12 - Weird Couple

5.5K 817 39
                                    


"Kabar anda yang melemah mulai tersebar di kalangan elite."

Hendery mengusap wajahnya kasar, kemudian meletakkan beberapa berkas keatas nakas sebelah ranjang.

"Tidak perlu terlalu khawatir. Kemarin hanya sebuah serangan kecil." Aku berbohong dibalik wajah datar. Tentu saja aku tidak sedang baik-baik saja.

Lelaki Alpha itu melirikku sejenak, kemudian mengembalikan atensi pada beberapa berkas lain yang ia masukkan kedalam tas kerjanya satu persatu.

"Saya akan mereview ulang jadwal anda. Kemungkinan seluruhnya akan saya backup untuk–"

"Tidak perlu." Kupotong kalimatnya cepat, lalu menyamankan posisi dudukku pada kasur. "Healer yang menanganiku bukan orang biasa. Kakiku akan sembuh dalam dua hari."

Berfikir sejenak, Hendery kemudian mengulum bibir, lalu mengangguk mengerti. "Baiklah. Saya akan memberikan jadwal anda besok lusa, sekaligus laporan penyelidikan terhadap penyerangan di Russia."

Aku mengangguk singkat mendengar jawabannya.

Tidak berapa lama setelah memastikan seluruh berkas tertata pada tas-nya, Hendery segera beranjak untuk kemudian berpamitan meninggalkan ruanganku.

Sepersekian detik setelah pintu tertutup, aku menghela napas panjang.

Gila. Sampai kapan aku harus berpura-pura segalanya sedang baik-baik saja?

Sadarlah Nadeo! Kau tidak sekuat dulu!

"Aarrgghh!"

Aku mengerang didalam selimut tebal yang membungkus tubuh. Mengumpat beberapa kali dengan pekikan tertahan menahan emosi yang kutujukan entah pada siapa.

Mendengus cukup keras, aku melirik pada jam dinding yang menggantung diatas layar televisi.

Hampir memasuki jam makan siang, dan saat ini perutku begitu kelaparan; sebab diriku yang keras kepala ini dengan sengaja menolak sarapan yang sempat Chitta antarkan tadi pagi, -berdalih akan mengambilnya sendiri namun, sampai memasuki jam makan siangpun, tubuh malasku masih belum beranjak dari tempat tidur.

"Lapar..."

Hhh, pada akhirnya dengan sanggat enggan aku menyingkap selimut, kemudian beranjak keluar kamar.

Cuaca semakin dingin di tiap harinya, namun aku masih bertahan dengan pakaian tidur tipis yang melekat pada tubuh.

Dengan sebelumnya hanya mencuci muka, aku kini berjalan dengan lemas menuju area dapur yang berada di sisi timur bangunan mansion milikku.

Melewati kolam renang dan ruang tengah, langkah tertatih ini mulai memasuki ruang makan berukuran besar yang ada di samping taman, kemudian menuju dapur yang berada tepat dibelakangnya.

Tidak ada siapapun. Namun hazelku bisa melihat beberapa hidangan matang yang masih tersimpan pada beberapa serving dish dengan penutup kaca –di atas bar table pada tengah ruangan.

Beralih untuk membuka kulkas yang ada di sisi kanan, aku mengambil sebotol besar jus jeruk favoritku, sebungkus besar roti tawar dan satu botol selai blueberry, kemudian membawanya ke meja makan.

Tidak terlalu nafsu sebenarnya. Mulutku berusaha menelan makanan ini hanya bertujuan untuk bertahan hidup dan tidak kelaparan. Itu saja.

Setelah menghabiskan tiga potong roti dan meneguk setengah botol jus, aku mengembalikan bahan makanan itu kedalam kulkas, kemudian berjalan keluar.

Dalam perjalanan aku tiba-tiba saja teringat dengan ibuku. Kira-kira bagaimana keadaannya sekarang?

Meskipun pagi tadi Chitta mengabarkan bahwa kondisi ibu baik-baik saja, namun aku tidak bisa berhenti untuk khawatir. Jika saja Hendery tidak datang pagi tadi dan langsung memberiku banyak sekali laporan dan berkas, aku mungkin sudah berkunjung ke kamar wanita paruh baya itu dan menghabiskan waktu disana.

The Elder's Mate [Nomin | GS]Where stories live. Discover now