5

166 45 11
                                    

Setelah mengisi perut, Kun dan Sally memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Karena mereka masih sangat jauh untuk sampai ke Bali.

Tiba-tiba ponsel Kun yang diletakkan di dashboard berdering. Tentu saja Kun yang sedang menyetir tidak bisa mengangkatnya. Sedangkan Sally kelihatan acuh tak acuh.

"Kamu gak ada niatan buat ngangkatin apa?" gumam Kun dalam hati.

Sally yang bisa mendengar itu hanya menatap Kun datar, lalu ia memutarkan kedua bola matanya. "Kalau butuh bantuan itu bilang kenapa sih?" balas Sally. Pada akhirnya Sally mengambil ponsel Kun.

"Dari Pinky." kata Sally dalam hati setelah membaca si penelfon. Lalu Sally mengangkatnya begitu tau itu telfon dari adik tirinya Kun.

"Halo, Pinky? Ini Ci Sally. Kun nya lagi nyetir." ucap Sally sembari mengangkat telfon dari Pinky. Sesekali Sally menoleh ke arah Kun.

"Ci Sally, aku boleh ngomong sama Ko Kun dulu? Penting banget. Kalian bisa berhenti dulu gak?" tanya Pinky dari seberang telfon.

Sally dapat mendengar nada suara Pinky begitu lemah. Sally merasa, Pinky seakan-akan sedang membutuhkan pertolongan. Dan tentu saja Kun bisa membaca isi hati Sally. Karena itu Kun langsung menoleh dengan khawatir.

"Kami lagi di tol, Pinky. Sebentar yaa aku sambungin ke earphone dulu." kata Sally.

Setelah Sally memasangkan earphone pada telinga Kun, akhirnya Kun mengambil alih telfonnya.

"Halo, Pinky? Ada apa?" tanya Kun.

Tak lama kemudian Pinky menangis. Membuat Kun langsung panik sekaligus kebingungan. "Kenapa, Dek? Kok nangis? Cerita sama Koko." ucap Kun.

Sally jadi menoleh ke arah Kun karena penasaran dengan keadaan Pinky. Benar dugaan Sally kalau Pinky kenapa-kenapa.

"Ko, aku berantem sama Winwin." cerita Pinky. "Kami memutuskan buat putus, dan kami berniat buat membatalkan perjodohan ini." kata Pinky lagi di sela isak tangis.

Mendengar itu, Kun menjadi sangat marah. Ini bukan lah pemandangan baru, Pinky sudah berapa kali bertengkar dan menangisi tunangannya yang bernama Winwin itu.

"Pinky, tenang dulu ya." kata Kun sembari menghela napasnya. "Kamu udah ngebicarain ini sama Papi dan Mami?" tanya Kun.

Sumpah, Kun khawatir banget. Kalo sampai Pinky udah bicarain hal ini ke kedua orang tuanya, dan kalo juga kedua orang tuanya tau juga kalau Kun dan Sally membatalkan pernikahan mereka, entahlah. Pasti kedua orang tua mereka bakal kecewa berat.

"Belum, Ko. Aku takut bicarain ini ke Papi..." kata Pinky. "Ko... emangnya keputusan kami salah ya?" tanya Pinky.

Kun menghela napasnya. "Pinky, Koko tau kamu pasti marah sama Winwin. Tapi gak bagus buat mengambil keputusan di saat lagi marah. Yang ada kamu nanti menyesal."

Mendengar Kun berbicara seperti itu, Sally rasanya seperti tetampar. Seperti mengingat kejadian beberapa hari lalu, ketika Sally memutuskan hubungannya dengan Kun di saat Sally sedang emosi besar.

"Nanti Koko bicara sama Winwin, oke?" kata Kun. "Do some rest, Pinky. Don't force your self. Take care." kata Kun.

"Iya, Ko. Makasih banyak ya Ko udah denger cerita aku. Koko juga hati-hati di jalan sama Ci Sally." balas Pinky. "Baik-baik ya, Ko sama Ci Sally. Jangan kayak aku sama Winwin." sambung Pinky.

Mendengar itu rasanya hati Kun tercabik-cabik. Mana sempat, keburu putus duluan.

"Iya. Koko tutup dulu ya telfonnya." kata Kun.

⁴ love talk ㅡ kun,sallyOnde histórias criam vida. Descubra agora