14 | Selindung Paradigma

520 146 292
                                    

Rudolph menghela napas kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rudolph menghela napas kasar. Beberapa surat kabar yang tersuguh di hadapnya membuat kepalanya didera pening bukan main. Dalam ruang kerjanya ia duduk seorang diri di meja kerja miliknya. Memijat pelan pelipis, harap-harap biar masalah yang menggerogoti otaknya cepat pergi saja lekas menghirap.

Masalah yang selalu ia tumpuk sendiri, enggan berbagi kepada siapun itu!

Rudolph meringis pelan saat matanya menemukan Margarecth tahu-tahu sudah berdiri di ambang pintu ruangnya. Wanitanya yang saban hari terlihat selalu sama. Meneduhkan juga menenangkan.

"Ada apa?" tanya Margarecth seraya menghampiri meja kerja suaminya tersebut.

"Tak apa. Hanya ... ada sedikit persoalan kecil," jawab Rudolph mengendikan bahu. Seolah tiada ada beban apapun tersemat.

Namun, salah besar ia menyembunyikan semua kepulan pelik permasalahan hidupnya. Wanitanya tiada bodoh. Dalam sekali pandang pun ia tahu, laki-lakinya ini sedang merundung sesuatu.

Sembari tangannya mengusap lembut puncak kepala suaminya, Margarecth bergumam, "Sepertinya kamu butuh hiburan bukan? ... Kamu selalu terlihat lelah. Ada apa?"

Seperti anak kecil, Rudolph membiarkan wanitanya memperlakukannya macam itu. Terlampau nyaman untuk dilewatkan dan tiada masalah selagi tak ada anaknya yang bawel.

Siapa lagi jikalau bukan Anne.

"Bukannya aku selalu terlihat melelahkan di matamu?" jawabnya, lalu meraih tangan wanita-nya. Menciumnya singkat dan mengusapnya lembut.

Margarecth hanya terkekeh singkat. Kemudian merapal lagi, "berjalan-jalanlah dengan kedua putrimu. Aku perhatikan pun, agaknya mereka lagi tampak bosan."

"Dan kau ikut? ...."

"Tidak. Biar aku di rumah saja. Lagipula mereka sudah sering bersamaku. Jarang sekali menghabiskan waktu bersama dirimu."

Rudolph hanya mampu tersenyum tipis. Lagi dan lagi wanitanya ini selalu menolak. Kendati ia tahu, Margarecth lebih senang berdiam di rumah, merapikan rumah, membuat hidangan, berkebun, merajut dan hal lainnya yang berbau kegiatan ibu rumah tangga. Walau monoton, tetapi jelas sekali tak ada kata jemu pada diri wanita itu.

Bagai kerbau dicocok hidung, Rudolph langsung menurut. Kata-kata Margarecth yang seolah seperti titah untuknya. Ia bergegas berganti pakaian dengan rapi, lalu mengajak dara-daranya mengelilingi Batavia.

༻✦༺

Rijswijkstraat
03.00 PM

[Lacrimosa]; Dara-Dara RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang