Kemenangan & Kehancuran

176 9 0
                                    

Di kamar Santika dan Bima tampaknya sedang bertengkar.

“Kamu itu apa – apaan sih? Gak malu di lihat banyak orang berantem sama kakak sendiri? Huh?” Kata Bima memarahi Santika.

"Emangnya siapa yang peduli? Lagi pula gak ada yang tahu kalau dia itu kakak aku! Sampai mereka tanya berkali – kali pun aku gak bakal akuin kalo dia kakak aku!” Kata Santika dengan kesal.

"Keterlaluan kamu ya! Memang dasar kamu sama keluarga kamu itu gak punya hati,” kata Bima sambil menunjuk ke arah Santika.

"Apa? Gak punya hati? Kalau aku gak punya hati kenapa dari awal aku gak tinggalin kamu aja untuk nikah sama yang lain?” Sahut Santika.

"Emang gak salah orang – orang sebut kakak itu pelakor, aku gak nyangka dia bisa sehebat itu merebut pasangan orang lain." Sambungnya sambil berpangku tangan.

"Sebaiknya kamu berhenti menghina kakak kamu, dia bukan wanita sembarangan yang seperti kamu pikirkan." Kata Bima sambil mendekatinya.

"Lalu apa? Kalau dia bukan perebut pasangan orang kenapa semua laki – laki lebih tergoda sama dia?” Kata Santika lalu Bima mengendus.

“Itu karena kakak kamu wanita baik – baik, gak seperti kamu yang suka merendahkan orang lain." Kata Bima lalu Santika tertawa sinis.

"Baik – baik? Kamu bilang dia wanita baik – baik? Memangnya kamu tahu apa tentang kakak aku? Huh? Wanita yang sopan? Wanita yang selalu memberikan kepuasan pada setiap laki – laki? Begitu?” Kata Santika.

"Kamu benar – benar keterlaluan tahu gak?” Kata Bima yang tampaknya sudah semakin marah.

"Oh! Ya udah, kalo begitu kita cerai saja,” kata Santika.

"Kamu kalo ngomong jangan sembarangan ya! Kamu pikir enak hidup jadi janda?” Kata Bima dengan mata membesar.

"Aku gak peduli! Yang jelas aku gak bakal jadi janda yang murahan kayak kakak aku,” sahut Santika.

Tanpa bicara apapun Bima pergi begitu saja sedangkan Santika malah meremas rambutnya sambil berteriak.

~~~

19.00
📍Rumah Annisa

“Karlina selamat ulang tahun ya sayang!” Kata ibu mertuanya sambil memeluknya.

"Terima kasih bu,” kata Karlina.

"Happy birthday Karlina!" Kata Annisa sambil memeluknya juga.

"Terima kasih mbak,” kata Karlina sambil tersenyum semringah.

“Rafli, ini untuk kamu." Kata kakeknya sambil memberikan kado kepada Rafli.

"Apa ini kek?” Tanya Rafli.

"Itu sebenarnya kado untuk bunda kamu, tapi karena bunda kamu gak pernah mau terima kado kalau ulang tahun jadinya kita kasih kadonya ke Rafli." Jawab Anto.

"Ya allah, ini. Aduh! Saya jadi gak enak." Kata Karlina sambil tertawa.

"Udah! Gak apa – apa,” kata Annisa.

"Ayo kita makan dulu!” Ajak ibu mertuanya lalu semua langsung bergegas ke meja makan.

Dengan cepat Annisa mengambilkan nasi untuk suaminya.

"Ini mas!" Katanya sambil memberikan piringnya.

"Ini bi!" Kata ibunya Annisa sambil memberikan piringnya ke suaminya.

"Mah! Aku mau itu,” kata Gibran sambil menunjuk salah satu lauk.

"Iya sebentar,” kata Annisa.

"Ini apa bunda?” Tanya Rafli sambil menunjuk.

I'M NOT PELAKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang