Aku mencintaimu

6.9K 857 53
                                    





"Takdir sudah menjawabnya dengan jelas bukan? Jika kamu yang memang takdir pilihkan untukku."

Rafli melangkah, semakin dekat hingga aku bisa mencium wangi tubuhnya yang menguar. Wajah tampan tersebut memandangku lekat, tidak sedikitpun mengalihkan perhatiannya dariku di saat kini kembali kami menjadi tontonan.

Diraihnya tanganku, membawanya kedalam genggaman tangan yang begitu erat, dan tidak kuduga, tanpa mengalihkan tatapan matanya, dia memberikan kecupan untuk tangan yang sedang dia genggam.

"Apa kamu yakin ingin memulai satu hubungan dengan perempuan yang belum mencintaimu?"

Rafli mengangguk, membuat satu beban terangkat dari bahuku karena rasa pening membayangkan tekanan yang akan kuterima dan harus membalas cintanya dengan cepat menghilang seiring dengan jawabannya.

"Kamu punya banyak waktu untuk belajar mencintaiku, Kirana."

Kirana, suara berat yang memanggil namaku tersebut kini menjadi suara favoritku, terdengar indah dan penuh rasa sayang.

Hanya satu hal sederhana seperti sekarang ini kurasakan pipiku memerah, rasanya aneh, hanya dalam waktu yang tidak lama, seorang yang kukenal sebagai orang asing kini naik tingkat menjadi calon suamiku.

Laki-laki yang tidak hanya menawarkan kalimat aku mencintaimu, tapi menawarkan satu hubungan yang yang menjawab keseriusan seorang laki-laki dalam mencintai perempuannya.

Keraguan itu masih ada, tapi dari doa yang kuminta dari Tuhan, nyatanya semuanya menunjukkan jika Raflilah yang Dia pilihkan.

Aku pernah mendahului Tuhan dalam merancang sebuah kebahagiaan dan indahnya janji pernikahan, tapi kandasnya rencanaku membuatku kini menyerahkan semuanya padaNya. Jika Dia sudah memilihkan Rafli untukku, aku yakin sesulit apapun hal yang akan terjadi, kami akan bisa melaluinya.

Dan saat Rafli meraihku kedalam pelukannya, aku membeku, merasakan perasaan nyaman yang sangat berbeda dengan rasa takut saat pertama kali bertemu dengannya.

Sebuah pelukan yang begitu erat dan terasa melindungi di saat yang bersamaan.

Didekapannya, aku bahkan bisa mendengar suara jantung Rafli yang begitu memburu, menggila sama seperti debaran jantungku sekarang ini.

Rafli, dia benar-benar sukses menyeretku kedalam kegilaan yang dia ciptakan.

"Aku nyaris gila selama satu bulan ini, Kirana. Selama tujuh tahun aku hanya melihatmu menjadi milik orang lain, tertawa bahagia seolah tidak ada harapan untukku mendekat dan masuk kedalam hidupmu. Dan saat aku mempunyai kesempatan, satu permainan dengan Takdir sebagai wasitnya justru kamu mainkan, aku sudah menyerah Kirana hari ini, aku sudah menyerah."

Mendengar suara parau Rafli membuat hatiku bergetar, rasanya hatiku menghangat merasakan berapa berartinya aku untuk seorang yang bahkan tidak ku kenal ini.

Tanganku yang semula hanya tergantung di kedua sisi tubuh tegap itu terangkat, terasa canggung, tapi saat aku membalas pelukannya, aku merasakan satu hal yang terasa benar.

"Jangan kecewakan aku, Rafli. Aku tidak akan sanggup jika harus terluka untuk kedua kalinya. Kamu tahu, semua yang terjadi diantara kita masih sulit untuk kupercayai"

Aku melepaskan pelukan Rafli, menatapnya untuk melihat bagaimana dia akan menanggapi permintaanku barusan.

Wajah seorang yang datar dan pendiam yang pernah membuatku takut itu kini tidak ada, berganti dengan seorang Rafli yang begitu hangat.

"Aku tidak akan mengecewakan orang yang aku cintai, Kirana. Tapi aku juga minta, terimalah aku apa adanya, dan jangan pergi disaat kamu tahu ada rahasia kecil yang membuatku rendah diri untuk mengejarmu."

"Rahasia?" uangku gamang, sungguh aku tidak menyukai kata itu, bagiku, rahasia identik dengan sesuatu yang buruk dan tidak kuinginkan.

Dan baru saja aku memantapkan hati menerima lamaran Rafli, kata rahasia itu sudah menggangguku.

Tapi usapan Rafli di kepalaku mengalihkan pikiranku, wajahnya berubah menjadi miris seolah mengerti isi kepalaku.

"Aku tahu apa isi kepalamu, tapi percayalah itu bukan rahasia yang akan menyakitimu, tapi sebuah rahasia yang membuat diriku tidak berani untuk mendekatimu sedari dulu, rahasia yang membuatku berkecil hati dan merasa kerdil untuk meraih cinta seorang primadona sekolah seperti dirimu. Jika bisa akupun ingin mengatakannya pada dunia, tapi aku tidak mampu Kirana, aku tidak mampu kamu pandang sebagai aib atas kesalahan yang bukan menjadi milikku."

Aku tidak bisa berkata-kata lagi, Rafli adalah manusia dengan banyak kejutan yang tidak kuduga. Segala hal yang ada di dirinya meleset dari perkiraanku.

Dia tampak begitu acuh dan gila, tapi tatapan matanya yang penuh luka menjelaskan segalanya. Jika seorang yang sempurna sepertinya, wajah tampan dan karier cemerlang di Kemiliteran yang membuatnya menjadi idaman para perempuan saja menjadi begitu pesimis sudah pasti rahasia tersebut bukan hal yang menyenangkan.

Dan saat tatapan penuh permohonan itu terlontar menantikan jawaban dariku, aku tidak mempunyai pilihan lagi, aku sudah terlanjur menerima tawaran Rafli untuk bersamanya.

Dan menerima dirinya beserta rahasia dibelakangnya adalah hal yang tidak bisa kutolak.

"Aku berusaha Rafli." sebuah jawaban yang membuat Rafli langsung terlonjak gembira. Benar-benar lonjakan kegirangan seperti anak SD yang baru saja memenangkan cerdas tangkas. Tanpa merasa malu dan seakan lupa dengan seragam penuh wibawa yang tengah dikenakannya.

"Akhirnya!! Lamaran gue benar-benar diterima!!"

Teriakan keras Rafli yang sarat kebahagiaan terdengar keras di keramaian jalan raya Ibukota, seolah dia ingin memberitahukan betapa bahagianya dia sekarang ini pada semesta yang telah mempersatukan kami.

Kali ini, keramaian yang ada di depanku kembali lagi, bukan karena kecelakaan seperti sebelumnya, tapi ucapan selamat dari mereka yang melhat kepada Rafli atas kebahagiaan yang tengah dirasakan olehnya.

Aku tersenyum lebar, senyum yang sama seperti yang tampak di wajah Rafli. Merasakan betapa aura bahagia yang melingkupi kami berdua menular pada setiap pasang mata yang seolah menjadi saksi.

Aku pernah menjadikan seseorang alasan untuk bahagia, dan sekarang aku merasakan bagaimana hadirku menjadi kebahagiaan orang lain.

Seorang asing yang Tuhan kirimkan menjadi jodohku dengan segala cara yang tidak kusangka dan begitu istimewa. Pengobat lara dan patah hati karena cinta yang tidak berakhir sebagaimana harapanku.

"Mulai sekarang dan seterusnya kamu nggak boleh dan nggak ada alasan lagi buat ngelepasin cincin ini dari tanganmu."

Rafli meraih jemariku dan kembali memakaikan cincin emas yang sebelumnya kulepas, waktu itu aku mengatakan akan menerimanya disaat semua keraguanku terjawab.

Kini, cincin itu kembali terpasang, mengikatku sebagai tanda kepemilikan dari laki-laki yang ada di depanku, setelah sebelumnya cincin ini dipakaikan dengan cara yang gila, kini cincin itu tersemat dengan cara yang membuat perasaanku membuncah bahagia.

Tepukan keras terdengar dari sekeliling kami, tiga kali Rafli melamarku, dan dua kali dia melakukannya dengan cara yang gila.

Cara gila yang kini harus menjadi alasanku untuk belajar mencintainya.

Dan tidak kuduga, di saat Rafli kembali mendekat, dia tidak memelukku seperti yang kukira, tapi dia membawaku kedalam dekapannya dan membawaku berputar-putar, menunjukkan kebahagiaannya yang tidak bisa ditunjukkan hanya dengan kata-kata.

"KIRANA PRAYUDI, AKU MENCINTAIMU!"

TBC

Not A Choice, Letnan. Tersedia EbookWhere stories live. Discover now