Blurb

16.7K 898 34
                                    

"Seharusnya Anda datang kerumah sakit khusus Militer, Pak Raka."

Ya, hal terbenci yang kualami adalah bertemu dengannya, sosok Raka Irwansyah yang tidak lain adalah Kakak Iparku sendiri, lebih tepatnya Suami dari anak angkat Ayah, Mbak Chandra.

Lima tahun aku tidak mau menginjakkan kakiku di rumah karena seorang yang ada di depanku sekarang ini.

Dan tanpa beban, Raka justru muncul di ruang praktekku. Menatapku lekat seolah tidak ada hal lain di depan matanya selain diriku.

"Aku tidak mencari obat untuk lukaku, aku mencari obat untuk hatiku."

Aku mendongak, menatap wajah tegas yang terbalut tatapan datar, bukan satu dua bulan aku mengenalnya. Sedari SMA, dia kakak kelas yang membuat onar, sosok bengal tapi selalu menjagaku dengan sepenuh hatinya, tidak pernah membuatku bersedih dan menghujaniku dengan banyak kebahagiaan.

Bukan hubungan singkat, di sela pendidikan Tarunanya di Magelang, juga dengan kuliahku, kami selalu menyempatkan waktu bertemu, memupuk rasa sayang dan cinta yang terbalut kata sebuah janji ikatan suci usai kami selesai meraih mimpi.

Hingga akhirnya, sosok yang telah kuberikan semua hatiku ini menghancurkannya, layaknya gelas yang dipukul hingga hancur tidak bersisa.

Dia memang datang kerumah, menemuiku sesuai janjinya usai di wisuda, tapi bukan melamarku.

Dia datang tanpa kata-kata, membawa kedua orangtuanya demi meminang Chandra Ayu, Kakak sepupuku yang tak lain adalah teman sekelasnya dulu saat SMA, seorang yang diangkat anak Ayah sedari kecil.

Aku tersenyum, mengingat betapa perihnya luka yang sudah di torehkan oleh Raka dahulu, tanpa perdebatan, tanpa apapun ternyata dia dan Mbak Chandra seperti menusukku dengan kejam.

Saat mata kami bertemu, dunia serasa berhenti berputar, menyisakan waktu untuk saling memandang setelah sekian lama tidak bersua.

Dia semakin matang, bukan lagi seorang berandal SMA, tapi seorang Perwira dengan balok Emas di bahunya. Pangeran impianku yang kini menjadi Kakak iparku.

"Jika kamu sakit, jangan datang kemari Raka!" aku menggerakkan bibirku perlahan, memastikan jika laki-laki kejam ini mendengarnya.

"Lebih baik kamu mati, itu jauh lebih baik."

Rencana mau dua cerita on going.
Serpihan Hati sama ini, karena seorang Mama Alva rasanya nggak afdol kalo nggak bikin romance militer, kebetulan juga baru ketemu seseorang yang so inspired untuk cerita ini.

Not A Choice, Letnan. Tersedia EbookDonde viven las historias. Descúbrelo ahora