Chapter 21

2.5K 420 60
                                    

"Berdiri yang bener kenapa sih, Dis."

Aku membetulkan posisi berdiriku. Hatiku sedang bimbang dan galau, membuatku malas melakukan apa-apa. Namun Rani menarikku segera keluar dari apartment saat tau aku tidak punya gaun untuk pergi ke acara pernikahan mantan Regas yang ternyata juga temannya Keenan.

"Menurut gue kayanya bagusan yang burgundy ini deh. Lo demen yang mana?"

Rani meletakkan tepat di depanku, dress cantik berwarna burgundy dengan model tali spaghetti dengan simpul pita pada pundaknya. Dress ini berpotongan rendah, panjang hampir semata kaki namun dengan slit tepat berada di depannya.

Satu lagi dress pendek berwarna hijau mint, modelnya A line, dengan potongan V sangat rendah, Not my cup of tea. Aku menggeleng saat Rani menyodorkan dress berwarna mint itu padaku. Rani menggangguk setuju kemudian meletakkan nya pada salah satu rak.

"Coba lo pake ini deh." Rani mendorongku menuju ruang ganti.

"Gue cerita ke lo kok ga ada solusinya sih," omelku namun tetap berjalan masuk ke ruang ganti.

Rani mendengus. "Ini gue kasih lo solusi yaitu membeli dress baru. Since you don't have any dresses yang baru dan bagus biar keliatan cantik."

Padahal punya gaun atau tidak bukan masalah utamaku. Yang terpenting adalah Regas dan Keenan mengajakku pergi ke pesta pernikahan yang sama.

Aku mengunci ruang ganti dan mencoba gaunnya. "Gue kan minta saran lo harus ikut yang mana?"

"Please, deh. Is that even a question? Sudah pasti gue suruh lo pergi sama Regas karna i will take everything that possibly can make me move on. Told you already." Rani di luar terdengar setengah menggerutu. Bagaimana dengan Keenan jika aku memilih menemani Regas? Apa lebih baik aku tidak memberitahunya?

Aku mendesah ringan lalu melihat sekilas ke arah kaca. Lalu buru-buru keluar dari ruang ganti. Rani berdiri dengan tangan terlipat di depan dada. Wajahnya tampak tercengang melihatku. Apa gaun ini terlihat tidak pantas?

"Kalo gue pergi sama Regas, Keenan gimana?" tanyaku.

"Gila."

"Gila?" Aku mengerutkan keningku. Rani mendekat ke arahku lalu berjalan mengelilingku. Matanya tampak berbinar senang. Aneh.

Rani meletakkan kedua tangannya di depan dada. "Cantik banget si temen gue."

Aku memutar mata. "Yang bener aja, gaunnya yang bikin cantik."

"That's why tapi yah, lo emang udah cantik dari sananya, sih, Dis. Tinggal pake strappy heels punya lo yang warna gold. Perfecto." 

"Halo, bisa bicara dengan Adisti Maharani? Fokus, Mbak. Fokus!" ujarku sebal.

Rani masih tidak menggubris ucapanku. Ia mendorongku lagi ke dalam ruang ganti. "Fix beli itu, ayo copot. Kita bayar."

Sehabis Keenan memintaku untuk pergi bersamanya ke pesta pernikahan Shania, tentu saja aku tidak langsung menjawab ajakannya. Aku mendadak galau harus ikut siapa. Di satu sisi aku ingin membantu Regas, di sisi lain kapan lagi coba pergi berdua ke pesta pernikahan dengan laki-laki yang kamu suka. Yah, tentu saja aku belum move on. Move on tidak segampang itu, aku bahkan masih dalam tahap denial dari 5 steps of grief.

"Dis, love is both a feeling and an action. Loving two people at once is a little more complicated," kata Rani dari luar. Ia menarik nafas panjang. "Feeling love for two people at once is not an excuse."

Aku membuka pintu ruang ganti. "Gue gak suka sama Regas, Ran."

Rani mengangkat bahunya careless, "I don't think so. Be honest to yourself about your feeling, kalau lo emang masih suka sama Keenan, then why lo bingung dengan ajakan Regas?"

Neighbour From HellUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum