11 - Weakened

5.6K 867 77
                                    


Setelah berada di Moskow selama delapan hari, akhirnya aku kembali ke LA. Ibuku yang berada di Chicago, rela meninggalkan segala kegiatannya hanya untuk menemaniku yang sedang dalam masa pemulihan.

Jeno yang setelah mengantarku sampai rumah, langsung terbang menuju Kanada untuk bertemu dengan kedua orangtuanya yang sedang mengadakan pertemuan internal Pack.

Aku tidak keberatan. Aku sudah berada di markas ku sendiri dengan cukup banyak orang-orang terlatih, dan itu pula yang membuat Jeno merasa tenang ketika meninggalkanku beberapa hari.

"Dunia benar-benar menggila. Bahkan ibu kemarin berpapasan dengan beberapa Rogue."

Irisku yang semula terfokus pada buku ditangan, seketika beralih menatap wanita paruh baya yang duduk pada kursi sebelah.

"Apa ada yang terluka?"

Kepalanya menggeleng, "hanya berpapasan saat di dalam mobil. Mereka tidak berniat menghadang atau menyerang. Entahlah." Ia mengendikkan bahu

Aneh sekali.

Bukan berarti aku mengharapkan ibu-ku diserang. Aku justru sangat bersyukur ia baik-baik saja, mengingat sebetapa gentingnya situasi akhir-akhir ini.

Hanya saja, itu terlihat tidak wajar.

Irisku menyipit, lalu kembali normal dalam beberapa detik.

Tidak ambil pusing, atensi kukembalikan pada buku bersampul merah yang ada ditangan.

"Akhir-akhir ini banyak sekali penyerangan. Ibu jangan keluar sendi-"

"Johnny?"

Aku terdiam. Lalu menengadah hanya untuk mengikuti arah tatapan ibu; pada arah jendela kaca yang terbuka.

Diluar sana, pada koridor terbuka di sisi bangunan rumah bagian barat, sesosok tinggi jangkung itu berjalan dengan wajah datar seperti biasa.

Itu Johnny. Namun entahlah, ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku saat menatap sosok familiar itu.

Aku menutup buku tebal ditangan, kemudian menghirup udara panjang.

"Apa kalian sedang ada masalah? Kenapa penampilannya berubah?"

.

.

.

"Aku datang untuk meminta bantuan menjaga Chitta beberapa hari. Situasi tidak kondusif, aku tidak bisa meninggalkannya sendirian."

"Kau akan pergi?"

"Beberapa hari. Ya. Aku ijin pergi beberapa hari."

Hening.

Tidak ada sautan selama hampir satu menit. Hanya suara detikan jarum jam pada dinding mengisi ruang kerja ku yang sunyi.

Tidak ada siapapun kecuali aku yang duduk pada kursi kebesaranku; tengah menatap lurus pada Johnny yang duduk di seberang meja.

Aku tidak mampu menyembunyikannya. Menyembunyikan perasaan berkecamuk yang menguar selama seminggu belakangan ini karena pria yang ada di depanku.

"Tell me, what's going on?"

Wajah tegas sosok jangkung itu menatap datar. Namun, aku bersumpah mampu melihat kerapuhan didalam netra gelapnya.

Apa yang sudah kau sembunyikan dariku, John?

"Nothing."

Aku sudah menduga jawaban singkat itu.

Hatiku sakit saat mendengarnya. Sudah sangat jelas bahwa dia tengah menyembunyikan sesuatu, namun dengan terang-terangan ia menutupinya dariku.

The Elder's Mate [Nomin | GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang