3

163 46 3
                                    

"Sally... buka pintu Nak." ucap Mamanya Sally sembari mengetuk pintu kamar Sally.

Sally masih terdiam di kasur. Air matanya tidak berhenti keluar. Sejak pertengkarannya dengan Kun tadi malam, Sally langsung pulang menaiki taksi dan menangis di kamarnya.

Hingga pagi ini, Sally tak berhenti menangis.

Seharusnya pagi ini Sally dan Kun akan pergi road trip ke Bali. Menghabiskan waktu berdua. Sebelum mengakhiri hubungan pacaran mereka dan menuju ke kehidupan rumah tangga.

Tapi apa daya. Hubungan Sally dan Kun sudah kandas duluan.

Pintu kamar Sally terbuka, dan masuk lah Mamanya Sally. Mamanya Sally menghampiri kasur putri sematawayangnya itu dan mengusap surai kecoklatannya.

"Nak, Mama akan selalu mendukung kamu. Apapun pilihan kamu. Tapi gak baik loh gini terus." kata Mamanya Sally.

"Ma, aku udah 4 tahun pacaran sama Kun. Aku juga udah mau nikah sama dia. Tapi aku sama sekali gak tau hal itu. Kalau sampai kami menikah dan masih gak tau juga, udah kelewatan banget, Ma." balas Sally.

Mamanya Sally tersenyum simpul lalu mengusap rambut Sally lembut. "Gak baik loh memutuskan sesuatu sewaktu emosi. Justru kalau lagi emosi, yang ada kamu mengambil keputusan yang nanti kamu sesalkan."

"Pasti ada alasan kenapa Kun belum cerita ke kamu." balas Mamanya Sally.

Sally menghela napasnya berat. Sally hanya diam karena ia masih tidak mengerti, kenapa Mamanya sangat membela Kun.

"Waktu pertama lihat Kun, Mama kayak ngeliat orang baik. Kayak... Kun itu beda dengan mantan-mantan kamu sebelumnya. Makanya, Mama setuju aja kalau kamu pacaran sama Kun, apalagi sampai menikah." ucap Mamanya Sally.

"Terlebih lagi kalian itu sangat mendukung satu sama lain. Kun bisa sesukses ini karena dukungan kamu. Dan begitu juga kamu yang didukung sama Kun. Seakan-akan... kalian itu memang ditakdirkan untuk bersama." sambung Mamanya Sally.

Sally terdiam sembari menoleh ke arah Mamanya. Kalimat itu berhasil menggores hati Sally.

Hingga ponsel Sally berdering. Dengan malas, Sally mengambil ponselnya dan tertera nama 'Mami Kun💖' di ponselnya.

"Siapa Yang telfon, Sally?" tanya Mamanya Sally.

"Maminya Kun, Ma." jawab Sally.

"Angkat gih. Siapa tau penting." balas Mamanya Sally.

Sally mengangguk. Memang hubungan Sally dan Kun sudah berakhir, tapi tidak ada alasan untuk Sally mengabaikan Maminya Kun.

"Halo, Mami?" tanya Sally.

"Halo Sally? Mami mau nanya, Sally di mana ya? Bukannya hari ini harusnya Sally roadtrip ke Bali sama Kun?"

"Eh..." Sally terdiam seketika. Jangan bilang Maminya Kun belum tau kalau... Kun sama Sally udah putus?

"Kun juga belum keluar dari kamar dari tadi. Kalian nggak jadi pergi atau gimana?" tanya Maminya Kun lagi.

Fix sih, Maminya Kun belum tau, gumam Sally dalam hati.

Sally jadi bingung mau jawab apa. Kalau Maminya Kun tau mereka udah putus sekarang juga, pasti bakal shocking banget, Sally jadi gak enak hati. Dan Sally jadi ingat satu hal, tujuan utama Kun ke Bali itu untuk urusan kerjaan. Kalau hanya karena Sally Kun sampai batal dateng ke proyek nya di Bali, bisa kacau.

Sally tidak suka orang egois. Tapi kalau begini ceritanya, apa Sally egois?

"Iya Mami, Sally tadi telat bangun. Ini mau ke sana. Kun jadi kok ke Bali." kata Sally.


Kun hanya memandang lesu jam dinding di kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Dan seharusnya di jam segini Kun sudah harus pergi ke Bali. Bersama Sally.

Tapi apa mau di kata, hubungan mereka sudah berakhir.

Katakanlah kalau Kun tidak profesional. Tapi logika saja, bagaimana mungkin Kun bisa bekerja dengan suasana hati yang sangat buruk begini. Yang ada kerjaannya tidak selesai dengan maksimal.

Pintu kamar Kun terketuk lagi. Kun bersumpah, mungkin Mami nya sudah mengetuk pintu hampir ke ribuan kalinya, tapi Kun tak berniat untuk membuka pintunya.

Tapi kali ini beda. Kun beranjak dari tidurnya dan berjalan menuju pintu. Dengan harapan, setelah ini Maminya tak lagi mengetuk pintunya.











Tapi ternyata yang mengetuk kali ini bukan Maminya. Tapi Sally.

Kun membeku kala melihat Sally di depan pintu kamarnya. Sally sama seperti Kun, mereka sama-sama terdiam.


"Udah jam sebelas. Mau berangkat jam berapa lagi?" tanya Sally.

"Kenapa kamu peduli? Bukannya kamu minta putus dan batal nikah?" balas Kun.

Mendengar jawaban Kun, Sally menghela napasnya kasar, lalu ia menyilangkan tangannya di dada.

"Mami kamu telfon, dia nanya kamu kenapa gak keluar kamar. Mami pikir kamu gak jadi ke Bali. Aku cuma gak mau kerjaan kamu berantakan cuma karena hal ini." kata Sally. "Lagian apa kamu mau Mami kamu sakit jantung kalau tau kita batal nikah?"

Pernyataan Sally berhasil membuat Kun bungkam. Kun masih bingung harus berbuat apa.

"Makin siang makin macet. Ayo." ajak Sally.










And... they stuck with each other.



 they stuck with each other

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

halo semua... jangan lupa vote dan comment! ♡ have a nice daaaay.

⁴ love talk ㅡ kun,sallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang