Part 14

17.4K 715 43
                                    

Aku tertidur. Paman sama sekali tidak datang ke kamarku, mungkin karena mamah masih di rumah.

Kulihat jam di ponsel, sudah jam 1 siang ternyata. Aku sudah tidur lebih dari 3 jam! Pipiku bersemu saat mengingat intensitas kegiatan erotis yang dilakukan paman pada diriku.

Aku kelelahan dan sekarang perutku lapar, ada 2 pesan dari Arthur dan 3 panggilan tak terjawab.

Arthur, terakhir kami mengobrol adalah di telfon setelah ciuman kami terjadi.

Aku menghela nafas, tidak bisa terus-menerus menghindari Arthur. Dia sahabatku, lelaki yang kubutuhkan setelah paman.

Aku di Jakarta

Aku dengar dari Nath kamu juga di Jakarta. Bisa kita ketemu sebentar?

Pesan Arthur singkat, tidak ada kalimat provokatif tentang ciuman kami. Mungkin Arthur sadar bahwa aku akan menghindar untuk bertemu dengannya jika dia membahas topik itu.

Tapi aku sudah menjadi milik paman sekarang. Aku harus membahasnya kan? Memperjelas batasan hubungan kami, aku dan Arthur bahwa aku menganggapnya sebagai pengisi lubang di hatiku, dan aku tidak mau itu semua rusak.

Aku memang gadis egois, aku sangat tahu.

Jemput aku, Art. Aku di rumah paman, alamatnya Kilometer xxx Jakarta Selatan.

***

"Kamu tidur seharian, Rey." mamah menyapaku saat aku turun ke lantai bawah, ia sedang bersandar pada sofa, menonton serial TV Amerika di Channel berbayar sambil memakan buah pear yang sudah dikupas kulitnya.

Aku duduk di sampingnya, ikut memakan buah pear sambil menatap layar TV. Aku sudah mandi, siap untuk bertemu Arthur. Sekarang aku sedang mencoba menyusun kalimat bagus yang tidak akan berdampak terlalu menyakitkan bagi Arthur.

"Marcus pergi dengan Sarah."

"Apa?" semua kalimat yang kususun sepertinya menguap.

"Haduh sayang, kamu gak dengerin cerita mamah ya... Mamah bilang tadi pagi Sarah nganterin mamah pulang pakai mobil mamah. Jadi pamanmu anterin Sarah pulang ke apartemennya."

"Jadi?" tanyaku agak ketus. Aku mengunyah buah pear dengan gertakan yang keras sampai mamah memicingkan mata.

"Rey, Sarah itu wanita yang disukai pamanmu. Marcus menyukai Sarah. Harusnya kamu ikut senang jika mereka berdua bisa menjadi dekat lagi."

"Apa maksud mamah?"

"Sarah itu mantan pacar Marcus semasa kuliah. Dulu Marcus sangat tergila-gila pada Sarah. Mamah bahkan hafal kalimat yang sering diucapkan pamanmu saat dengan antusias menceritakan detail hubungannya dengan Sarah."

Sepertinya ruang tengah berputar, aku menegang di sofa. Tapi mamah tidak menyadari hal itu, ia masih terus menceritakan tentang Paman, Pamanku yang kukira milikku dengan kekasihnya, mantan kekasihnya yang tidak ia ceritakan padaku sama sekali.

"Mamah gak tau kenapa mereka sampai berpisah. Entah masalah apa, tapi mamah yakin Marcus dan Sarah akan kembali bersama. Semalaman Sarah bercerita kalau dia masih sangat mencintai pamanmu."

Mual menguasaiku, aku lari terbirit ke dapur dan muntah di wastafel. Suara muntahannya keras sampai mamah tergopoh menyusulku ke dapur dan memijit belakang leherku untuk menghentikan mual yang kurasakan.

Mataku berair, jangan menangis Rey! Tapi air dari kedua mataku terus-menerus keluar.

Bukan kenyataan bahwa sudah lebih dari 4 jam paman dan Sarah bersama yang membuatku tidak bisa mengontrol emosiku yang membanjir. Namun karena paman sama sekali tidak membahas hal itu, kenyataan paman tidak bercerita bahwa Sarah adalah mantan pacarnya menyadarkanku bahwa paman masih menganggap diriku sebagai anak kecil.

Marcus Uncle (END)Where stories live. Discover now