04 - The Man with the Blue Eyes

6.9K 1K 86
                                    


HARI sudah mulai gelap, ketika aku baru saja sampai di apartemen milikku pada kawasan Manhattan, New York, setelah berada di Seoul selama sembilan hari.

Udara diluar semakin dingin, pertanda musim dingin segera datang. Sejenak ingin segera menyesap teh hangat, namun ku putuskan untuk membersihkan badan terlebih dulu, selanjutnya baru bersantai di balkon luar.

Aku berendam dengan air hangat selama beberapa menit, bergelung dengan pikiran yang akhir-akhir ini sering menganggu tidurku untuk sesaat, baru pergi ke dapur setelahnya.

Rut ku berjalan tidak wajar. Dan aku terus memikirkan hal ini.

Bagian intim-ku terus-menerus mengeluarkan cairan tidak biasa selama periode Rut dua hari terakhir. Dan itu membuatku tidak nyaman. Bahkan disertai perubahan suhu tubuh yang kurasa selalu memanas ketika puncak itu tiba.

Semenjak hari itu, Johnny terus mengeluh akan bau pheromone-ku, dan tak jarang meminta untuk tetap tinggal di kamar atau berusaha keras merubah seluruh jadwalku. Perlahan, hal-hal itu membuatku bingung.

Dan tentang dia...

Semenjak kejadian aku yang pingsan beberapa waktu lalu, tidak ada barang satu detik pun dari perasaan ini untuk berhenti menghawatirkan-nya.

Entahlah.

Aku dan Eve memutuskan untuk mencarinya dalam beberapa waktu kedepan.

Tidak sekarang.

Aku belum siap.

Oh, Moon goddess...

Ku sempatkan mengambil ponsel yang masih berada di dalam tas, kemudian berjalan keluar.

Secangkir greentea-less sugar memang yang terbaik. Aku mengambil tempat pada kursi santai di balkon sebelah ruang televisi, lalu mulai menikmati minuman sehat favoritku ini.

'Aku menginginkannya.'

Helaan panjang terdengar saat suara Eve menggema pelan dikepalaku. 'Sabar. Beberapa bulan lagi.'

'Terlalu lama.'

'Eve... Kita sudah membahas ini.'

Tidak ada sahutan lagi.

Punggungku bersandar santai, mulai membuka beberapa pesan Johnny yang terlihat sudah menumpuk panjang sejak beberapa waktu yang lalu.

Deretan kalimat itu sangat tidak menarik. Hanya pemberitahuan tentang jadwalku selama satu minggu kedepan. Kuputuskan tidak membalasnya, status 'dibaca' sudah cukup membuat pria itu tahu bahwa pesannya telah diterima.

'Ting'

Satu pesan kembali masuk.

Apa lagi ini? Aku ingin istirahat!

Hampir saja aku melempar ponsel ini, namun ku urungkan saat satu kalimat pembuka pesan yang terlihat melalui pop up notifikasi diatas layar, berhasil membuatku terdiam,

'jangan berada diluar, kau dalam bahaya...'

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Elder's Mate [Nomin | GS]Where stories live. Discover now