08 | Eunoia Robert

722 179 255
                                    

¸ .  ★ ° :. :. . ¸ . ● ¸  °  ¸. * ● ¸ °☆
☆               °☆  . * ● ¸ .   ★¸         .
.  * .  .   °  . ●                  ° .
   ° :.                    ° .   ☆       .  . •      . ● .°     °★

°     °★

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ya. Barangkali apa yang dikatakan Robert bisa saja benar."

Anne menyungging senyum remeh menatap Jan dan Hendrick secara bergantian yang berada didepannya. Sebelah alisnya dinaik-turunkan, tertanda ia cukup siap menantang itu dua anak sialan.

Netranya ulung sekali menatap Jan tiada henti, sementara lelaki yang tengah ditatap intens itu sesaat menyungging senyum picik. "Berisik. Perempuan!"

"Diamlah! Wanita tak seharusnya berbicara yang tak perlu." Bersamaan dengan Jan, Hendrick juga turut menatap remeh ke arah Anne.

Sekarang perhatian seluruh kelas tertuju pada Anne, Jan dan Hendrick. Semua hanya mampu bergeming, mendengar tiap tuturan sawala dari bibir ketiga manusia tersebut.

"Oh, begitukah, Tuan Muda? ... " Tatap Anne kian nyalang, dibalut suar merajai benak. Anne tak ingin kalah dalam perdebatan pinyik macam ini.

Ia harus menang. Harus!

"Ck, lebih baik kau diam Nona Muda Van der Lijn. Tak ada yang mau mendengar suaramu saat ini...," dan Hendrick kembali menyuara, kian memprovokasi suasana yang kian runyam diterpa api kebencian.

Jan hanya menatap tenang, kendati dalam tatapan tersirat maksud meremehkan. "Kau membela Indo itu, Nona Muda Van der Lijn?"

"Dia hanya menyetujui pendapat Robert. Apa itu salah?" Ratna, si gadis pribumi keturunan priyayi itu pun turut mengeluarkan suara. Sudah tak sanggup menahan geram sekaligus benci pada kaum feodal macam Jan serta Hendrick.

Tak lelah Jan mengulas senyum sinis sejak tadi. Ia merasa berada di atas, keturunan Eropa asli. Diakui, dihormati, dan dipuja di tanah dimana tempat tuan-tuan bertandang. Dia merasa ada keudukan yang kuat disini dan tak bisa ditampik. Itu benar adanya—sebab ia Eropa.

"Apa ada yang mengajakmu berbicara Inlander? ...."

"Jan!! Hendrick!!" Bentak Mrs Lou gusar. Tak kuasa dirinya berada di kelas ini. Belum ada sehari mengajar dia mampu dibuat pusing tujuh keliling. Dan tak mendapat respon dari murid-muridnya, ia bergegas keluar kelas. Ntah kemana.

Jan menatap Anne dan Ratna bergantian. Kentara sekali dalam tatapan itu terlihat merendahkan. "Diamlah. Tak usah banyak bicara apalagi berlagak mengeluarkan pendapat. Pendapatmu tak ada artinya dan tak akan di dengar ...."

[Lacrimosa]; Dara-Dara RuntuhWhere stories live. Discover now