Alasan aku jatuh cinta

6.6K 826 23
                                    

"Kalimatmu ambigu tahu nggak sih. Seolah-olah kamu pernah nitipin aku ke seseorang, padahal aku sama sekali nggak kenal kamu."

Rafli terkekeh, benar-benar tawa, bukan hanya senyuman tipis seperti sebelumnya yang nyaris tidak terlihat.

Sebagai perempuan normal aku terpana, smille killer laki-laki ini benar-benar mengerikan, untuk sesaat aku terpana saat melihat senyum dengan lesung pipi di kedua sisi pipinya.

"Seberapa kenal kamu sama Raka, Na? Ngeliat kamu bisa ngomong kayak gitu, sepertinya kamu memang nggak kenal sama sekali dengan kekasihmu itu."

Aku mendengus sebal, merasa di cemooh oleh laki-laki asing ini, kenapa seorang yang tidak kukenal ini justru bisa mengenalku dan Raka sejauh ini.

Tangan itu terulur, ingin menyentuh pipiku, menggodaku yang kini semakin cemberut karena tingkahnya.
Sontak aku menepisnya, skinship yang terlalu berlebihan untuk seorang yang baru kukenal.

"Jika aku mengenalnya dengan baik, aku tidak akan menghabiskan tujuh tahun sebagai orang bodoh yang menunggu seseorang yang kini melamar Kakakku sendiri, Letnan."

Pedih, kalimat yang ku ucapkan itu menikam hatiku sendiri. Ya Tuhan, kenapa merelakan sesulit ini?

"Untuk apa kamu meratapi seorang yang sama sekali tidak menganggapmu, terlepas dari apapun alasannya, meninggalkan tanpa alasan, dan datang membawa keputusan seperti mantanmu bukan hal yang benar."

Aku kembali mendongak, menatap laki-laki yang kini menatapku penuh pengertian, berbanding terbalik dengan kalimatnya yang seolah memojokkan Raka, sedikit hatiku tidak terima mendengar Rafli menyebutkan Raka sebagai seorang yang egois.

Tapi apa yang dikatakan oleh Rafli tak pelak mengundang tanyaku, jika sebenarnya ada hal diantara dua lelaki ini, rahasia yang menjawab kenapa Rafli tampak begitu enggan dan membenci Raka.

"Kamu datang menemuiku hanya untuk memojokkan seorang yang kini sudah tidak bersamaku?" tanyaku mengalihkan perbincangan, antara aku dan Raka sudah selesai, dan untuk itu, aku harus meredam kuat rasa ingin tahuku akan rahasia yang menjadi pemicu utama kebencian antara Raka dan Rafli.

Itu sudah bukan urusanku. Apapun hal tentang Raka, aku sudah tidak ingin mendengarnya. Berulangkali aku merapal kalimat itu dalam kepalaku, apapun yang membuat mereka saling membenci aku tidak ingin mengetahuinya.

"Tentu saja tidak, untuk apa aku menemuimu demi orang yang bahkan membenciku. Jika seperti ini, biarkan aku memperkenalkan diriku dengan layak, walaupun sebenarnya Ayahmu sudah mengenalku lebih dahulu. Aku yakin beliau pasti sudah memp

Seketika, untuk kesekian kalinya aku dibuat terkejut akan perubahannya yang mendadak ini, wajah datar yang diperlihatkannya sejak tadi kini menjadi lebih bersahabat, lebih jauh, aku seolah melihat sinar hangat dimatanya yang terlihat kesepian.

"Bagaimana bisa kamu menyamakan aku dengan Ayahku, kamu tahu, kemarin aku nyaris mati jantungan karena ulahmu." Gerutuku sembari meraih uluran tangannya, aku sedikit geli saat menerima uluran tangan darinya sekarang ini, tangan besar yang menggenggam tanganku dengan begitu hangat, melingkupi tanganku secara keseluruhannya secara pas.

"Aku Rafli Ilyasa. Dan seperti yang kamu lihat, aku hanya Perwira biasa di Yonmek201."

"Aku tidak perlu memperkenalkan diri bukan? Sepertinya kamu mengenalku lebih dari diriku sendiri." ucapan sarkasku disambut kekehan tawa olehnya, binar gembira yang terlihat diwajahnya memancing perhatian dari mereka yang ada di sekelilingku.

Benar atau Tidak, tapi aura suram yang tadi melekat di dirinya saat datang menemuiku tadi kini hilang, berganti dengan binar hangat yang terlihat jelas diwajahnya sekarang ini saat menatapku, dan aku merasa, Rafli tidak semenakutkan yang kukira.

Memang benar, kita tidak bisa menghakimi seseorang hanya dari penampilan luarnya.

Kembali aku berusaha melepaskan cincin yang tadi sempat ditahan Rafli untuk kulepaskan, dan sama seperti tadi, tatapan permohonan dibalik wajahnya yang kembali terlihat datar.

"Tolong jangan lepaskan, Rana. Dan untuk kejadian kemarin, aku benar-benar melamarmu."

"..........."

"Memintamu bukan hanya menjadi kekasihku, tapi menjadi Istriku. Aku tidak akan menjanjikan apapun, karena aku akan memberikan segalanya untuk seorang yang aku cintai."

Aku tahu dengan benar rasanya disakiti, karena itu, seaneh apapun Rafli, aku tidak ingin menyakitinya karena hal diluar nalar yang telah dilakukannya padaku, terlebih saat mengingat bagaimana sebenarnya dia mengenalku dari sejak zaman SMA, bukankah itu gila? Seperti halnya chapter novel romance teenlit fiction yang tokoh utamanya cinta sekali pandang dan tidak bisa moveon selama bertahun-tahun?

Bertemu Rafli, aku dibawa berpetualang dalam sebuah novel romance yang selama ini hanya menjadi bahan haluku.

"Letnan, aku tidak bisa menerima lamaranmu. Aku baru saja kecewa oleh Raka, dan melihat kamu begitu bencinya dengan Raka, aku tidak ingin terlibat hubungan benci di antara kalian."

Kekecewaan terlihat jelas di wajahnya yang kini kembali datar, entah kenapa, tapi aku tidak tega melihatnya yang nampak begitu kecewa.

Seolah ada kesakitan yang disembunyikan dengan begitu apik dibalik wajahnya yang tampak arogan dan tidak peduli. Tidak cukup hanya Raka yang sampai sekarang menjadi tanyaku. Tapi juga sosok yang tiba-tiba datang dan mengatakan jika dia mencintaiku, bukan hanya menggantungku sebagai kekasih seperti Raka.

Tapi dia langsung melamarku, merebut hati dan simpati Ayah jauh sebelum akhirnya takdir memisahkan aku dan Raka.

Jika saja hatiku dipenuhi kebencian dan rasa tidak terima, mungkin tidak akan kusia-siakan kesempatan ini untuk membalas Raka, membuktikan pada mantan kekasihku yang sudah sesuka hati membuangku demi Kakakku sendiri, bahwa aku juga bisa mendapatkan seorang yang sepadan dengannya.

Mau tak mau kini aku tertawa, membuat perhatian bukan hanya terpusat pada Rafli yang memang tampan kayaknya Jin Goo, sang Serma Seo Dae Yong di DOtS, tapi tawa yang menertawakan keadaan yang sungguh membingungkan ini.

Bukan hanya terhempas di sisi Raka dengan cepat, tapi juga terjebak dengan hubungan dua laki-laki yang terlihat saling membenci.

"Aku tidak ingin menjadikanmu pelarian, Rafli. Terlebih kamu mengatakan jika kamu menyukaiku lebih dulu. Aku tidak ingin memanfaatkanmu, itu akan membuatku sama buruknya dengan Raka dan Mbak Chandra yang memilih menyembunyikan semuanya di belakangku di saat mereka mempunyai pilihan untuk jujur. Aku tidak akan sesakit ini, jika itu bukan Kakakku sendiri."

Seumur hidupku, tidak pernah kusangka aku akan berbicara tentang cinta dan hubungan dengan orang yang kuanggap asing.

Kupikir seorang yang bisa berbuat gila seperti Rafli akan tersinggung dengan penolakanku yang terang-terangan padanya.

Tapi dia justru tersenyum kecil, satu perubahan raut wajah yang begitu cepat.

"Kamu tahu apa yang membuatku jatuh cinta padamu sejak pertama kali?"

"............."

"Kebaikan hatimu, Rana. Sekecewa apapun kamu dengan orang lain kamu tidak membencinya, seasing apapun seorang untukmu, tidak ada niat darimu menyakitinya, percayalah, seorang yang menyiakan cintamu, dia adalah orang yang rugi. Dan aku tidak ingin menjadi orang tersebut."

Mode revisi ❤❤❤
Tbc

Not A Choice, Letnan. Tersedia EbookWhere stories live. Discover now