[2]Prolog • Lee Jeno, Im Yoona

547 54 1
                                    

Aku tidak sabar. Hari ini aku akan kembali ke tempat yang kata mama adalah tanah kelahiranku. Seoul. Namun kenapa aku tidak memiliki ingatan apapun di Seoul? Kata mama aku mengalami kecelakaan saat berumur 5 tahun yang membuatku harus kehilangan ingatanku. Aku adalah seorang adik dari Lee Minhyung atau yang biasa disebut Mark Lee. Ibuku Im Yoona dan ayahku Lee Donghae. Kami hidup bersama di Kanada selama kurang lebih 12 tahun. Dan hari ini kami sama sama kembali ke tanah kelahiran kami- ah tidak dengan Mark hyung. Ia lahir di Kanada dan dibesarkan disana, namun memiliki darah Korea dari ayah.

"Mama, kenapa kau tegang sekali?" Tanyaku pada ibu yang sepertinya gugup.

"T-tidak Jen, hanya saja.."

"Mama mu hanya takut jetlag, Jeno" potong papa yang membuatku kesal. "Aku bertanya pada mama, papa, bukan padamu" balasku. "Hyak! Dasar anak nakal!" ujar papa kesal karenaku. Aku terkekeh lalu menghampiri Mark hyung. "Hyung, kau sudah pernah melihat Seoul?" Tanyaku. "Sudahlah Jen" balasnya.

"Kau kesana?"

"Tidak, aku melihatnya di drama drama Korea"

Aku memukul bahunya keras. "Kenapa kau ini?! Ya sudah jelas lah aku pernah melihat Seoul! Aku pernah kesana bocah!" balasnya sambil memegang bahunya yang kupukul tadi.

"Harusnya kau berkata seperti itu tadi hyung"

"Ck dasar! Untung kau ini adikku! Kalau tidak sudah kutabrak kau dengan mobil agar ingatanmu hilang lagi!"

"Kau pikir kehilangan ingatan itu enak?! Aku bahkan lupa 100% tentang Seoul, padahal aku lahir dan pernah besar disana! Ya walau cuma 5 tahun saja..."

"Tidak ada yang mau kau tertabrak Jen, itu hanya bagian dari rencana takdir"

"Ya hyung.. boleh curhat tidak?"
Mark hyung mendekat padaku, penasaran sepertinya. "Apa?"
"Aku bermimpi, bermain bersama seorang anak kecil, setahuku dia bernama 'Nana' karena ada seseorang yang memanggilnya itu. Dan anehnya ada ibu disana bersama seorang pria yang merangkulnya, bukan, bukan ayah, aku juga saat itu pendek, sama seperti si 'Nana' itu. Apa itu potongan memoriku saat kecil?"

Mark hyung tidak menjawab. Aku ingin berkata lagi namun ada yang memotongku. "Wah siapa itu Jen? Berani beraninya mama bersama laki lain!" ujar papa. "Entah yah, ia mirip dengan seseorang, wajahnya familiar!" balasku. Kupikir saat ini papa dan Mark hyung tegang. Berbeda dengan mama yang tampak tenang. "Sepertinya itu sepenggal memorimu dimasa lalu. Pria yang kau lihat itu bukan siapa siapa, hanya pamanmu yang ada di Seoul" ujar mama sambil mengelus surai coklatku. Aku terdiam.

"Lalu, apa Nana itu sepupuku? Kalau iya aku ingin bertemu dengannya"
Kulihat mereka diam, tak berkutik.
"Sayang, akan ada saatnya kau menemukan Nana, iya benar, dia memiliki hubungan darah denganmu. Tapi suatu saat mama berjanji akan menemukanmu dengannya" ujar mama yang sepertinya menahan tangis. Aku sadar, aku tidak perlu bertanya lebih. Dengan aku bertanya seperti itu, mungkin mama malah makin merindukan keluarganya yang ada di Seoul dan membuatnya menangis. Aku tidak suka melihat mama menangis.

___

"Jadi ini Seoul.."

"Bagus tidak? Mirip dengan yang ada di drama drama itu kan, Jen?"

"Iya hyung, by the way, kita akan tinggal dimana?"

"Papa sudah membeli rumah disini, kita akan tinggal disana mulai hari ini" ujar papa sambil mengusak surai coklatku. "Ayo!" Ujarku menarik lengan ayah. Aku segitunya. Katakan saja alay, tapi aku benar benar ingin tahu tentang Seoul dan segala isinya. Hitung hitung siapa tahu ingatanku yang hilang 12 tahun lalu kembali. Kulihat disana papa sedang berbincang dengan mama yang tampak gugup. Aku memilih untuk tidak memikirkannya dan melihat ke Mark hyung yang tampaknya sedang melihat sekitarnya. Lalu menghampiri papa. Aku mengikutinya.

"Papa, mama, nanti kirim saja alamatnya ya? Aku ingin mengunjungi teman lama ku dulu disini"

Ayah tampak menyutujuinya. Lalu Mark hyung pamit dan memainkan handphone nya. Tak lama kemudian mobil hitam datang dan Mark hyung masuk ke dalamnya.

Yoona -
Aku gugup, rencananya aku akan menemui Goongmin, sekalian bertanya dimana keberadaan anakku yang satunya, Jaemin. 12 tahun ini aku sama sekali tidak tahu kabarnya. Rasa penyesalan menghantuiku, saat itu kami terlalu fokus pada Jeno, melupakan Jaemin yang sudah hilang dari lokasi kejadian. Namun aku sudah gugup terlebih dahulu.

Bagaimana jika Jaemin membenciku karena meninggalkannya? Bagaimana keadaan Jaemin? Apakah Goongmin merawatnya dengan baik? Apakah Jaemin merindukanku? Apa Jaemin merindukan Jeno, namun Jeno sendiri tidak bisa mengingat Jaemin. Aku memang tidak pernah menceritakan Jaemin pada Jeno, karena alasan tersendiri.

"Kau ingin mengunjungi Goongmin dan Jaemin? Pergilah sekarang, Jeno tertidur, sepertinya lelah. Apapun keputusanmu aku akan terus mendukungmu"

Dan sekarang aku hidup bersama pria ini. Lee Donghae. Ia kehilangan istrinya setelah melahirkan Mark. Lalu ia bertemu denganku, saat aku pergi dari rumah membawa Jeno, setelah sidang perceraianku denhan Goongmin. "Terima kasih, aku pergi dahulu" ujarku.

___

Goongmin pergi. Itu yang kusimpulkan. Pergi dari Seoul, atau pindah rumah entah kemana. Karena saat aku kesana, keadaannya kosong. Terkunci, dan beberapa barang yang tidak ada di tempatnya. Aku juga mencari Jaemin, namun tidak bertemu juga. Aku hampir saja menyerah. Namun dia menguatkanku, Kwon Yuri, sahabat seumur hidupku.

"Eonnie, aku harus bagaimana lagi? Aku ingin bertemu anakku namun kenapa semuanya menjadi begitu susah?! Aku tidak ingin merepotkan Donghae lagi"

"Yoona-ya, tenanglah dulu, jangan menyerah. Aku yakin Jaemin pasti merindukanmu juga. Teruslah mencari, aku bersamamu. Akan kubantu juga. Meski aku belum bertemu Jaemin lagi setelah kecelakaan itu"

"Terima kasih eonnie, maaf merepotkanmu" Yuri eonnie hanya mengangguk lalu meminum minumannya. Lalu kita berbincang, membahas kehidupan masing - masing, dan sebagainya. Hingga,

"Y-yoona?"

"Ada apa eonnie?"

"I-itu"

Aku melihat ke arah yang ditunjuk Yuri eonnie. Betapa kagetnya aku. Air mata membendung. Itu ia, anakku, Na Jaemin. Aku langsung keluar dari cafe itu dan memeluknya. Aku tidak salah orang. Ia nampak kaget.

"Nana... mama... rindu"

Dapat kurasakan tubuhnya menegang. Aku membalikkan badannya menghadap ke aku. Ia menahan air matanya. "M-mama..?" Racaunya. Aku mengangguk. "Ini mama nak.. maafkan mama meninggalkanmu" ujarku lalu kembali memeluknya. Ia berulang kali memanggilku. Tubuh gemetar, ia menangis. "Maaf ma, maaf, J-jeno hyung.." ujarnya diantara tangisannya. Aku mengusap air matanya. "Jeno tidak apa apa, ia sehat, ia masih hidup. Mari berbincang, mama rindu padamu, Jaemin"

___

"Ada apa dengan dirimu? Kenapa tidak seceria dahulu?"

Saat ini kami berada di taman. Aku berkata seperti itu karena, ia tampak bukan seperti Nana yang kukenal. Tatapannya, tatapan dingin dan tajam, tidak ada sepercik ceria didalamnya. "Aku berubah, ma. Na Jaemin yang dahulu bukan Na Jaemin yang sekarang. Jangan bandingkan diriku dengan yang ada di masa lalu" ujarnya memandang rumput hijau didepan kami.

"Lalu selama ini kau kemana saja? Kami berusaha mencarimu tapi- "

"Astaga aku lupa! Maaf ma, tapi Jisung membutuhkanku"

"Jisung.. siapa?" Tanyaku. "Jisung adikku" ujarnya yang membuatku kaget.

"Ayahmu... menikah lagi?" Tanyaku. Ia menghela nafas kasar.



































"Ayah.. meninggal 10 tahun yang lalu.."

___

To Be Continued

Jumeaux • njm ft. ljn ✓Where stories live. Discover now