16 | Syair Reswara

535 141 331
                                    

Sekejap, pemuda itu melepas tautan yang telah dicipta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekejap, pemuda itu melepas tautan yang telah dicipta. Dimana jiwanya kian luruh terdayuh sengsara yang dicipta sendiri dalam getaran sesak, ulung menjeremba tiap pangkal luka yang kian hari kian terjal.

Berani candang sekali pemuda satu ini. Merengkuh paksa sesuatu yang tiada pasti. Bodoh! Benar-benar sungguh bodoh! Tiada berfikir pula macam apa konsekuensi yang ia jumpa nanti.

Ia tatap dalam-dalam manik dara itu. Yang jugapun sedang menatapnya. Ntah kata apa yang bisa mendeskripsikan agah dara itu. Amat sulit ditebak.
Pun kening dua muda-mudi yang sedang hibuk dibuai kejadian beberapa saat lalu, masih saling menyentuh.

"Maaf ...," Lirih pemuda itu. Diam meratap kesalahan yang telah ditanam beberapa detik lalu. Anehnya, salah satu tangan pemuda itu masih setia berada di pipi daranya.

Ntah pun dara itu sadar atau tidak, sesekali ibu jari pemuda di hadapnya mengusap pelan pipinya.

"Supaya apa?"

Seiris ucap dari dara itu berhasil mengembalikan pikir Joahn yang sedang meruntuk segala tindak kebodohannya. Difokuskan lagi tatapnya. Memejamkan mata barang sejenak, lalu ia kembali merapal, "Maria ... maaf."

Perlahan Anna menjauhkan diri dari Joahn. Menyisakan jarak yang cukup lebar dibanding sebelumnya. "Bukan kata maaf yang aku minta ... tapi lebih kepada apa tujuan kamu melakukan hal yang baru saja terjadi."

"Masih tak juga sadar kamu?"

Anna menggeleng cepat. Masih cukup skeptis ia pada ucap demi ucap yang keluar dari bibir pemuda di hadapnya kini. Baginya semua tampak meragukan. Kendati ia tak menemukan kata ragu dalam manik coklat gelap milik pemuda itu.

Joahn membuang nafas kasar. Sungguh amat sangat keras kepala dara satu ini, tiada berbeda jauhnya dengan Sang Mama. Lalu, didekatinya pula dara itu perlahan. "Masih tak sadar juga? Perlu saya ulangi?"

Lagipun Anna menggeleng cepat. "Tidak ... Tidak perlu!" Bisa gila ia jika bibir mereka dipertemukan lagi. Belum usai terlepas dari keterkejutannya dan pemuda ini menawarinya kembali? Anak sinting!

"Mengapa diam?"

Suara serak milik Joahn benar-benar menganggu telinga Anna. Tidak bisakah mulutnya diam?! Benaknya mulai sedikit terusik sekarang.

"Baru saja ... aku bertanya dan kamu malah balik mengajukan pertanyaan padaku, Joahn. Mengapa tidak kamu jawab dulu pertanyaanku tadi?"

Sembari menampilkan senyum simpul, Joahn menyandarkan dirinya pada tepian jendela. Bersidekap dada menatap Anna. Sungguhpun benak pemuda ini ingin tertawa sebab benaknya sedikit tergelitik.

Amat sangat yakin Joahn jikalau dara ini sudah diselubungi nyala amarah. Tapi sejadi-jadinya dara itu menahan. Mungkin tiada mau bertindak gegabah. Dara ini cukup pemikir yang panjang akan terjadinya suatu perkara.

[Lacrimosa]; Dara-Dara RuntuhWhere stories live. Discover now