14

16 8 7
                                    

Bulan dan Bintang memasuki Coffee shop, indra penciuman mereka langsung disambut oleh berbagai aroma Kopi.

Bulan memicingkan matanya saat melihat orang yang ia kenal sedang duduk di dekat jendela. Ia mencubit-cubit lengan Bintang. "Tang tang!!!"

"Sakit tau Lan! Kenapa?" Bintang memukul kecil punggung tangan Bulan, Bulan hanya menyengir lalu menunjuk kearah wanita tadi, "Itu Elena,'kan?"

"Iya itu Elena, kenapa?" Bintang memperhatikan Elena, lalu berbalik memperhatikan wajah Bulan. "Eumm, Gak papa sih."

Bintang mengangguk-angguk lalu menarik lengan Bulan ke kursi paling ujung. Berlawanan arah dari tempat Elena.

Elena duduk di bangku sebelah kiri, didekat jendela. Bulan melihat Elena yang memanggil salah satu pelayan.

Sayang nya, jarak mereka cukup jauh jadi Dia tidak mendengar percakapan Elena dan pelayan itu yang Bulan lihat pelayan itu hanya memberikan menu kepada Elena. Sepertinya Elena akan memesan. 

Setelah cukup lama akhirnya Pelayan tadi tersenyum kikuk lalu meninggalkan Elena. Saat pelayang yang ber name-tag Nia tersebut melewati kursi nya, Ia menghadangnya.

"Ada apa mbak? Anda ingin memesan?" tanya Nia. Bulan menggeleng, "Tadi mbak itu, mesen apa?" tanya nya sembari menunjuk Elena.

"Ooh, mbak itu memesan minuman mbak, kenapa ya?"

"Mbak mau uang tambahan?" Bulan menyeringai saat Pelayan itu mengangguk. "Tapi Ada syaratnya."

"Apa mbak?" tanya Nia.

Bintang menyenggol lengan Bulan, "Mau ngapain lu?" tanya Bintang, "Apa sih bin! Mending diem sttt!"

Bulan membisikkan sesuatu kepada Pelayan tadi. Pelayan itu hanya mengangguk-angguk, "Oke mbak."

Cukup lama, akhirnya Pelayan tadi membawa pesanan Elena, saat melewati meja Bulan ia melirik Bulan yang sedang tersenyum sembari memberikan jempol kepada nya.

Pelayan tadi -Nia- dengan hati-hati membawa beberapa pesanan. Saat Nia menuju meja Elena, kaki nya tersandung lalu kopi yang ia bawa tumpah ke baju Elena.

Elena bangkit, "Gimana si! Punya mata gak!" protes nya.

Karna suara nya cukup keras, Bulan pun mendengarnya.

Nia menunduk, "Maaf mbak, saya tidak sengaja." ujar nya.

"Kalo gak becus gak usah kerja! NGERTI!?"

Pelayan tadi terhenyak kaget saat Elena menaikkan volume suara nya. Dia dan Elena sekarang menjadi pusat perhatian.

Elena mengambil tisu lalu mengelap bagian baju yang kotor. Tidak peduli dengan siapa ia berteriak, Mood nya hancur sudah.

Ia mengambil ponsel nya dengan gesit, lalu berjalan keluar Caffee, Pelayan tadi bukan nya kembali, tetapi berbalik dan berjalan ke arah sebaliknya.

"Huff, sudah mbak." ujar nya kepada Bulan.

"Pffft hahahahaha!! Aduh perut gua aduh..." tawa Bulan  pecah seketika, sedangkan Bintang yang hanya menyimak sedari tadi menggelengkan kepala.

"Ah iya, ini uang tips buat mbak, lalu Caffee shop ini Akan saya beri bintang 5, Makasih ya mbak," ucap Bulan lalu pelayan tadi tersenyum dan pergi.

"Ehh, lo liat muka nya gak?" Bulan bertanya sembari membekap mulut nya sendiri. Menahan tawa.

"Rese banget sih elo." Bintang dengan reflek mencubit hidung Bulan dengan gemas, sedangkan Bulan hanya tersenyum salting. "Sakit tau ih." pekik nya.

Bintang terkekeh, sungguh bersama dengan Bulan membuat nya bahagia. ia rasa, Dia... Jatuh cinta dengan Bulan.

"Eh tang."

"Bintang!"

"Ihh Bintang!"

Pekik Bulan yang merasa kesal. "Ih lo kok bengong sih?! Gak baik tau." ujar Bulan terhadap Bintang. Bintang hanya mengangguk lalu mengusap pucuk kepala Bulan.

Bulan tersenyum, kenapa Perilaku Bintang sangat manis kepada nya? Lelucon nya, tawa nya, Perlakuan nya, Senyuman nya, semua yang Bintang punya Ia suka.

Ah ia... Suka orang nya juga.

"Bulan?"

Bintang melambai-lambaikan tangan nya dihadapan wajah Bulan saat Bulan terus menatap wajahnya.

"Gue tau, gue ganteng. Tapi ngeliatin nya bisa biasa aja gak?"

"Heh! Bulan!" pekik Bintang.

"Ah iya, kenapa kenapa?" Bulan berkali-kali mengerjab kan matanya, Ia linglung.

"Kenapa bengong? Btw Mau mesen gak?"

"Em ngga deh, pergi yuk." pinta Bulan, Dia menarik-narik lengan baju Bintang. "Iya iya."

Bulan dan Bintang keluar dari Caffee shop dengan langkah senang, Ralat-ralat hanya Bulan saja yang senang karena dia berhasil mengerjai sepupu tercintanya itu.

"Mau kemana lagi?" tanya Bintang, lalu menyamai langkah kaki mereka.

"Pulang yuk." ajak Bulan, "Yuk," Bintang menggenggam tangan Bulan, lalu menggandeng nya menuju Parkiran motor.

Sedangkan Bulan yang di gandeng, merasakan beribu-ribu kupu-kupu sedang berterbangan didalam perutnya. Mati-matian ia menahan senyum nya.

Bintang yang melihat gelagat Bulan, hanya tersenyum kecil, "Gua tau lo suka sama gua, dan gua juga suka sama lo." Gumam nya sangat pelan. Dia yakin Bulan tidak mendengarnya.

Tapi Realita berkata lain, Bulan berhenti melangkah, Ia menatap Bintang. "Jadi lo tau gua suka sama lo?" tanya nya sembari menunjuk diri nya sendiri. Genggaman tangan mereka terlepas.

Bintang merutuki kebodohan nya sendiri, Bulan dengar apa yang Ia ucap 'kan?

Dengan samar-samar Bintang mengangguk.

"Dan lo juga suka sama gua?"

Bintang menggaruk tengkuknya, "I–ya"

Bulan membekap mulutnya sendiri.

Boleh kah Bulan pingsan sekarang?

***

Yes up:)

Tinggalkan jejak kalian:)
Vote.

Oiya follow ig aku ya, baru buat ig hehe '@rassya_yunda'

Oke makasih🖤

Love Is Rubbish [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang