20 | Cuap Kala Senja

393 131 249
                                    

°·.     ·  ✦       ·* .  •     ·  •.   ✶˚  .   ·*✧* ˚     · . ·* .      ✵.          ✧✵ .·      ✵  ✫˚            · · .             ·✦ ˚   ·   .           ⊹   ·   . *              ..       .  °

Meester Cornelis, BataviaHindia-Belanda; 1941

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Meester Cornelis, Batavia
Hindia-Belanda; 1941

Senjakala itu, Anne mulai menyusuri huniannya satu demi satu. Hanya untuk mencari sosok sang mama. Seliweran satu persoalan amat mengganggu benak, tiada dapat hilang jika tak dituntas secepat mungkin.

Tak berlama - lama, netranya menemukan mamanya di perkarangan rumah. Diperhatikan dari kejauhan, nampaknya Margarecth tengah merawat puspita kesayangan. Hadiah dari papanya saat seketibanya mereka pertama kali tiba di Batavia. Berbelas - belas tahun lalu, dan saat ini pun masih terawat amat apik. Tak tertinggal pula si anjing ras pomerania peliharaan keluarga mereka, turut menemani aktivitas Margarecth.

Dihampirinya sang mama, lalu memeluk mamanya dari belakang setiba sampai. Anne tenggelamkan wajahnya pada punggung Margarecth, mencium arumi gysophile, lavender, chicory, dan mawar yang menguar.

Semua semerbak memenuhi indra penciumannya, sampai padanya Margarecth membalikan tubuh dan membelai lembut pipi daranya itu. "Ada apa, sayang? Tak seperti biasa menghampiri mama saat mama sedang seperti ini."

Anne menggeleng, lalu mengganguk, lalu menggeleng lagi. "Tak apa - apa, mama."

Dari sikap yang ditunjukan, tentu saja Margarecth mengetahui pasti dibalik kata 'Tak apa - apa' daranya ini sedang dirundung 'kenapa - kenapa.'

"Jangan bohong pada mama. Mama mengerti ada yang mengganjal pikirmu. Katakan. Tak biasa kamu seperti ini."

"Hmn ... memang sebenarnya sedang ada apa - apa, ma. Tapi bukan karena aku bertengkar lagi. Sungguh aku tak bohong. Hmn ... ada hal lain. Tapi tak ada sangkut - pautnya terlebih pada keluarga kita ... Hanya saja ... sedikit mengganggu."

Selesai Anne berucap, Margarecth memandangi Anna kepalang heran. Macamnya soal serius, tapi tak ada sangkut - paut pada keluarganya, juga bukan perkara daranya itu bertengkar lagi. Lalu apa sebab?

"Baiklah. Lebih baik jelaskan sembari duduk dan meminum teh, bagaimana?" Dan dibalas anggukan antusias oleh Anne.

Lalu ibu dan anak itu beralih menuju sebuah meja bundar putih dilengkapi dua buah kursi berwarna putih pula, juga dinaungi kanopi transparan. Dekat dengan kolam ikan yang membentang di sisi kiri. Bersamaan pula dengan Dash membututi pemiliknya dari belakang. Margarecth juga memanggil Mbok Darmi — si asisten rumah tangga yang sudah melayani keluarga mereka belasan tahun — untuk menghidangkan teh dan tumpukan schuimpjes.

[Lacrimosa]; Dara-Dara RuntuhWhere stories live. Discover now