#2 Tertukar Jiwa

75 14 5
                                    

Setelah sembuh secara fisik meskipun dinyatakan masih kehilangan ingatan, Dokter mengijinkan Jessie untuk pulang namun harus kontrol setiap akhir pekan.

Sesampainya dirumah gadis yang disebut Jessie itu masih tampak kebingungan. Ia memandangi disekelilingnya yang masih terlihat asing baginya. Rumah mewah yang megah bak istana itulah tempat tinggalnya sekarang berbanding balik dari tempat tinggalnya dahulu. Namun ia masih terus memikirkan apa yang sebenarnya telah terjadi. Bagaimana mungkin dia menjadi orang lain dikehidupan sekarang , apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan. Tapi ia mulai perlahan mencoba untuk menerima dan menjalaninya.
"Mungkin suatu saat nanti aku akan mendapat jawabannya" pikirnya dalam hati.

"Jess, sekarang kita sudah sampai dirumah, ayo ibu antar kekamarmu" ucap ibu dengan senyum lembut nya.

Tibanya dikamar ia duduk dipinggiran ranjangnya yang empuk. Matanya masih menatapi langit-langit kamar dan sekelilingnya. Matanya terlihat kagum dan takjub melihat kamar yang begitu luasnya.

" Jess, istirahatlah. Ibu akan membuatkan hidangan untuk makan malam kita nanti" ucap ibu lalu melangkah keluar dan menutup pintu . Ia hanya mengangguk.

Ia beranjak dari duduknya. Ia menuju kearah meja riasnya. Dilihatnya wajah seorang gadis asing yang sangat cantik dicermin. Ia tersenyum,kedua tangannya memegang pipinya seraya berkata "Betapa beruntungnya dirimu Jessie".

Dibalik meja riasnya tampak tumpukan buku yang ada disamping cermin. Matanya tertuju kearah sebuah buku yang menarik perhatiannya. Buku yang tak asing baginya. Ia pun mengambilnya dan benar itu adalah sebuah buku diary miliknya.

"Ini bukan diary ku tapi ini sepertinya diary milik Jessie. Sampulnya sama dengan miliku dulu. Apa sebuah kebetulan?" Tanyanya bingung.

Ternyata buku itu bukan miliknya tapi milik Jessie. Dia pun mulai membuka halaman demi halaman dan membacanya. Air mata nya jatuh tiba-tiba. Hatinya sangat hancur ketika tahu bahwa kehidupan Jessie tak seindah dugaannya. Iapun membaca halaman terakhir , " Tuhan tolong aku kali ini saja, ini adalah permohonan pertama yang kubuat. Aku mohon beri aku kehidupan kedua atau kehidupan yang lain. Aku lelah dengan semua ini, aku muak. Dan aku ingin mengakhiri semuanya, Tuhan ini harapanku satu-satunya" bacanya pelan. Ia melangkah mundur kebelakang dengan buku diary masih ditangan nya. Ia terduduk lemas disudut ranjangnya. Pipinya mulai basah oleh air mata.
"Permohonan itu sama persis seperti yang telah kutulis dihalaman terakhir buku diaryku" ucapnya sambil menatap kosong kedepan.

" Apa ini sebuah kebetulan ? Tidak, ini adalah takdir yang telah kami buat, ini adalah jawaban dari Tuhan atas rencanaNya. Jika ini adalah takdir, ternyata benar jiwa kami telah tertukar. Mungkinkah Jessie juga sedang berada ditubuhku? Apakah dia baik-baik saja? Jessie,mulai sekarang aku akan menjalaninya, aku akan mencoba membantumu untuk menyelesaikan permasalahan yang telah kau alami" Ungkapnya dan mulai tersenyum sambil mengusap pipi untuk menghapus air matanya.

Malampun tiba, Ia dan kedua orang tuanya Jessie sedang menikmati makan malam yang telah dihidangkan oleh ibunya Jessie.
Mereka mulai berbincang-bincang.
"Jess, jika belum pulihan kamu boleh instirahat dulu, masuk sekolahnya nanti aja kalau kamu udah mendingan" kata ibu kepadanya.
" Aku baik-baik saja bu, besok aku akan mulai ke sekolah" ungkap Kialla yang sekarang menjadi Jessie.

Ayah dan ibu saling bertatapan. Mereka khawatir dengan keadaan anaknya jika kesekolah. Karena mereka sudah tahu apa yang sudah dialami putrinya selama ini dan mereka sangat menyesal.

"Baiklah, ibu akan lebih memperhatikanmu mulai sekarang" ibupun tersenyum menatap nya yang mengangguk.

Esoknya Kialla yang berada diraga Jessie bergegas untuk pergi ke sekolah . Ia bersiap-siap dengan merapikan seragamnya. Ia berdiri menatap cermin dimeja rias nya.

"Mulai sekarang Kialla kamu akan menjadi Jessie" ia pun tersenyum tipis .

Tiba disekolah. Ia melangkah pelan memasuki ruang kelasnya. Riuh dari dalam ruang kelas tiba-tiba hening ketika ia datang. Tatapan-tatapan tajam dari banyaknya mata yang memandangnya membuatnya tak nyaman.
Ia pun mencoba menenangkan diri dan tetap berjalan menuju tempat duduknya. Ketika hendak duduk tiba-tiba kursinya ditendang oleh teman disebelah nya,Sontak membuat nya kaget. Semua yang menyaksikan itu tiba-tiba tertawa puas. Hanya satu orang siswa yang tak peduli soal itu namun terlihat jelas dari mata siswa laki-laki tersebut bahwa ia merasa iba kepada Jessie, dia adalah Rey sicowok dingin.
Kialla masih terdiam berdiri disitu, matanya mulai memerah menahan air mata. Tatapannya menjadi tajam kearah teman kelasnya yang menendang kursinya itu. Dengan perasaan marah melihat ekspresi Kialla kepadanya, teman kelasnya itu pun berdiri dan menatapnya dengan senyum tipis dan berkata " Apa yang kau lihat dasar jalang ! Kau pikir setelah kau kehilangan ingatanmu aku akan berhenti mengganggumu hah !"

Kialla yang diraga Jessie pun tersenyum dan merapikan kursinya  dan duduk dengan tenang.
"Lakukan sesukamu, tapi jangan menyesal" bisiknya
Hera gadis yang menendang kursinya itu menjadi sangat marah ketika mendengar ucapan Kialla. Ia menghentakan tangan nya ke meja, lalu ia menjambak rambut Kialla. Kialla menjadi sangat marah, ia kemudian menarik tangan hera yang menjambak rambut nya lalu berdiri dan menatapnya.

"Kau pikir kau siapa berani menyentuh rambutku" Ucapnya kesal.

Hera dan teman-teman sekelasnya pun kaget dengan perlawanan Jessie. Sekarang Jessie tak seperti dulu lagi yang hanya diam jika dibully.

Rey sicowok dingin itu tersenyum melihat kejadian itu.

Magic Diary : Who I am ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang