12. Past to Present

259 24 0
                                    

"Nana"

"P-papa"

Jaemin langsung berlari ke arah Goongmin, lalu menerjangnya dengan pelukan. Tak peduli jika Goongmin terhuyung ke belakang. Ia sangat rindu pada sang ayah saat ini. Hingga ia tak sadar, air matanya jatuh. "Papa.. Nana kangen" Goongmin juga tak kuasa menahan tangisnya. Ia memeluk Jaemin balik, lalu mengusap rambutnya. "Papa juga.. kamu baik baik saja hm?" Tanyanya. Jaemin tidak menjawab. Masih menikmati tiap elusan yang diberikan sang ayah. "Papa.. Nana mau sama papa" ujar Jaemin. Ia benar benar tak peduli. Yang ada di pikirannya hanya Goongmin, Goongmin, dan Goongmin.

"Nana mau ikut papa hm? Sudah puas?"

"Sudah. Nana capek pa"

"Yakin hm?"

"Iya pa, Nana yakin. Nana capek, mama selalu ngurusin Jeno. Jeno juga kecewa sama Nana. Jisung juga akhirnya ninggalin Nana, pa"

"Itu karena kamu lihatnya dari satu sisi saja, Na. Lihat mereka"

Sementara disisi lain, semua orang menahan tangis di luar ruangan yang bertuliskan 'Ruang Operasi'. Ya, hari ini Jaemin melakukan operasi. Yoona sudah menangis duluan dengan Jisung. Ya, Jisung. Hampir semua kenalan Jaemin ada disana. Mendukungnya. Dan para dokter yang menangani Jaemin pun tak kalah frustrasi saat detak jantung Jaemin menurun. Hanya satu yang mereka takutkan. Jaemin yang memilih menyerah.

"Yoona, kau yang sabar. Sekalipun Jaemin memilih untuk beristirahat, relakan dia. Kau tahu sendiri bagaimana perjalanan anak itu. Biarkan ia istirahat tenang nantinya, ada Goongmin yang akan menjaganya"

"Tidak bisa eonnie! Kalau pun Jaemin pergi nantinya aku tidak akan bisa merelakannya!"

"Buat apa Jaemin kembali jika akhirnya nanti dia menderita lagi? Adiknya meninggalkannya, kakaknya kecewa, mamanya.. lebih peduli pada sang kakak"

Kata kata Jaehyun menohok mereka. Seolah menyadarkan mereka, keluarga lah yang justru menghancurkannya, dari dalam. "Jaemin hanya butuh kasih sayang lagi dari keluarganya, bukan apa apa. Aku memang hanya sebatas kakak tiri. Namun yang Jaemin tunggu tunggu adalah keluarga kandungnya. Dan sekarang tidak menutup kemungkinan Jaemin memilih ayahnya, karena paman Goongmin yang paling mengerti"

Sementara Jaemin sendiri hanya memandang mereka yang menangis didepan ruang operasi. "Yakin mau ikut?" Tanya Goongmin sekali lagi. Ia hanya mau menyadarkan anak bungsunya, terkadang pilihan yang mungkin menyenangkan, tidak semenyenangkan itu. Ia berusaha membuat Jaemin sadar, masih ada yang peduli padanya dan tidak mau dirinya pergi dulu. "Tapi Nana rindu papa.." lirihnya.

"Jalani hari seperti biasa, Na. Jangan hiraukan papa. Papa tahu, kamu mau balik ke masa lalu, dimana kita bener bener bahagia. Tapi kamu juga tahu, kita ga akan bisa melakukan itu. Yang bisa dilakukan adalah membawa masa lalu ke masa kini. Past to Present"

"Papa.." Nana menatap ayahnya, dengan mata yang berkaca kaca. Dari sekian banyak orang, Mark melihat itu semua. Bagaimana Jaemin yang menghamburkan pelukan pada Goongmin dan menangis di dadanya. Mark melihat itu semua. Salah satu hal yang ia tidak suka. Ia harus melihat hal seperti itu. Biasanya ia akan biasa aja. Namun ini Jaemin. Hati Mark mendadak sesak. Yang ia harapkan, Jaemin tidak memilih untuk bersama Goongmin. Hanya itu. Jaemin tahu Mark memandanginya. Ia tahu. Hanya saja ia memilih acuh tak acuh. "Pa.. kalau Nana tidak boleh ikut.. kunjungi Nana dalam mimpi ya?" Ujar Nana masih setia memeluk Goongmin. "Hm. Istirahat boleh, jangan terlalu lama, oke? Banyak yang rindu kamu Na" balas Goongmin. "Ya pa.. terima kasih"

___

1 bulan. Dan Jaemin masih belum sadar. Memang benar dia sudah melewati masa kritisnya. Entah apa yang membuatnya enggan membuka matanya. Dan selama 1 bulan itu juga, Mark tidak melihat Jaemin. Tentu Mark khawatir, ia khawatir jika Jaemin benar benar memilih ayahnya.

Jumeaux • njm ft. ljn ✓Where stories live. Discover now