia me-reject panggilan dari alfin, Elena menaruh ponsel kesayangan nya di samping Vas bunga. Bertepatan dengan itu kopi pesanan nya datang.

Pelayan tadi -Nia- dengan hati-hati membawa beberapa pesanan. Saat Nia menuju meja Elena, kaki nya tersandung lalu kopi yang ia bawa tumpah ke baju Elena.

Elena bangkit, "Gimana si! Punya mata gak!" protes nya. Nia menunduk, "Maaf mbak, saya tidak sengaja." ujar nya.

"Kalo gak becus gak usah kerja! NGERTI!?"

Pelayan tadi terhenyak kaget saat Elena menaikkan volume suara nya. Dia dan Elena sekarang menjadi pusat perhatian.

Elena mengambil tisu lalu mengelap bagian baju yang kotor. Tidak peduli dengan siapa ia berteriak, Mood nya hancur sudah.

Ia mengambil ponsel nya dengan gesit, lalu berjalan keluar Caffee, Pelayan tadi bukan nya kembali, tetapi berbalik dan berjalan ke arah sebaliknya.

"Huff, sudah mbak." ujar nya kepada gadis dan pria di depan nya.

"Pffft hahahahaha!! Aduh perut gua aduh..." tawa gadis itu pecah seketika, sedangkan pria di sampingnya menggelengkan kepala.

"Ah iya, ini uang tips buat mbak, lalu Caffee shop ini Akan saya beri bintang 5, Makasih ya mbak," ucap gadis tadi. Waitress itu tersenyum lalu pergi.

"Ehh, lo liat muka nya gak?" Gadis itu bertanya sembari membekap mulut nya sendiri. Menahan tawa.

"Rese banget sih elo." Pria didepan nya mencubit hidung gadis itu dengan gemas, sedangkan gadis itu tersenyum salting. "Sakit tau ih." pekik nya.

Bintang terkekeh, sungguh bersama dengan Bulan membuat nya bahagia. ia rasa, Dia... Jatuh cinta dengan Bulan.

"Eh tang."

"Bintang!"

"Ihh Bintang!"

Pekik Bulan yang merasa kesal. "Ih lo kok bengong sih?! Gak baik tau." ujar Bulan terhadap Bintang. Bintang hanya mengangguk lalu mengusap pucuk kepala Bulan.

Bulan tersenyum, kenapa Perilaku Bintang sangat manis kepada nya? Lelucon nya, tawa nya, Perlakuan nya, Senyuman nya, semua yang Bintang punya Ia suka.

Ah ia... Suka orang nya juga.

***

Assalamualaikum:)
Hay, Lope sekarung buat readers, jangan lupa Tekan Bintang nya ya.

Salam manis🖤

Love Is Rubbish [On Going]Where stories live. Discover now