1

9.3K 808 38
                                    

"Kamu kok nggak ada hubungin aku sih?"

"Raka!"

"Raka!"

"Letnan, sibuk amat sih."

"Kamu bikin aku nggak fokus tahu nggak di Koass."

"Raka!"

"Raka, sibuk ya di Batalyon?"

"Kok nggak ada kabar sih?"

"P."

"P."

"................"

"Udah dua minggu nggak ada kabar, kamu kenapa sih. Di samperin ke Batalyon nggak izinin aku masuk."

"Raka, jahat kamu ya, aku susah-susah samperin ke Yogya padahal."

Kuhela nafas lelah, sudah ratusan pesan sejak dua minggu yang lalu aku tidak bisa menghubunginya, nekad menemuinya di Raiderpun nihil, mereka yang berjaga tidak mengizinkan ku masuk bahkan atas pesan langsung dari Raka.

Satu keanehan yang membuatku bertanya-tanya, kesalahan apa yang sudah kulakukan padanya hingga dia tidak mau menemuiku.

Niat hatiku ingin bertanya pada Mbak Chandra tentang keanehan Raka pun harus urung, Kakak sepupuku yang merupakan anak angkat Ayah, karena Mbak Chandra satu-satunya orang dekatku yang juga dekat dengan Raka yang bisa kupercaya mendadak juga tidak bisa kuhubungi.

Kost yang menjadi tempat tinggal Mbak Chandrapun menurut temannya sudah kosong sejak 10hari yang lalu.

Biasanya Mbak Chandra akan dengan cepat membalas pesanku jika aku menanyakan Raka, perlu diketahui Mbak Chandra dan Raka adalah teman sekelas, pekerjaan Mbak Chandra yang kebetulan satu daerah dengan Banteng Raider membuat Ayah menitipkan Mbak Chandra pada seorang yang kucintai tersebut.

Dan kini keduanya menghilang secara bersamaan, sama seperti Raka yang menghilang dua minggu lalu, Mbak Chandrapun begitu, jika Ayah tidak ada di Ibukota karena proyek beliau, mungkin beliau sudah kebakaran jenggot sepertiku.

Jika Ayah juga belum heboh, sudah kupastikan jika beliau belum mengetahuinya.

Mendadak aku gelisah, was-was dan perasaanku menjadi tidak nyaman. Seolah ada kejadian buruk yang akan menimpaku tidak lama lagi.

"Lo kenapa sih Na, perasaan belakangan ini lo galau terus?" pertanyaan dari Anisa membuatku tersentak, dengan cepat aku memasang senyum pada salah satu sahabat seperjuanganku ini.

Tidak ingin banyak berbicara kuulurkan ponselku padanya, sumber kegalauan yang kupertanyakan.

Dengan seksama dia memperhatikan tumpukan chatku pada Raka, Anisa, dia salah satu sahabatku yang mengenal bagaimana kisah cintaku dengan Raka, kisah cinta yang diikat oleh cincin Paja milik Raka, hal yang menurutku lebih serius daripada status pacaran semata.

"Si Raka ngilang?" tanyanya prihatin. Usapan kurasakan di punggungku olehnya, tidak tahan dengan apa yang menumpuk di dadaku, aku mengutarakan semua yang ada di kepala di hatiku, mulai dari Raka dan juga Mbak Chandra.

Hal yang semakin membuat Anisa menjadi turut sendu sepertiku.

"Aku nggak tahu salah apa Nis, kamu lihat sendirikan, kalo terakhir kalinya dia masih bilang Nice dream, dan esoknya dia sama sekali nggak ada kabar."

"Rana, lo mikir nggak sih kalo Raka ada affair sama Kakak angkat lo? Amit-amit sih, tapi kok gue ngerasa gitu ya, semoga nggak deh! Semoga aja gue yang terlalu parno."

Not A Choice, Letnan. Tersedia EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang